35

8.1K 613 44
                                    

"Kalian berdua dalam masalah besar. Ikut aku." Ucapnya seraya memberi kami isyarat untuk mengikutinya. Pun kami bertiga mengikutinya kearah ruang kerjanya. Ia menyuruh aku dan Harry masuk terlebih sedangkan Aiden harus menunggu kami di depan ruangannya. Kami bertiga di sambut oleh senyuman puas Luna yang sedang duduk di kursi tamu dalam ruangan kepala sekolah ini. Aku begitu muak melihat gayanya yang keterlaluan. Entah apa yang selama ini membuatnya begitu membenci ku. Atau mungkin karena Harry yang salah menyebut nama saat melakukan sex dengannya? Aku tersenyum tipis mengingat hal itu. Senyumku pudar ketika Harry menyenggol lenganku dan mengisyaratkan padaku untuk berbicara pada Mr. Dyson. Aku bisa tau Harry sangat malas berhubungan dengan pria satu ini, atau mungkin ia selalu malas berhubungan dengan semua guru di sekolah ini.

"Jadi pak Dyson, apa yang membuat anda memanggil kami kemari?" Tanyaku. Oh ya, jelas aku menyadari ini pertanyaan bodoh ketika Mr. Dyson melihatku dengan mata yang hampir keluar dan juga Harry yang menginjak sepatu ku. Membuatku mendelikan mata ku padanya.

"Kalian masih tidak sadar dengan apa yang kalian perbuat?" Ia mendengus kesal. "Nak, aku sudah membuat peraturan yang tertulis dan terpampang di setiap koridor. Bahkan untuk peraturan tentang 'sex dan semacamnya' sudah kubuat dan kupajang paling besar dari semua peraturan yang kubuat." Jelasnya dengan nada yang ia buat agar terdengar sabar.

"Lalu?" Kata itu muncul begitu saja dari mulutku ketika Mr. Dyson berhenti sejenak. Menyadari kebodohan yang kubuat sekali lagi, aku segera menutup mulutku dan melirik Harry yang menatapku. Ya bisa ku lihat bibirnya tersenyum lumayan lebar karena aku membuat Mr. Dyson nampak sangat jengkel padaku.

"Lalu? Nak, aku akan memanggil orang tua kalian. Semuanya." Ucapnya putus asa.

"Tapi pak, ayah dan ibu ku kan sudah bercerai. Lalu ibu ku tinggal di Inggris dan ayah ku entah kemana. Lalu anda ingin memanggil siapa? Lagipula aku tidak melakukan apa-apa." Ucapku penuh kebohongan. "Atau mungkin siswa yang mengadukan pada anda itu seseorang yang iri melihat sahabat ku lebih memilih aku daripada dirinya. Mungkin." Lanjut ku seraya melirik kearah Luna yang nampak kaget dan geram dengan penjelasan ku.

Mr. Dyson melirik kearah Luna yang sudah mengepalkan tangannya dan ingin maju kearah ku sebelum kepala sekolah kami yang terhormat menyuruhnya untuk duduk kembali di tempatnya. Kulihat Harry menahan senyumannya dan mengedipkan sebelah matanya kearah ku. "Baiklah Ally, aku tidak jadi memanggil orang tuamu." Sahut pria ini. "Maaf pak, tapi nama ku Abby." Koreksi ku.

"Oh maaf aku lupa. Baiklah kalau begitu aku akan memanggil orang tua mu Styles. Sepertinya kau memang salah karena tidak ada pembelaan dari mu." Mr. Dyson segera menyuruh kami keluar dari ruangannya untuk menunggu di luar ruangan sementara ia membolak-balik buku besar yang menyimpan alamat dan nomor telepon rumah siswa.

Aku dan Harry duduk di bangku di luar ruangan kepala sekolah. Kami menunggu orang tua Harry datang kemari. Entah siapa yang akan datang, dad Chris atau mom Agnes. Selang beberapa menit, mereka datang. Mr. Dyson menyuruh mereka masuk bersama dengan Harry, sedangkan aku harus menunggu mereka di luar bersama Aiden.

*****

HARRY's POV

"Apa yang kau fikirkan Harry? Bukankah kau bersahabat dengan Abby sejak kecil?" Tanya ibu seraya menyiapkan makan siang untuk ku. Orang tuaku tidak marah dengan apa yang tadi kulakukan. Entahlah aku juga tidak tau apa yang mereka fikirkan hingga mereka sama sekali menganggap ini masalah yang biasa saja.

"Kehabisan wanita untuk dicintai? Atau kau memang mencintai sahabat mu?" Goda ayah seraya setelah menarik kursi di meja makan untuk duduk disebelah ku.

"Ya begitulah anakmu. Menyelamatkan gadis yang ia cintai hingga ia di skorsing satu minggu penuh." Lanjut ibu sambil melirik ke arah ayah.

"Ugh. Aku hanya menyelamatkan Abby. Aku sama sekali tidak menyentuhnya." Jelasku malas.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang