44

10K 564 105
                                    

WARNING!!!


"Happy birthday, Abby." Ucapnya dengan wajah sumringah. Sungguh, dia bisa membuat semua wanita lupa diri hanya dengan sebuah senyuman. Aku masih menatapnya bingung. Aku bingung harus bahagia, terharu, marah, tertawa, sedih atau malah menghinanya. Dia sungguh, sangat amat, bodoh.

Ia berubah menatapku penuh tanya. Mungkin dia bingung mengapa aku malah bengong menatapnya.

Ia berjalan meninggalkan ku menuju meja di depan kami. Seakan ia mau menyuruhku melihat apa yang telah ia lakukan dengan mejanya. Mungkin Harry yang menghias mejanya, atau ia minta bantuan orang lain.

Mejanya penuh dengan bunga mawar merah yang indah dalam vas. Dan ada setangkai mawar putih yang ia ambil dari vas lalu ia berikan padaku. Dia terlihat sangat manis.

Ia menggandeng ku lagi, mengajakku menuju balkon. Pun aku menjatuhkan tas ku di lantai dan segera mengikutinya ke balkon.

"Harry," Aku menutup mulut ku tak percaya dengan apa yang kulihat di depan ku. Sebuah meja dengan hiasan bunga mawar merah di lantainya. Bunga mawar yang indah ia buat mengelilingi meja seakan berbentuk love dengan lilin diatasnya.

Tak hanya bunga mawar yang indah di lantainya, ada bunga mawar merah, putih, dan juga merah muda di mejanya. Setangkai bunga mawar terlihat di letakkan begitu saja menutup kekosongan piring yang sudah tertata rapi. Ini sungguh terlihat indah dan juga manis.

"Maaf jika terlalu banyak mawar." Ucapnya malu-malu. Sontak aku kembali menatap Harry. Terfokus pada kebodohannya, lagi. Rasanya ingin sekali tertawa puas tepat di depannya. Dasar bodoh.

"Kau bodoh, Harry." Ucapku akhirnya. Pun aku tertawa begitu puas hingga airmata menetes jatuh dari sudut mataku. Bisa kulihat ekspresi bodohnya yang bingung dengan ucapanku. "Ulang tahun ku dua minggu lagi, bodoh!" Lanjut ku mengatakan yang sebenarnya.

Aku semakin terbahak ketika raut wajahnya berubah seakan tak percaya.

"Kau bercanda? Sialan Matthew dan Aiden!" Ia menggaruk kepalanya yang ku yakin tidak gatal. "Berhentilah menertawai ku." Perintahnya. Aku yang sejak tadi menahan tawaku rasanya tak bisa menghentikannya begitu saja.

Aku baru bisa berhenti tertawa begitu melihat wajah Harry yang mulai kesal.

"Sudah puas?" Tanyanya cetus.

Aku hanya menggeleng sambil memegangi perutku yang rasanya kaku sekali akibat tertawa yang begitu puas. Ya kapan lagi aku bisa menertawakan Harry yang bodoh ini.

"Baiklah aku berhenti, aku berhenti." Janjiku ketika Harry melipat tangannya didepan dadanya. "Sekarang mau kita apakan hidangan yang telah kau siapkan ini?" Tanyaku setelah bisa mengontrol tawaku untuk berhenti.

"Entahlah. Aku kesal melihat semua ini." Jawabnya malas.

"Ya aku tau kau bodoh sekali. Tapi sungguh Harry, ini indah. Jika saja hari ini memang ulang tahun ku, pasti aku sudah mencium mu terus-menerus." Jelas ku berusaha membuat Harry berbesar hati.

Ia menatapku dan aku tersenyum membalasnya. Tiba-tiba senyumannya berubah menjadi senyuman yang sering kulihat dulu jika ia ingin menggoda wanita.

"Mencium ku? Terus menerus? Dengan mudahnya? Apa itu juga akan berakhir dengan memasukan milik ku kedalam milik mu?" Tanyanya bertubi-tubi.

Aku hanya bisa memutar bola mataku mendapati Harry yang mesum telah kembali. "Menjauh dari ku." Perintah ku ketika Harry tiba-tiba mendekat kearah ku. Aku menendang kakinya agar dia berhenti mendekati ku. "Boleh aku duduk disini?" Tanyaku seraya menunjuk kursi kayu.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang