25

10.1K 668 13
                                    

"Harry? Oh god, hey Agnes, Chris." Seseorang menyapa kami. Ia mendekat kearah meja kami dengan raut muka terkejut. Aku melihat ke arahnya, meneliti wajah yang tak asing bagiku. Dia adalah rekan dad yang aku lupa siapa namanya.

"Pedro? Kau Pedro? Sudah lama kita tak berjumpa." Dad langsung berdiri ketika pria yang bernama Pedro itu mendekat kearah kami. Pedro memeluk dad dan menepuk punggungnya. Ia lalu memeluk mom.

"Ya sudah lama sekali. Aku dengar kalian sukses dalam bisnis? Kurasa Mrs. Willis salah tentang kalian berdua." Ucap Pedro dengan tawa yang mengisi seisi ruangan restaurant.

"Ah dia hanya dosen yang iri melihat hubungan kita." Ucap mom. Mereka bertiga tertawa ketika sempat bernostalgia tentang masa muda mereka.

Mereka berbincang cukup lama hingga aku memutuskan untuk pergi ke toilet. Sampai aku kembali pun, Pedro dan dad masih saja berbincang dan tertawa. Begitu juga dengan mom. Bahkan kulihat Pedro sempat tersenyum pada Abby.

"Baiklah aku pergi dulu. Istri ku pasti sudah menunggu. Oh ya Harry, sampai bertemu tahun depan." Ucapnya sebelum pergi. Apa maksudnya dengan sampai bertemu tahun depan? Aku bahkan tak begitu akrab dengannya, untuk apa juga aku harus bertemu dia tahun depan? Dasar pria aneh.

*****

ABBY's POV

"Tidak mau mampir?" Tanya ku setelah Harry menghentikan mobilnya didepan rumah ku.

"Uhm kurasa tidak. Terimakasih." Ucapnya pelan dan lembut. Dia terlihat begitu manis jika seperti ini.

"Baiklah. Terimakasih untuk jamuan makan malamnya. Sampai bertemu besok pagi." Aku segera membuka pintu mobil setelah tersenyum pada Harry.

"Besok. Aku akan menjemput mu." Ia menarik tanganku, menahan ku agar tidak keluar terlebih dahulu. Aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

Aku segera masuk kedalam rumah setelah melihat mobil Harry telah melaju dan berhenti tepat hanya beberapa rumah dari rumahku.

"Mom, I'm home." Teriak ku ketika menyadari rumah begitu sepi. Aku memanggil mom beberapa kali tapi sama sekali tak ada jawaban. Aku memutuskan untuk pergi ke dapur dan mengambil orange juice. Aku menuangkannya di gelas dan langsung meneguknya habis.

"Wow. Kau haus sekali Abby." Aku melihat George yang terhenti di pintu dapur sedang melihatku meneguk minuman ini.

"Ehm." Jawabku singkat. Aku segera meletakkan gelas di meja makan dan hendak pergi meninggalkan George. Kau tau aku tak suka akan kehadiran pria ini bersama kedua anaknya yang menyusahkan. Jelas saja aku sangat tidak ingin berbicara panjang lebar dengan dia.

"Abby, bisa kita bicara sebentar? Antara ayah dan anak, bisa?" Tanyanya ketika aku berjajar dengannya. Aku berhenti karena pertanyaannya.

"Apa? Ayah dan anak?" Tanya ku dengan nada meremehkan.

"Ya kau kan juga anak ku. Bisa kita bicara empat mata?" Tanya lagi.

"Mungkin maksudmu antara ayah tiri dan anak tiri. Maaf George, aku lelah dengan aktivitas ku sehari ini. Kau urus saja ibuku dan kedua anakmu. Anggap saja aku tidak pernah ada didalam kehidupan mu. Permisi. Selamat malam." Aku pergi meninggalkannya yang masih berdiri didepan pintu. Sebenarnya ada rasa gemetar ketika harus membalas ucapan George dengan kalimat sekasar itu. Tapi ya sudahlah, anggap saja itu pelajaran untuknya agar dia sedikit sadar juga.

Aku menaiki tangga dengan terburu-buru. Menengok ke belakang untuk melihat keadaan George disana. Jujur saja terkadang ada sedikit rasa peduliku terhadapnya.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang