Sana mendengus menepuk dada Wonwoo. "Jawab yang bener ish!"
Kedua pasutri itu tengah bersantai ria di balkon kamar sambil menikmati secangkir coklat hangat yang atasnya memiliki toping marshmellow sambil keduanya tengah saling memeluk satu sama lain agar tetap hangat lalu Sana bersandar pada dada Wonwoo sedangkan pria itu sibuk mengendus surai perempuan itu.
Wangi banget jadi makin suka
"Iya apa sayang cinta." Ucap Wonwoo.
"Ini aku mau bahas sesuatu tapi masih pasal topik kita yang beberapa hari lalu," ucap Sana.
Wonwoo berhenti memainkan surai Sana lalu mengernyit, "kamu cerita banyak hal sayang."
"About children."
"Ah itu ya, heem. Jadi kenapa?"
Sana menegakkan tubuhnya sambil berfikir sebentar lalu menepuk tangannya membuat sang lawan bicara terkekeh.
"Kenapa sih?" Tanya Wonwoo sambil mencubit pipi sang istri dengan gemas.
Wanita itu menunduk sebentar sambil memilin jarinya gugup.
"Aku udah mikirin ini dari jauh hari gitu— aku mutusin buat gak nunda kehamil, karena apa ya? Kalo aku ceritain juga kayaknya bakal panjang deh. Aku fikir aku udah siap sama semuanya kaya seumuran kita tuh kalo punya anak kecil lucu gak sih Nu? Jadi pasutri muda gitu. Bukan karena aku pengen ikut-ikutan ya tapi aku gak mau egois juga sama kamu masa iya kita gak punya keturunan kan sepi datar krik krik, bahkan aku denger beberapa cerita gitu anak itu penyempurnaan pernikahan diantara kedua pasangan tau Nu. Kaya aku tetap sama duniaku tapi kalo saatnya tiba aku dikasih titipan malaikat kecil sama Tuhan aku tetap siap dan bakal mengurangi kegiatan aku..." Papar Sana, ia meringis kikuk.
