05

14.2K 945 55
                                    

"Aku akan meniduri mu Abb. Kau tak akan bisa lari dariku." Ucap Harry seraya mengejar ku yang sudah lebih dulu lari masuk kedalam rumah. Aku tau dia hanya bercanda, gurauan Harry yang selalu membuatku hidup. Harry menarik tanganku hingga aku berada didekapannya sekarang. Ini begitu indah, hanya saja kupikir diantara kami berdua tidak ada gejolak cinta yang begitu besar. Atau hanya aku yang merasakan jantungku yang berdebar tak normal saat berada didekapannya.

Knock... Knock... Knock...

"who is there?" Jerit Harry yang kurasa seperti berbisik, tanpa melepas pelukannya yang melingkar di pinggangku.

"Bodoh. Dia tidak akan mendengar mu jika kau berbisik seperti itu. Lepaskan aku sekarang juga." Pinta ku. Harry sengaja tidak melepas pelukannya dan semakin mempererat pelukannya. "HARRY!" Jeritku lagi ketika ketukan dipintu depan semakin banyak dan terkesan tidak sabaran. Harry melepaskan pelukannya setelah aku menginjak kakinya berulang kali. Dengan segera aku berlari kepintu depan dan membukanya.

"Hay Abby." Sapa seorang gadis yang tidak asing dimata ku. Gadis yang akan mendahului ku untuk tidur dengan Harry. Gadis yang detik ini juga aku benci. Darahku berdesir cepat. Pembicaraan ku dan gadis ini saat di kantin tadi berputar kembali diotak ku layaknya film yang sedang di putar di bioskop. Juga perkataan Harry di perpustakaan sekolah. Semuanya campur aduk membuatku pening. Rasa mual dan nyeri di dadaku begitu terasa saat aku membayangkan gadis ini dengan Harry. Memang sebelumnya aku tak pernah merasa seperti ini. Tak pernah merasa cemburu pada wanita yang akan tidur dengan Harry. Tapi gadis ini berbeda. Dia mempunyai segalanya, dan Harry bisa saja mencintainya. Dia populer, salah satu gadis tercantik di sekolah, dia pintar, ya dia sempurna. Dan Harry pantas mendapatkan gadis ini.

"Abb, siapa disana?" Teriak Harry dari dalam. Aku sengaja tak menjawab pertanyaan Harry karena ia sendiri sudah berjalan menghampiri ku. Dia bisa melihat tamu yang ia nantikan. "Luna? Kenapa tidak langsung masuk? Masuklah anggap rumah mu sendiri." Ucap Harry asal.

"Hey tuan Styles ini rumahku!" Pekik ku kesal karena Harry selalu bersikap seenaknya dan juga karena aku merasakan sesuatu yang berbeda dalam diriku. Aku dan Harry sedikit berbalas hinaan yang sering kami lontarkan ketika sedang bertengkar. Ya mungkin beberapa orang yang melihat ini akan mengatakan bahwa kami lucu jika bertengkar, tapi terkadang kami melakukannya dari hati. Maksudku benar-benar marah.

"Kalian seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Terlihat lucu." Ucap Luna yang langsung mendapat tatapan tidak percaya dari aku dan Harry. Lucu? Seperti sepasang kekasih? Jk, aku harap perkataan Luna didengar oleh Tuhan. Aku harap kami memang sepasang kekasih.

"Tidak Luna. Yang benar saja. Aku tidak ingin mempunyai kekasih seperti Abby. Dia tidak sexy. Ayo masuk." Tegas Harry. Andai saja aku bisa berbicara dengan lantang didepan Harry, aku pasti mengatakan bahwa aku memang tidak sexy tapi aku bisa mencintainya lebih dari siapapun.

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Luna dan Harry masih menonton televisi di ruang tengah. Entahlah apa yang Harry tunggu, dia sama sekali tidak menyentuh Luna sejak Luna datang kemari. Mereka hanya duduk berdua di sofa. Hal ini membuatku sedikit lega.

Aku melihat mereka berdua dari meja makan karena ya sejak tadi aku berada disini. Bukan aku sedang makan hanya saja Harry menyuruhku diam disini. Menyebalkan? Tentu saja jawabannya iya.

Kulihat tangan Luna mulai meraba dada bidang Harry dan membuka beberapa kancing baju Harry. Dan kau tau apa? Dengan kasar Harry menepis tangan Luna. Ia berdiri dan berjalan kearah ku dengan raut wajah yang tidak tenang. Entah apa yang terjadi dengannya. Dia mendekat ke arahku dan tentu saja meninggalkan Luna sendiri disofa. Harry menatap tajam kearah ku seakan akulah penyebab semuanya.

"Apa?" Tanyaku ketika dia semakin mendekat dan tak sedetik pun membuang tatapan dinginnya dari ku. Harry tidak menjawab pertanyaan dariku. Dia terus melihatku tanpa henti. Membuatku canggung berada disini. Membuatku salah tingkah tentunya. "Berhenti melihat ku seperti itu." Bentakku padanya.

"Ini semua salah mu. Salah mu hingga aku tak bisa menyentuhnya." Balasnya membuatku terkejut. Bagaimana tidak jika dia menyalahkan ku disaat tak sedikitpun aku berbuat salah padanya.

"Aku? Kau lucu Harry, kau menyalahkan ku. Silahkan jika kau ingin tidur dengannya. Sama sekali aku tak pernah mempermasalahkan itu." Teriakku lalu pergi meninggalkan pria keriting itu dan segera naik kelantai atas masuk kedalam kamarku. Oh Tuhan sungguh aku tak mengerti kenapa ia menyalahkan ku. Dia bisa menyentuh wanita manapun yang ia mau dan kenapa baru sekarang ia menyalahkan ku. Dan juga apa salahku? Sejak tadi aku tak berbicara apapun dan tentu saja aku tak merasa bermasalah dengannya. Gila, Harry memang gila!

Knock... Knock...

"Abb, keluarlah. Aku butuh kamar mu." Teriak Harry dari luar. Sungguh aku tak tau apa yang ada didalam pikirannya. Baru beberapa menit yang lalu ia marah dan juga menyalahkan ku, sekarang ia meminta aku keluar karena tentu saja ia ingin memakai kamar ku. "Abb cepatlah." Teriaknya sekali lagi. Tentu saja aku gagal menahan diri ku untuk tetap duduk didalam kamarku.

Aku keluar kamar tanpa berkata apa-apa. Tak sedikitpun aku menolehkan wajahku pada Harry maupun Luna. Ya aku mencoba untuk marah pada Harry, lebih tepatnya pura-pura marah. Aku sering melakukan hal ini. Harry tidak akan suka melihat ku marah sampai tak mau bicara dengannya. Dia membenci hal itu, sangat benci. Hingga dia akan meminta maaf padaku, memohon agar aku tidak marah lagi padanya. Tentu hal yang paling aku sukai adalah ketika Harry memohon padaku dan mau menuruti apapun permintaan ku. Pernah satu kali ia membuat ku marah karena ia ingin menjodohkan ku dengan temannya yang bertubuh besar layaknya bodyguard, tentu aku sangat marah padanya karena jujur saja aku tak suka dengan cara perjodohan seperti itu. Dan aku berkata bahwa aku akan memaafkan Harry jika ia memutuskan pacarnya yang baru beberapa hari menjalin hubungan dengannya, dan tentu saja detik itu juga dia memutuskan kekasihnya itu. Kau tau apa yang aku rasakan? Aku seperti seorang pembunuh yang mempunyai teman seorang teroris yang telah mengebom subuah tempat. Kau pasti tau rasanya menjadi aku. Harry selalu menjelaskan padaku, ia akan melakukan apa saja yang bisa membuatku senang. Tapi hal itu berlaku ketika kami masih kecil, dan sekarang Harry selalu berfikir dua kali jika aku meminta sesuau yang aneh. Tidak, dia tidak pernah tak menempati janji atau menuruti permintaanku. Jika permintaan ku memang terlalu berlebihan, dia akan menyuruhku mengganti permintaan ku itu. Hidup begitu menyenangkan ketika kau bisa mendapat sahabat seperti dia.

"Ahhhg Harry. Lebih cepat sayang. Ahhhh.. Harrrr... Ahhhh"

Aku mendengar suara Luna yang begitu menikmati permainan Harry disana. Tentu suara itu membuat ku muak. Bayangkan saja jika kau mencintai sahabta mu sendiri dan kau harus mendengar sahabat mu sedang menikmati sex dengan wanita lain yang memiliki kesempatan lebih besar darimu untuk mendapatkan hatinya. Sakit? Tak bisa di ucapkan dengan kata-kata.

"Oh Sedikit lagi aku sampai sayang. Kau begitu nikmat Abb. Abby- ahhrg- fuck Abby." Teriak Harry. Apa yang aku dengarkan? Abb? Abby? Dia menyebut nama ku? Tunggu dulu. Apa aku sungguh tak salah dengar? Aku? Tidak mungkin, bukan? Okay stop Abby! Terlalu banyak pertanyaan bodoh yang kau lontarkan! Gadis batin ku berteriak dengan melipat kedua tangannya di bagian dada seakan memarahiku.

Aku masih duduk termenung didepan televisi. Masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Terlalu banyak pertanyaan konyol yang menumpuk di otakku. Beberapa menit kemudian, ku lihat Luna keluar dari kamar ku. Mata kami bertemu dan dia sama sekali tak tersenyum melihat ku. Apa dia juga mendengarnya? Apa dia marah pada ku? Sungguh aku ingin mendengar penjelasan dari Harry.

"Hey Luna, kau sudah? Kenapa terburu-buru seperti itu?" Sapa ku ketika ia hendak membuka pintu depan. Dia hanya menoleh kearah ku dan segera pergi meninggalkan ku tanpa berbicara apa-apa.

"Kau kenapa dengan Luna? Bertengkar?" Tanya ku meminta penjelasan pada Harry atas sikap Luna yang begitu berbeda dengan ketika ia datang tadi sore.

"Tidak. Dia tiba-tiba marah pada ku dan aku sunggu tidak tau ia kenapa." Jelasnya. "Sudahlah biarkan saja. Dia tak bisa memuaskan ku." Lanjutnya.

"Kau gila Harry. Benar-benar gila." Balasku seraya kembali duduk disofa menonton kembali acara televisi yang sejak tadi kutonton.


_____

Gila gantung banget dan ga seru ya? pfft. Demi apa deh aku ngerasa cerita ku ga menarik sama sekali gitu. Kalian sama sekali ga excited buat voments story aku nih keliatannya haha 

xx key



STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang