"Jihan," panggil ibu kepala tempat penitipan anak yang akhirnya, Jihan bisa bekerja di sana.
"Iya, Bu." Jihan berjalan menghampiri.
"Sebentar lagi jam tujuh, anak-anak akan mulai datang, kamu nanti pegang anak-anak usia tiga sampai lima tahun, ya."
"Iya, Bu." Jihan membenarkan pakaian dan hijabnya. Mengalungkan tanda pengenal dan bersiap menyambut anak-anak yang diantar orang tua atau anggota keluarga masing-masing.
Suara pintu mobil terbuka dan tertutup terdengar. Satu persatu anak-anak terlihat digandeng orang tua menuju ke arahnya.
"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak," sapa Jihan. Beberapa wajah anak terlihat bingung.
"Saya pengasuh baru, panggil Miss Jihan, ya." Jihan bersimpuh dan menyodorkan tangannya.
"Waalaikumsalam, Miss, aku Rayner, ini Ummi aku." Rayner menunjuk wanita di sebelahnya.
"Assalamualaikum, Ibu, saya pengasuh yang baru."
"Waalaikumsalam, iya Miss Jihan. Titip Rayner, ya, ini tas isi baju ganti dan pampers, Rayner."
"Wah ... Rayner masih pake pampers? Nanti kita belajar buang hajat di toilet, ya, Miss Jihan ajarin."
"Nggak mau." Rayner geleng-geleng.
"Kenapa?" Jihan menggenggam jemari anak lelaki ganteng itu.
"Takuttt ...." Rayner melirik ke Ummi-nya.
"Rayner takut ke kamar mandi, Miss," jawab Umminya.
"Wah, tenang aja, nanti Miss Jihan temenin kok, yuk, masuk, Ummi udah mau berangkat kerja, cium tangan dulu." Jihan beranjak dan mengambil tas Rayner.
"Assalamualaikum, Ray,"
"Waalaikumsalam, Ummi." Rayner melambaikan tangan dan masuk ke dalam dengan digandeng Jihan.
"Tunggu di sini, ya, Miss mau ajak temen-temen Ray yang lainnya." Jihan meninggalkan Rayner di ruangan.
"Iya. Miss, Ray boleh nonton kartun dulu?"
"Boleh. Sebentar Miss nyalain TV, ya." Jihan berjalan ke arah televisi dan Ray mengangguk.
Ruangan berukuran sepuluh kali lima meter dan berlantai vinyl motif kayu itu sangat luas untuk anak-anak. Ada matras untuk tidur siang anak-anak yang masih tersusun rapi di pojok ruangan, selimut baru yang setiap hari diganti, ruangan berpendingin dan harum permen karet, buku-buku bacaan, berbagai kebutuhan anak-anak supaya tidak bosan semua ada di sana.
Jihan memegang sepuluh anak dibantu satu senior pengasuh bernama Mia. Mia lebih dominan karena sudah profesional dan lama, Jihan memperhatikan sambil mempelajari semuanya.
"Jihan, udah waktu sholat dhuha, kamu duluan aja, habis itu baru aku," ucap Mia sambil mengawasi anak-anak yang sedang menyusun puzzle.
"Iya, Mbak Mia, Jihan ke mushola, ya." Ia beranjak, Mia mengangguk.
Untuk penitipan bayi usia diatas enam bulan sampai satu tahun, ada di lantai dua, dekat dengan ruang staff dan kepala pengasuh, terdapat banyak box bayi, di ujung lantai dua, itu ruangan untuk anak usia diatas satu tahun hingga dua tahun. Batasan usia hanya sampai lima tahun, karena setelah itu,anak-anak masuk ke lingkungan sekolah, dimana sudah mulai bisa mandiri juga.
Mushola ada di seberang gedung utama, taman dan halaman yang luas terasa menyejukan mata Jihan. Ada ayunan, prosotan, dan lainnya lebih mirip taman kanak-kanak. Jihan selesai sholat. Ia merapikan mukena dan kembali bergegas ke dalam ruangan. Iya berharap ini akan menjadi pekerjaan tetapnya. Baru satu hari,tapi ia sudah nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyawa (Repost) ✔
RomanceBlurb : Cinta itu butuh kepercayaan, yakin, juga ikhlas menerima segala kekurangan. Karena kelebihan itu hal biasa. Jihan dan Abay, mereka menerima itu, bahkan disaat ujian berat datang menghampiri, tidak ada satu alasan untuk keduanya tidak Senyaw...