Keluarga 6

748 79 10
                                    

Kini, Krist sudah menunggu di depan sekolah Fiat. Krist duduk dengan tenang di atas motornya, matanya terus mengawasi sekolah anaknya.

Anak-anak berlari berhamburan. Mata Krist mencari keberadaan anaknya. Dengan senyum senang, Krist menyapa Fiat yang melambaikan tangan kearahnya.

Fiat berlari menuju motor Krist. Setelah sampai di samping motor Krist, Fiat mencium tangan Krist. "Papa, kita jadikan ke mallnya?"

"Jadi dong." Krist tersenyum.

Fiat naik di depan motor Krist. Tangan kecilnya berpegangan erat di spion motor Krist.

Krist mulai menjalankan motornya. Selama perjalanan, Fiat bernyanyi dengan riang. Tak jarang, Krist juga ikut bernyanyi.

Sesampainya di mall, Krist memarkirkan motornya. Fiat sudah menunggu Krist. Setelah selesai memarkirkan motornya, Krist menggandeng Fiat memasuki mall.

Fiat terdiam sejenak, melihat hal di depannya yang membuat sakit. Mata Fiat berkaca-kaca. "Pa..." panggil Fiat.

Krist berhenti sejenak, lalu menatap anaknya. "Kenapa, Sayang? Kamu mau apa? Eh, kok mau nangis? Jagoan Papa jangan nangis dong."

Krist mencoba melihat ke arah pandang Fiat, namun, sebelum sempat melihat, tangan kecil Fiat sudah menarik wajah Krist menghadapnya.

"Fiat mau beli es krim, Pa. Kita beli dulu, ya. Baru kita ketemu Aunty Ryn." Fiat menarik tangan Krist.

"Kemarin katanya mau beli peralatan." Krist mencoba memberhentikan jalan anaknya.

Fiat menggeleng. "Gak jadi, Pa. Fiat capek. Fiat mau cepat-cepat pulang saja."

"Ya sudah, kita beli es krim dulu, ya. Baru ketemu Aunty Ryn." Krist menghapus air mata Fiat yang sudah terjatuh. "Mau Papa gendong? Biasanya anak Papa suka banget digendong."

Lagi-lagi Fiat menggeleng. "Fiat sudah besar, Pa. Gak usah digendong."

Krist tersenyum. "Oke, sekarang kita ke kedai es krim."

Mereka menuju kedai es krim di lantai dasar itu. Dengan sabar mengantri untuk membeli es krim.

Setelah mendapatkan es krimnya, Krist dan Fiat menuju ke restoran yang ada di lantai yang sama.

Memasuki restoran, Krist mencari seseorang yang dia kenal. Setelah melihat orang itu, Krist tersenyum. Menarik pelan tangan Fiat menuju orang itu.

"Ryn," panggil Krist.

Orang yang dipanggil Ryn, menatap Krist lalu tersenyum. "Lama gak ketemu kamu, Kit."

Ryn menatap Fiat yang menatap es krimnya. "Ini bocil sudah besar saja. Eh, es krimnya cair Sayang."

Krist melihat Fiat yang tangannya sudah penuh oleh cairan es krim, langsung mensejajarkan dirinya dengan Fiat. "Aduh Sayang. Tangan kamu kotor."

"Duduk sini, ini ada tisu," ucap Ryn.

Krist mendudukan Fiat di kursi depan Ryn. Dengan telaten, Krist membersihkan es krim yang ada di tangan Fiat. "Kalau Fiat gak mau es krim, jangan minta ya, Nak."

Fiat mengangguk. "Maafin Fiat, Pa. Maaf."

Krist memeluk tubuh anaknya. "Sudah, gak papa. Jangan nangis dong. Jagoan Papa cengeng banget sih. Gak papa kok, Papa gak marah."

Setelah tangisan Fiat reda, Krist melepaskan pelukannya. Krist menatap anaknya. "Jangan nangis lagi ya. Sakit, Papa kalau lihat Fiat nangis."

Fiat hanya mengangguk, kemudian diam tak menjawab ucapan Papanya.

Krist menatap Ryn. "Maaf, Ryn. Fiat lagi rewel aja kok. Kita pesan makan dulu ya."

Ryn mengangguk. "Iya, gak papa. Tadi sudah aku pesanin. Kesukaan kamu sama ini bocil. Paling bentar lagi sampai."

Keluarga [ Singto x Krist x Fiat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang