Keluarga 23

641 80 16
                                    

Pagi ini, Singto terbangun dengan badan yang semakin sakit. Dan, sampai pagi ini, hanya Mamanya yang menemani dia di rumah sakit. Gheza bahkan tak menelepon dirinya.

Singto melihat Mamanya yang sedang sibuk memainkan ponselnya. "Ma..." panggil Singto.

Mama Singto menatap Singto. "Kenapa?" Wajah Mama masih terlihat datar.

"Badan aku sakit semua, Ma. Boleh minta tolong panggilkan dokter?" Singto menahan sakit di dadanya.

Mama mengangguk, lalu berdiri. "Tunggu sebentar, Mama panggilkan dokter." Mama berjalan keluar dari ruang rawat Singto.

Mama berjalan menuju perawat yang ada di dekat ruang rawat Singto. Mama tersenyum menatap perawat itu. "Permisi, Sus. Anak saya badannya sakit semua. Bisa diperiksa dulu? Atau beri obat pereda sakit?"

Perawat itu mengangguk. "Saya panggilkan dokter saja ya, Bu. Ibu bisa menunggu di ruang rawat."

Mama mengangguk. "Terima kasih, Sus."

Mama berniat kembali ke ruang rawat Singto, namun, Mama kepikiran dengan Krist yang ada di rumah sakit ini juga. Mama Singto memutuskan ke tempat informasi untuk mencari informasi tentang Krist atau cucunya.

Mama menyapa petugas yang ada di tempat. "Permisi."

"Oh, iya, Bu. Ada yang bisa dibantu?" tanya petugas itu dengan senyum yang tak pernah lepas.

"Saya mau tanya tentang pasien yang bernama Fiat, walinya Krist perawat. Di rawat di ruang rawat mana ya?" tanya Mama dengan wajah penuh harap.

"Saya periksa sebentar ya, Bu." Petugas itu memeriksa data pasien yang ada di dalam komputer itu.

Petugas itu sudah memeriksa semua data, dan mendapatkan data yang dimau. "Pasien ada di kamar wijaya nomor 2, Bu."

Mama tersenyum. "Terima kasih, Mbak."

Petugas itu tersenyum, lalu melanjutkan pekerjaan.

Mama ingin menghampiri Fiat sekarang, namun, dia ingat Singto yang sendirian di ruang rawatnya. Mama Singto kembali ke ruang rawat Singto, setelah selesai pemeriksaan, Mama Singto berniat menghampiri Fiat.

Mama berjalan dengan pelan, terus mengamati wanita yang ada di depannya. Senyum sinis Mama muncul ketika melihat pakaian wanita itu.

Wanita itu masuk ke dalam ruang rawat Singto. Sedangkan Mama, dia menunggu di depan pintu ruang rawat Singto. Menanti kejadian apa yang akan terjadi.

Singto menatap Gheza yang masuk ke dalam ruang rawatnya dengan wajah terkejut. "Gheza," panggil Singto dengan wajah yang masih terkejut.

"Aku malu punya calon suami yang penyakitan kayak kamu. Lebih baik kita berpisah saja. Jangan temui aku sama Anne lagi." Gheza menatap Singto dengan wajah jijiknya.

Singto berusaha turun dari brankar nya. Tanpa melepas selang infusnya, Singto berjalan menuju Gheza. Tangan Singto mulai mengeluarkan darah.

Singto berusaha memegang tangan Gheza, namun, Gheza menghempaskan tangan Singto. Singto masih berusaha. "Sayang, aku gak mau pisah sama kamu. Aku sudah ceraikan Krist. Aku sudah turutin semua yang kamu mau. Aku mohon, jangan tinggalin aku. Aku bakal sembuh kalau dapat donor ginjal. Kamu maukan nunggu aku sembuh? Kamu bisa bantu aku, carikan donor ginjal. Aku mohon."

Gheza menghempaskan tangan Singto. "Aku gak mau. Iya kalau kamu sembuh, kalau kamu mati? Percuma aku ngerawat kamu. Buang-buang waktu. Kalau kamu sudah sembuh, baru cari aku. Sekarang kita berpisah."

Singto sujud di depan kaki Gheza. "Aku mohon, jangan tinggalin aku, Sayang. Aku bakal secepatnya sembuh."

Gheza menendang Singto. "Aku gak peduli. Stop hubungi aku. Ganggu tau gak?" Gheza pergi dari ruang rawat Singto.

Keluar dari ruang rawat Singto, Gheza bertemu dengan Mama Singto. Gheza tersenyum sinis. "Anak kamu mau mati. Kasihan nasib kamu. Ditinggal suami, eh sebentar lagi mau ditinggal anak. Jagain deh anaknya."

"Kamu lagi-lagi mengganggu keluargaku. Kenapa yang berhubungan denganku harus rusak semua. Mantan menantu yang tukang selingkuh, anak yang berhubungan sama wanita selingkuhan Ayahnya, suami yang brengsek, pilih kamu yang sudah dicoba banyak lelaki daripada wanita yang setia sama dia." Mama menatap Gheza dengan pandangan remeh.

"Mungkin kamu pembawa sial. Makanya keluarga kamu, sampai anak kamu sial semua." Gheza mendorong bahu Mama Singto. Dengan wajah angkuhnya, Gheza meninggalkan Mama Singto.

Mama Singto memutuskan masuk ke dalam ruang rawat anaknya, dibanding meladeni kegilaan Gheza. Mama terkejut melihat Singto. Tangan Singto sudah mengeluarkan darah yang banyak.

Mama dengan cepat membantu Singto untuk berdiri. "Kamu kenapa sih? Kenapa mengemis ke wanita yang gak punya harga diri seperti itu?"

Singto menatap Mamanya. "Kita berpisah, Ma. Aku kehilangan lagi."

Mama memeluk Singto. "Sudah, sekarang kamu pikirkan kesehatan kamu. Jangan pikirkan wanita murahan itu lagi."

Mama membantu Singto kembali ke brankar nya. Dengan sabar, Mama membantu Singto naik ke atas brankar nya.

Singto sudah kembali ke brankar nya. Tak lama, Dokter dan perawat masuk ke dalam ruang rawat Singto.

"Loh, Bu. Ini kenapa? Kok bisa lepas?" tanya Dokter itu menatap Mama Singto.

"Tadi ada masalah sedikit, Dok. Bisa dibantu kan, Dok? Sama, tadi Singto terus mengeluh sakit badannya," ucap Mama menjelaskan keadaan Singto.

"Saya periksa dulu ya, Bu." Dokter itu mulai memeriksa keadaan Singto.

Perawat ikut membantu memasang kembali selang infus yang terlepas. Perawat dengan sabar membersihkan darah yang keluar dari tangan Singto.

Pemeriksaan kondisi Singto sudah dilakukan, dan Singto sudah diberi obat pereda nyeri untuk mengobati sakit badannya.

Dokter dan perawat itu pamit ke Mama Singto, lalu keluar meninggalkan Singto dan Mamanya.

Mama mengelus rambut Singto. "Sekarang kamu tidur. Suatu saat, kamu bakal tahu semuanya."

Singto menatap Mamanya bingung. "Maksud Mama apa? Bakal tahu apa, Ma?"

Mama menggeleng. "Tidur saja. Sekarang, kamu harus perhatikan kesehatan kamu. Jangan sampai, ginjal kamu rusak makin parah. Kita gak tahu kapan akan dapat donor ginjal."

"Ma, maafin Singto karena sudah buat Mama kecewa." Singto menatap Mamanya dengan wajah sedih.

Mama tersenyum. "Gak papa. Sekarang tidur."

Singto mengangguk, lalu memejamkan matanya. Mama memutuskan duduk di kursi tamu yang ada di ruang rawat Singto. Mama akan keluar, kalau Singto sudah tertidur nyenyak.

🌼🌼🌼🌼🌼

Besok deh, nextnya. Eh atau nanti malam. Tergantung mood deh 🤣🤣

Keluarga [ Singto x Krist x Fiat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang