Keluarga 12

696 82 9
                                    

Krist menjemput Fiat di sekolah. Membeli beberapa jajanan sekolah dasar untuk Fiat. Hitung-hitung juga membantu melarisi pedagang sekolah itu.

Fiat berlari dengan membawa tas di tangan kirinya. Wajah Fiat terlihat sangat bahagia. Fiat sampai di depan Papanya. Menatap Papanya dengan tersenyum polos.

"Pa, kata teman Fiat, ada film bagus di bioskop. Nonton yuk, Pa. Kita juga butuh hiburan, Pa." Ajak Fiat.

"Pulang dulu ya? Kita ganti baju, ambil helm baru berangkat." Krist mengambil tas di tangan Fiat, lalu memakai di punggungnya.

Fiat naik ke atas motor. Fiat memeluk Papanya dengan satu tangan. "Ayo Pa, pulang."

Krist menjalankan motornya dengan perlahan. Menggenggam tangan kecil Fiat yang memeluk pinggangnya.

Sesampainya di rumah, Fiat segera berlari memasuki rumah. Masuk ke dalam kamarnya, dan mencari baju ganti yang akan di pakai.

Krist masuk ke dalam kamar Fiat. "Jangan buru-buru. Bioskop tutupnya malam, Sayang."

Fiat menatap Papanya. "Pa, nanti kita nonton Miracle in Cell no.7 ya. Papa yang bayar. Nanti kalau Fiat sudah dewasa, Fiat bakal ganti uang Papa."

Krist hanya diam. Membantu Fiat mengganti pakaiannya. "Sudah, tunggu Papa sebentar. Gak usah diganti juga, Sayang. Papa ganti baju dulu."

Krist pergi menuju kamarnya, mengganti baju serta menutupi lukanya agar tak terlihat. Setelah mengganti bajunya, Krist menghampiri Fiat kembali.

Krist masuk ke dalam kamar anaknya. "Ayo berangkat."

Fiat dengan semangat langsung menghampiri Papanya. Tak lupa, menggandeng tangan Papanya. Mereka berangkat menggunakan motor andalan Krist.

🌼🌼🌼🌼🌼

Sesampainya di bioskop, Krist menggandeng Fiat untuk memesan tiket menonton. Tangan Krist selalu menggandeng tangan Fiat.

Setelah memesan tiket, mereka menunggu sebentar untuk masuk ke dalam ruangannya. Krist menyuapi Fiat popcorn yang dibelinya. Tak lupa minuman untuk menemani makan popcorn.

Ruangan sudah terbuka, saatnya Krist dan Fiat memasuki ruangan. Krist mencari tempat duduknya. Mereka duduk di tempat yang sudah dipesan.

Filmpun diputar. Semua asik memperhatikan film yang sedang tayang. Namun, Krist menatap Fiat dengan intens. Saat Fiat menangis, tangan Krist dengan cepat menghapus air mata Fiat.

Krist merasa ada yang memeluk lengannya, bajunya terasa sedikit basah. Dia mengerti, Fiat menangis karena film yang sedang diputar itu.

Film sudah selesai diputar. Krist dan Fiat memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Setelah makan barulah mereka pulang.

🌼🌼🌼🌼🌼

Sesampainya di rumah, Krist menggandeng Fiat memasuki rumah, lalu memasuki kamarnya.

"Ayo ganti baju, terus tidur." Krist membantu Fiat untuk mengganti baju.

Sesudah mengganti baju, Fiat segera naik ke atas ranjangnya. "Pa, cerita," ucap Fiat.

Krist duduk di samping Fiat yang sudah menidurkan tubuhnya. "Papa gak menceritakan dongeng. Tapi ini tentang Fiat."

Fiat sudah terdiam. Menunggu Papanya untuk bercerita. Fiat ingin tahu apa yang akan Papanya ceritakan.

Krist mengelus rambut Fiat. "Dulu, waktu Fiat lahir Papa bahagia banget. Papa timang setiap hari. Namun, lama-kelamaan, Fiat tumbuh besar, Papa gak kuat lagi menimang Fiat, Papa gendong Fiat. Fiat gak pernah menyusahkan Papa. Fiat semakin besar, Papa gak bisa lagi menggendong Fiat, Papa gandeng Fiat. Saat ini, sudah di tahap menggandeng Fiat. Nanti, Fiat akan semakin dewasa. Fiat akan lebih tinggi dari Papa. Papa sudah gak bisa lagi menggandeng Fiat. Papa rangkul Fiat. Papa sudah tua, ganti Fiat yang merangkul Papa. Papa sudah membungkuk, Fiat yang akan menggandeng Papa. Nanti, waktu Papa kembali ke pencipta, Papa harap, Fiat yang akan membawa abu Papa. Pelukan terakhir sebelum berpisah."

Krist kembali menatap Fiat. "Mau sedewasa apapun Fiat, mau sesukses apapun Fiat, bagi Papa, Fiat masih anak kecilnya Papa. Fiat masih terlihat polos dimata Papa. Nanti kalau Fiat kerja, Papa gak butuh uang Fiat. Papa cuma butuh, jenguk Papa sesempat Fiat. Papa mau lihat, anak Papa sudah semakin besar, putra kecil Papa sudah besar."

Fiat menggenggam tangan Krist. "Fiat gak akan meninggalkan Papa. Nanti Fiat akan menggandeng Papa. Kalau Papa sudah gak bisa berjalan, Fiat akan menggendong Papa. Fiat akan bawa Papa kemanapun Fiat pergi. Fiat gak akan biarkan Papa sendiri."

"Mungkin, Fiat pikir, Fiat hanya pembawa sial. Fiat hanya anak yang tak diharapkan. Padahal, Fiat gak tahukan, seberapa bahagianya Papa mendengar detak jantung Fiat untuk pertama kalinya. Betapa bersyukurnya Papa, punya putra yang tampan seperti Fiat. Fiat gak tahu, seberapa puasnya senyum Papa ketika Fiat mulai berjalan. Fiat menangis, dan saat itu juga Papa merasa gagal menjaga Fiat. Padahal, Itu hal wajar kalau lagi belajar jalan. Tapi, Papa takut. Papa takut Fiat terluka." Krist mengelus rambut anaknya.

"Fiat merasa beruntung punya Papa. Mungkin, Fiat nakal. Tapi, Papa gak pernah marahi Fiat. Papa selalu beri Fiat perhatian." Fiat menarik tangan Krist. "Tangan ini, mungkin nanti akan keriput. Tapi, bagi Fiat, tangan ini tetap terindah. Tangan yang sudah mengelus rambut Fiat. Tangan yang sudah mengelus punggung Fiat. Tangan yang tak pernah capek menimang Fiat."

Krist menghapus air mata Fiat. "Sudah sekarang tidur, biar besok gak terlambat berangkat sekolah."

"Pa, nyanyi." Pinta Fiat.

Krist mengangguk. Tangan Krist masih mengelus rambut Fiat, agar terasa nyaman.

You are my sunshine
My only sunshine
You make me happy
When skies are gray
You'll never know, dear
How much I love you
Please don't take
My sunshine away

The other night, dear
As I lay sleeping
I dreamed I held you
In my arms
When I awoke, dear
I was mistaken
So I hung my head and I cried

You are my sunshine
My only sunshine
You make me happy
When skies are gray
You'll never know, dear
How much I love you
Please don't take
My sunshine away

Fiat sudah tertidur. Kini, saatnya Krist kembali ke kamarnya. Membersihkan make up yang menutupi lukanya. Mengganti baju dengan baju tidur yang nyaman.

Krist berharap, hari esok akan membaik. Dia akan bahagia dengan anaknya. Tanpa gangguan dari siapapun.

🌼🌼🌼🌼🌼

Keluarga [ Singto x Krist x Fiat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang