Cukup Sudah

328 75 1
                                    

Kegiatan di tempat Jihan kerja sedang mengadakan kunjungan ke wisata edukasi yang memberikan kesempatan anak-anak untuk memilih profesi mereka di masa depan. Jihan mendampingi anak-anak dengan perasaan bahagia.

Rayner sedang ngambek diujung dekat tempat yang menjual makanan dan minuman ringan. Ia menangis. Tapi orang dewasa yang bersamanya tidak menggubrisnya. "Ray, kenapa sayang?" Jihan berjongkok. Sambil menatap Rayner yang menangis sesenggukan.

"Ray–mau beli–susu coklat, ta–pi enggak bo–leh sama Om A–bay." Rayner menangis.

"Ya enggak boleh, lah! Nanti kalo kamu batuk! Om Abay yang dimarahi Ummi kamu, Ray!" Abay marah-marah. Sorot matanya penuh emosi. Jihan menatap sinis dan galak.

"Sama anak kecil jangan kayak gitu! Kayak kamu enggak pernah kecil!" Jihan berhadapan dengan Abay yang tubuhnya lebih tinggi darinya. Berbicara dengan nada penuh penekanan, pelan, dan tegas.

"Ray, yok beli sama Miss Jihan, tapi Miss telpon Ummi dulu ya, kita izin." Jihan menggendong Rayner dipelukannya, menatap sinis ke Abay lalu berjalan ke tempat menjual susu.

"Jangan galak-galak Mas sama keponakannya, kasihan, untung Miss Jihan baik, Rayner juga nurut sama Miss Jihan, udah enggak nakal kayak sebelumnya," ucap ibu-ibu lain yang ikut mendampingi anaknya.

Abay diam,hanya mengangguk pelan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Abay memilih duduk di tempat orang menunggu. Rayner juga kelihatan lebih bebas dan nyaman bersama teman-temannya, tentunya dengan pendampingan Jihan. Namun, tak lama Rayner berlari menghampiri.

"Om Abay ...." Rayner menarik-narik kemeja yang dikenakan Abay.

"Apa Ray ...." Suara Abay penuh penekanan.

"Aku sakit perut ... mau pup, Om."

"Hah! Tahan dulu aja, di rumah nanti, ya!" Abay ngomel-ngomel. Raut wajah Ray sudah memelas, may tak mau Abay menggendong Rayner ke toilet, setelah masuk ke dalam bilik khusus anak, Abay kebingungan. Ia seumur-umur belum pernah mengurusi kotoran anak kecil. Membayangkannya tidak sanggup. Abay berteriak memanggil Jihan yang sedang duduk beristirahat.

"Ya, kenapa." jawab Jihan dingin.

"Ray lagi di toilet, gue minta tolong bersihin, Ray, lagi buang hajat dia."

"Iya," jawab Jihan singkat, lalu masuk ke toilet khusus anak. Tidak lama suara Rayner tertawa sudah terdengar, bersamaan dengan Jihan berjalan menggandeng Rayner.

"Lega, Om ...," ucap Rayner yang membuat Jihan tertawa kecil sedangkan Abay menatap kesal ke keponakannya itu.

Acara selesai siang hari. Karena tidak menggunakan bis yang disewa, tetapi dengan mobil masing-masing, anak-anak langsung pulang. Jihan memilih menuju ke toko buku dahulu. Ia berjalan cepat saat melihat toko buku. Tapi suara ribut antara Abay dan Rayner terdengar lagi.

"Om! Makan itu aja ...," rengek Rayner. Abay menolak. Ia ingin makan makanan jepang. Rayner kembali berjongkok sambil menangis. Jihan dengan sigap mengangkat Rayner kedalam pelukannya dan menenangkannya.

"Ngalah, kek, sama anak kecil!" ketus Jihan.

"Gue nggak mau makan itu. Bosan! Di tempat ini juga ada ayam gituan han!" Jihan melotot saat mendengar penjelasan Abay.

"Ray, makan sama Miss, yuk, Om Abay biarin makan sendiri, nggak ada temen." Jihan membawa Rayner ke tempat makan pilihannya sambil tetap menggendongnya. Abay kesal sendiri,ia mengikuti Jihan dan Rayner kedalam tempat makan itu.

Mereka akhirnya makan siang bersama, Rayner disuapi Jihan dengan telaten. Abay hanya sesekali melirik interaksi keponakan dan pengasuhnya itu. Lalu membuang tatapan dengan malas dan fokus ke makanan di hadapannya.

Senyawa (Repost) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang