"Lepaskan aku bodoh! Brengsek!" Aku melepaskan genggaman ku pada pergelangan tangannya. Kulihat ia membulatkan matanya padaku. "Lihat apa yang kau lakukan pada tanganku. Kau membuatnya merah." Ucapnya seraya menunjukan pergelangan tangannya yang merah padaku.
"Dan lihat apa yang telah kau perbuat padaku." Balasku santai.
Abby kembali menatapku. Namun kini ia memperlihatkan tatapan bingungnya padaku. "Apa maksud mu?" Tanyanya.
"Ya lihatlah kau membuat adik kecilku ingin membuat mu basah." Balasku santai.
Abby kembali membulatkan matanya padaku. Bisa kulihat sudut bibirnya tertarik seakan ia tersenyum, namun sayang ia menahannya. Jujur saja aku merindukan senyum manisnya.
Aku tersenyum menggodanya, berharap dia akan ikut tersenyum atau bahkan tertawa bersama ku. Tapi yang ku terima hanya tatapan bencinya, lagi. Ia memutar bola matanya lalu menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya.
Seketika aku menjadi susah untuk menelan ludahku ketika ia mengangkat tangannya untuk menguncir rambut panjangnya. Kedua tangannya yang terangkat membuat kaos ketatnya---aku lebih suka menyebutnya bra---sedikit terangkat juga. Dan ya tentu saja itu membuat payudara bagian bawahnya sedikit terlihat.
Oh Tuhan ingin rasanya aku melepas kaos itu sekarang juga. Bisa ku pastikan jika Abby mengangkat tangannya lebih keatas lagi, kaos itu akan ikut terangkat dan ya payudaranya akan tergantung begitu saja tanpa kaos sialan itu.
"Apa yang kau lihat? Ku kira kau sudah berubah. Otak mesum!" Bentaknya seraya menutupi kedua payudaranya dengan tangannya.
"Aku menunggu payudara mu lepas dari kaos itu." Jawabku asal.
Abby langsung memukul lengan ku keras. Uh kurasa ia lebih kuat ketika aku meninggalkannya. Buktinya pukulannya lebih terasa daripada sebelumnya.
"Jangan menggodaku, bodoh!" Ucapnya penuh penekanan pada setiap katanya.
Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya. "Kau bilang kita bukan sahabat lagi kan? Jadi kau wanita asing bagiku, aku bebas menggoda mu." Balasku.
Bisa kulihat ekspresi wajahnya berubah. Ia terkejut mendengar perkataan ku. Apa aku salah?
"Baiklah, orang. asing. Kurasa kau benar. Dan sekarang biarkan aku pergi atau kau---"
"Kau mengancam ku? Kau berani mengancam ku?" Aku mendekatkan diriku padanya. Membuatnya mundur hingga punggungnya bersentuhan dengan lemari pendingin di belakangnya.
"Harry menjauhlah ku mohon." Pintanya. Ada nada takut terdengar dari suaranya. Aku hanya tersenyum menggoda.
"Sayangnya inilah yang ku lakukan pada wanita asing penggoda seperti mu." Balasku.
Dengan tidak adanya ruang untuk ia menghindariku lagi, membuatku semakin maju mendekat kearahnya. Jarak kami semakin dekat bahkan aku bisa merasakan detak jantungnya yang tak beraturan.
Aku menghentikan langkahku saat Abby menutup kedua matanya seakan takut. Apa yang salah dengan ini? Maksudku bukankah kami pernah melakukan yang lebih dari ini? Kenapa detak jantungnya semakin tak beraturan? Kenapa dia seakan takut?
"Abby, kau baik-baik saja?" Tanyaku akhirnya. Aku takut ada sesuatu yang salah dalam tindakan ku.
"Aku hanya--- Aku---- Oh Sial! Lupakan saja." Seketika Abby menempelkan bibirnya pada bibirku. Ia mengalungkan lengannya pada leherku. Aku sedikit mendorongnya agar melepas ciumannya. Bukan aku tak mau, hanya saja ini aneh.
"Kau benar baik-baik saja? Hanya saja kufikir ini, aneh." Ucapku.
Ia tak menggubris ucapanku. "Just kiss me." Balasnya lalu ia kembali melumat bibir ku. Aku bisa merasakan soda di mulutnya. Aku sedikit lega karena ia minum soda bukan vodka atau wiski yang biasa Zayn sediakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
STYLES
RandomMy mouth hasn't shut up about you since you kissed it. The idea that you may kiss it again is stuck in my brain. Which hasn't stopped thinking about you since well before any kiss. 18+