Sifat

227 51 3
                                    

Mereka akhirnya pindah ke rumah baru. Dengan menggunakan jasa pindahan rumah, mereka tak perlu terlalu repot mengangkat barang-barang. Jihan menyiapkan makan malam dirumah barunya itu dengan menghangatkan makanan kiriman ibu mertuanya. Besok diadakan acara pengajian selamatan rumah baru. Aba akan menginap di rumah mereka.

Suami tercinta sudah menunggu ayah mertuanya di dekat pos satpam cluster dengan sepeda motor, karena ayahnya menggunakan angkutan umum dan turun di gerbang utama lau berjalan kaki sebentar.

Jihan menata makan malam di atas meja makan. Ia tersenyum sambil menatap suasana di dalam rumah barunya.

"Berkah ya Allah, berkahi kami di rumah ini, aamiin." ucap Jihan seraya mengusap wajahnya.

Ponsel Abay berbunyi. Ia menatap nama seseorang di sana. Kyla. Dahi Jihan berkerut. Ia menekan tanda bulat hijau di layar dan meletakan ponsel di telinga kanannya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Abay ada?" Suara wanita di seberang sana yang sedang menanyakan keberadaan suaminya membuat debar jantung berdetak cepat.

"Lagi keluar rumah sebentar. Dengan siapa ini?" Jihan pura-pura tak tahu siapa yang menghubungi suaminya.

"Kyla. Ini dengan siapa ya, Mbak?" Kyla balas bertanya.

"Jihan," jawab Jihan singkat. Terjadi keheningan sepersekian detik.

"Istri Abay?" tanya Kyla lagi.

"Iya, Mbak Kyla," jawab Jihan pelan.

"Abay nikah kok nggak undang saya? Maaf ya, saya telpon ke handphone Abay."

"Nggak apa-apa, ada pesan tidak? Nanti biar saya bilang ke Mas Abay," ucap Jihan.

Terdengar suara kekehan di ujung sana. Jihan merasa malu. Ia menunduk.

"Nggak pantes dia dipanggil 'Mas'. Cuek begitu orangnya. Ngomong-ngomong, salam kenal ya Jihan, aku cuma mau tanya tentang apartemennya Abay, jadi disewakan atau nggak, adek aku mau sewa, dia kerja di dekat lokasi apartemen Abay, biar deket."

"Mbak Kyla tahu apartemen Mas Abay, tahu mau disewakan?" tanya Jihan lagi.

"Iya. Abay yang bilang beberapa waktu lalu." lanjut Kyla santai.

Jihan diam. Beberapa saat. Lalu ia kembali bertanya.

"Mba Kyla sering berkomunikasi sama Mas Abay setelah, putus?" Pertanyaan Jihan membuat Kyla diam. Lalu tak lama mengeluarkan suara lagi.

"Iya, tapi sebatas teman aja. Aku udah berkeluarga, aku cinta sama suami aku ini, Jihan, jangan mikir yang nggak-nggak ya, kita nggak ada hubungan lebih dari teman." Kyla menjelaskan ke Jihan.

"Iya, Mbak, maaf ... tadi tanya begitu." Jihan tersenyum.

"Nggak apa-apa, kapan-kapan ketemuan, yuk, aku kenalin ke suami aku juga, Abay juga belum kenal," suara Kyla terdengar semangat. Tapi Jihan ingat cerita Yasmine, kalau bundanya tidak suka dengan Kyla. Karena terlihat manja dan seperti banyak mau.

"Iya, Mbak, kapan-kapan ya, Mbak," balas Jihan.

Mereka menyudahi berbicara di ponsel masing-masing. Abay datang bersama ayah Jihan. Jihan menghampiri ayahnya lalu berpelukan. Ia rindu ayahnya. Sudah lama tidak bertemu.

***

Jihan melipat mukena dan ia letakan di lemari kecil sebelah meja riasnya. Ia melihat ke suaminya dari pantulan cermin yang sedang senyum-senyum sambil membaca pesan singkat di ponselnya.

"Lagi ngapain, Mas," tanya Jihan basa basi. Ia duduk sambil menengok ke arah ponsel Abay.

"Chat sama asdos aku."

Senyawa (Repost) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang