38

6.1K 551 27
                                    

Aku segera menjatuhkan badanku ke kasur. Sial! Sial! Kenapa aku harus melihat mereka berdua? Kenapa aku harus melihat Harry yang sedang melampiaskan nafsunya ke Jenny? Kenapa aku harus melihat Harry yang sedang menikmati tubuh indah Jenny? Kenapa harus Jenny?

Aku melempar bantal, guling atau apapun yang ada di dekatku. Dadaku begitu sesak. Rasanya ada yang menusuk ku tepat di bagian dadaku, menghambat ku untuk bernafas.

Aku benar-benar membenci Harry. Apa bedanya dia dengan Zayn sekarang? Apa bedanya mereka berdua? Aku tidak bisa mempercayai pria lagi rasanya. Aku begitu sakit. Begitu sakit hati karena Harry.

"Lou,"

"Hssst. Menangislah kalau itu bisa membuat mu tenang. Aku ada untuk mu, Abby."

Louis mendekat kearah ku. Ia duduk didepanku seraya menyeretku masuk kedalam pelukannya. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku meluapkan semuanya ke Louis. Aku yakin airmata ku mungkin tembus dan membasahi dada bidangnya. "Mau cerita padaku?" Louis bertanya ketika aku sudah mulai sedikit tenang. Aku masih dalam pelukan hangatnya. Hanya saja airmata ku tak lagi menetes.

"Tapi aku tidak tahu harus cerita apa." Balasku. Aku memang tidak tahu harus bercerita apa atau mulai darimana. Jujur saja aku sedikit malu harus bercerita bahwa aku melihat Harry sedang bermesraan dengan wanita lain.

"Baiklah. Oh iya, teman perempuan mu pamit untuk pulang tadi. Dia bilang kau boleh menghubunginya kapanpun kau mau." Ucapnya. Aku hanya mengangguk.

Aku meminta Louis untuk keluar dari kamarku. Aku ingin tidur. Mungkin tidur akan membuatku sedikit lupa tentang apa yang terjadi. Tanpa mengelak, Louis keluar dari kamarku. Tak lupa ia mengecup bibirku sebentar. Aku mulai terbiasa dengan itu. Aneh? Ya aku masih berfikir ini aneh untuk kita tapi entahlah aku tak pernah bisa menolaknya. Katakan aku jalang sekalipun aku tak peduli.

Aku kembali mengingat bagaimana Jenny menari begitu luwesnya di hadapan Harry. Aku kembali mengingat bagaimana mata hijau Harry nampak takjub melihat keindahan tubuh Jenny. Aku kembali mengingat bagaimana tangan Harry menjamah tubuh telanjang Jenny. Ya memang jika dibandingkan dengan Jenny, aku kalah. Bukan hanya kalah sexy, aku jelas kalah cantik darinya. Dari pengalaman, jelas dia berpengalaman dalam bidang ya kalian tau sendiri lah. Dan ya tentu aku kalah dalam hal mencuri hati Harry.

Kau bodoh Abby! Harusnya kau sadar sejak dulu bahwa Harry tak pernah mencintaimu. Selama ini ia hanya menganggap mu seorang adik. Tapi kenapa dia menjagaku? Oh sadarlah nona muda, dia hanya tak ingin adik perempuannya tersakiti. Tapi kenapa dia selalu bilang bahwa aku kekasihnya? Dia pria keras yang sangat susah untuk ditebak dan kini aku mulai membencinya!

"Pergi atau kupanggil polisi." Aku mendengar suara Louis berteriak marah-marah di luar. Dengan mata sembab aku memutuskan untuk melihat apa yang sedang terjadi dengannya karena tidak mungkin ia marah-marah tanpa tujuan. Aku buru-buru keluar rumah menemui Louis yang semakin mengeraskan suaranya. Sepertinya dia sedang bertengkar tapi entah dengan siapa.

"Minggirlah, aku tidak ada urusan dengan mu." Aku mempercepat langkahku ketika mendengar suara itu.

"Louis." Jeritku terkejut dengan apa yang kulihat. Aku mendapati Louis jatuh tersungkur ditanah. Sedang Harry berdiri menatapnya dengan tangan yang mengepal. "Kau?!" aku memandangi Harry dengan amarah yang menggebu-gebu. Baru beberapa jam yang lalu ia menyakiti hatiku, sekarang ia menyakiti kakak ku. Dasar pria bodoh!

"Abby dengarkan aku dulu." Harry memohon padaku. Aku yang lebih mengutamakan Louis sama sekali tak menghiraukannya. Aku membantu Louis untuk berdiri. Darah segar mengalir dari ujung bibirnya. Oh Tuhan pasti itu sakit sekali. "Abby kau kenapa?! Dengarkan aku!" Harry menahanku untuk masuk kedalam rumah. Ya aku sengaja meninggalkannya karena tak mau memperpanjang masalah. Lagipula apa yang harus ia jelaskan ada apa yang butuh aku dengarkan? Penjelasan apa yang ingin ia lontarkan?

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang