19

4.8K 228 16
                                    

Inara masih memohon di depan kedua orang tuanya dengan air mata yang tidak berhenti keluar. Dia tidak mau menikahi Arka meski dulu Inara sempat menyukai laki laki itu. Tapi kekeh jawaban mereka masih sama, di mata mereka Davin masib belum mapan. Usaha yang Davin lakukan masih pemula dan tentunya bisnis seperti itu mudah di terpa masalah mana akhir akhir ini banyak sekali perusahaan startup yang gulung tikar bahkan ada yang sampai memberhentikan puluhan karyawannya.

Arka itu sosok yang dewasa dan lembut, pekerjaan Arka pun sangat bagus dan terjamin. Tidak akan ada ke gagalan yang ada Arka akan semakin naik jabatan. Kehidupan Inara pun akan semakin bagus jika bersama Arka. Itulah pemikiran kedua orang tuanya.

"Sudah! Terima keputusan kita kalo kamu tidak mau jadi anak pembangkang. Anggap saja ini penebusan dosa kamu" Ucap sang ayah lalu berdiri meninggal Inara sendirian.

"Kamu nggak mau kan jadi anak durhaka? Saran ibu ikuti apa kata ayah kamu" Ibu Nisa ikut berucap sebelum pergi mengikuti suaminya.

Perkataan kedua orang tuanya terus terngiang ngiang. Inara sadar dirinya sudah membuat kedua orang tuanya kecewa. Apa dengan mengikuti semua yang ayah dan ibunya mau bisa memaafkan semua kesalahannya.

**

Siang ini di rumah Davin sangat ramai. Semuanya tampak bahagia ketika mendengar Inara menerima lamaran Arka. Davin tersenyum miris, sebenarnya tidak heran mendengar Inara menerima Arka mengingat Inara dulu sempat menyukai Arka. Hanya saja dirinya sudah tidak ada artinya lagi, baik itu di keluarga ataupun Inara. Davin sudah seperti sampah yang di buang semuanya tidak ada yang menyadari keberadaan Davin saat ini. Jangankan menyadari keberadaannya, semua orang pun sudah tidak peduli dengan perasaan Davin yang tengah hancur.

Malam ini Davin mabuk sudah berapa botol minuman alkohol dia minum. Davin lakukan untuk mengobati rasa sakitnya. Wajah Arka terus muncul di kepalanya, kenapa kakanya itu begitu sempurna di mata orang dan kenapa Davin tidak bisa seperti Arka yang semua apa yang di mau pasti dia dapat. Mengingat itu amarah Davin kembali tangannya meraih botol minuman lalu ia lempar sekuat tenaga hingga beberapa serpihan melukai tangan Davin.

Tokk tokk tokkk

Tidur Inara sedikit terusik dengan suara ketukan dari luar jendela kamarnya. Awalnya Inara mencoba mengabaikannya tapi ketukan itu semakin intens dan kencang. Kaget bercampur takut tapi setelah mendengar suara berikutnya Inara menghela nafas lega ternyata bukan hantu.

"Inaraaaaa" Teriak Davin kencang. Inara buru buru membuka kaca jendelanya takut Davin berteriak lagi dan membangunkan kedua orang tuanya.

"Astaga Davin!" Kaget Inara saat tahu Davin beneran berdiri di depan jendela kamarnya. Masalahnya kamar Inara ada di lantai dua. Inara sempat melirik ke bawah penasaran bagaimana Davin bisa sampai di atas. Mulutnya langsung menganga saat melihat ada tangga lipat di sana. Masih heran dengan Davin yang bisa bisanya bawa tangga untuk memanjat kamarnya.

Davin terus meracau namanya memanggil nama Inara dengan nada yang cukup tinggi. Karena takut ketauan Inara segera mendekat ke arah Davin yang sudah tergeletak di kasur perempuan itu.

"Vin stop nanti ayah sama ibu bisa denger"

"Kamu mabuk?" Tanya Inara saat menyadari kondisi kacau Davin mana bau alkohol yang menyengat menempel di badan Davin.

Bukannya menjawab Davin justru menarik tubuh Inara hingga perempuan itu terjatuh di badannya. Davin memeluk Inara pelukannya tidak terlalu kencang tapi tetap cukup mengunci tubuh Inara sehingga tidak bisa bergerak. Inara yang awalnya ingin mencoba melepaskan pelukan itu ia urunan ketika Davin malah menangis di pundaknya.

"Ra kamu udah janji lo nggak akan tinggalin aku, tapi buktinya kamu tetep milih Arka"

"Arka udah punya semuanya dan sekarang dia berhasil dapetin kamu juga"

One Night Change ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang