Keluarga 3

903 98 8
                                    

Saat sedang duduk dan bermain dengan Fiat, Krist merasa ada yang memeluknya dari belakang. Krist membalik tubuhnya. Wajahnya terlihat begitu bahagia.

"Kejutan. Mama datang kesini buat mantu dan cucu Mama," teriak Mama dengan senangnya. Mama Singto sangat baik kepada Krist dan Fiat.

Krist memeluk Mama Singto dengan erat. Sudah lama mereka tak bertemu. "Kangen Mama. Mama kok gak bilang mau kesini?"

Fiat memeluk kaki Mama Singto. "Nenek... Fiat kangen Nenek. Nenek sibuk terus, jadinya Fiat jarang ketemu Nenek."

Krist melepaskan pelukannya, lalu menatap Mama Singto. "Mama capek? Mau istirahat dulu?"

Mama melihat ke arah Fiat. "Iya nih, Nenek sibuk terus. Jadi jarang ketemu cucu kesayangan Nenek."

Mama Singto beralih menatap Krist. "Ketemu kamu sama cucu Mama, Mama jadi gak capek lagi kok. Lega kalian gak kenapa-kenapa."

"Duduk dulu, Ma. Krist buatkan minum dulu ya." Krist menggandeng Mama Singto untuk duduk.

Dengan cepat, Fiat menyingkirkan semua robot yang ada di kursi. "Sudah bersih, Nek. Duduk di samping Fiat, Nek."

Mama Singto hanya tersenyum. "Cucu Nenek pintar banget."

Krist meninggalkan Fiat bersama Mama Singto, menuju ke dapur untuk membuatkan Mama Singto minuman. Tak lupa memberikan beberapa cemilan yang selalu ada di rumahnya.

Fiat menatap Neneknya. "Nek, keluarga itu apa sih?" tanya Fiat dengan wajah polosnya.

Mama Singto mengelus rambut Fiat. "Keluarga itu ada Ayah, Papa, sama Fiat. Keluarga itu saling menyayangi, saling melindungi juga. Keluarga itu rumah tempat kita kembali."

Fiat menganggyuk. "Berarti Ayah belum punya rumah ya, Nek? Ayah sering gak pulang. Mungkin Ayah lupa kalau Ayah punya rumah buat kembali. Fiat benarkan, Nek?"

Mama Singto terdiam cukup lama. Tak bisa menjawab pertanyaan dari cucunya.

Krist datang membawa cemilan dan minum untuk Mama mertuanya. "Diminum dulu, Ma."

Mama Singto masih terdiam. Menatap Fiat yang tersenyum dengan polosnya. Wajah Fiat tak menunjukkan kesedihan atau ekspresi apapun, hanya senyum.

"Fiat ke kamar dulu ya, Nenek mau bicara sama Papa kamu." Mama Singto berusaha membujuk Fiat untuk ke kamarnya.

Dengan terpaksa, Fiat mengangguk. "Fiat ke kamar dulu ya, Pa, Nek." Fiat berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju kamarnya.

Krist duduk di samping Mama Singto. Wajah Krist terlihat kebingungan, karena wajah Mama Singto yang begitu serius.

Mama Singto menggenggam tangan Krist. "Rumah tangga kamu ada masalah? Apa Singto baik ke kamu, Nak?"

Krist menghela napas. "Ma, Singto selalu baik kok. Emang kenapa, Ma?"

Wajah Mama Singto terlihat lebih serius. "Jangan tutupi semua, Krist. Jangan buat hidup kamu ada beban. Mama ada di samping kamu. Walau Mama ibunya Singto, tapi kalau Singto salah, Mama tetap bakal belain kamu."

Krist tersenyum tipis. "Ma, percaya sama Krist. Kita gak ada masalah. Cuma perusahaan lagi ada masalah saja, jadinya Singto jarang di rumah. Mama kenapa tanya seperti itu?"

"Apa segitu sibuknya sampai anaknya merasa kesepian?" tanya Mama langsung. Dia tak ingin pernikahan anaknya terjadi apa-apa.

"Ma, kan biasa orang sibuk karena kerjaan. Apalagi perusahaan ada masalah." Krist berusaha menenangkan. Sebisa mungkin, Krist menutupi perselingkuhan Singto.

"Ya sudah, kalau ada apa-apa, kamu jangan sungkan cerita sama Mama. Mama yang minta kamu jadi menantu Mama, jadi kamu tanggung jawab Mama." Mama Singto tersenyum tenang.

Alasan lain dia bertahan adalah mertuanya yang sangat baik. Dia tak mau menyakiti hati Mama. Jika ada alasan lebih kuat kenapa Krist harus bercerai, maka Krist akan lebih membuat pikiran positif agar tak bercerai. Krist berjuang untuk rumah tangganya.

"Ma, main sama Fiat yuk di kamarnya. Anaknya pasti lagi murung." Ajak Krist.

Mama Singto hanya mengangguk. Krist menggandeng Mama Singto menuju kamar Fiat.

Krist mengetuk pintu kamar Fiat. "Sayang, Papa masuk ya. Ada Nenek juga ini."

Terdengar teriakan dari dalam kamar. "Masuk saja, Pa. Gak dikunci kok."

Krist dan Mama Singto masuk ke dalam kamar Fiat. Terlihat Fiat yang menyambut dengan tersenyum.

"Nenek, duduk sini. Fiat mau cerita sama Nenek. Papa gak boleh dengar cerita Fiat." Fiat menatap Krist.

"Ya sudah, Papa tinggal ya. Jangan bikin Nenek susah. Dan..." Krist menggantung ucapannya. Tangannya mengelus rambut Fiat. "Jangan ngomong macam-macam sama Nenek."

Krist tersenyum, lalu pergi meninggalkan Fiat dan Mama Singto. Tak lupa Krist menutup kembali pintu kamar Fiat.

Mama Singto menatap Fiat. "Fiat mau cerita apa ke Nenek? Kayaknya serius banget."

Fiat mengangguk. "Tapi Nenek jangan cerita ke Papa ya. Ini rahasia kita. Janji?" Fiat mengajukan kelingking kecilnya ke arah Mama Singto.

Mama Singto menyambut tangan kecil Fiat. "Janji. Nenek janji gak bakal cerita ke Papa kamu."

"Oke Fiat percaya." Fiat menatap Neneknya. "Waktu itu, Fiat sempat lihat Ayah gendong anak kecil perempuan. Terus tangan Ayah gandeng perempuan. Emang teman harus gandengan ya, Nek? Fiat sama teman Fiat saja jarang gandengan." Fiat bercerita dengan polosnya.

"Hah? Fiat kata siapa kalau itu teman Ayah?" tanya Mama Singto dengan tak percaya.

"Kata Ayah sendiri, Nek. Kata Ayah, Fiat gak boleh cerita ke Papa. Nek, Fiat punya adik ya? Kok Fiat gak pernah ketemu adik Fiat? Fiat belum jadi Abang yang baik ya?" Wajah Fiat sedikit berubah menjadi murung.

"Gak. Cucu Nenek cuma Fiat. Jangan dengerin omongan orang ya. Cucu Nenek selamanya hanya Fiat. Gak ada yang lain." Mama Singto memeluk erat tubuh Fiat.

"Nek. Fiat mau nabung. Buat belikan Ayah rumah. Fiat mau Ayah betah di rumah kita. Kitakan keluarga, Nek. Jadi Ayah harus punya rumah. Tabungan Fiat udah ada 2 lembar, Nek." Fiat melepas pelukan Neneknya, lalu memamerkan celengan ayamnya.

Namun, tangisan Mama Singto tak terbendung. "Fiat anak pintar. Tetap dampingi Papa kamu, ya. Papa kamu butuh Fiat untuk bertahan. Papa Fiat butuh tangan Fiat untuk gandeng Papa terus."

Fiat mengangguk dengan antusias. "Fiat bakal jagain Papa. Fiat sayang Papa dan Ayah. Tapi Ayah sedikit, karena Fiat gak terlalu dekat sama Ayah."

Mama Singto memeluk Fiat dengan erat. Air mata tak berhenti menetes. Sedangkan Fiat, memainkan celengan ayamnya.

🌼🌼🌼🌼🌼

Keluarga [ Singto x Krist x Fiat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang