21

10.9K 743 26
                                    

Aku meneliti wajah gadis pirang itu dengan teliti. Ya sungguh aku pernah melihatnya. Dia wanita yang ada di pesta Liam. Wanita yang pernah Harry tepis tangannya saat hendak bersalaman dengan ku. Tapi sungguh aku tak bisa mengingat namanya. Gadis itu terlihat semakin memperdalam ciumannya. Terlihat ciuman penuh napsu. Ewwh.

Aku mengernyit jijik melihat kelakuan mereka berdua. Tak tau malu. Ini kan tempat umum. Lagi keadaan cafe ini sedang ramai.

"Kau mengenal gadis itu? Dia cantik." Tanya Lucas yang menggeser posisinya disebelah ku. Menggantikan posisi Harry.

"Ya." Jawabku singkat.

"Singkat sekali? Kau cemburu atau ingin menikmati ciuman juga?" Aku langsung melayangkan satu kepalan ke bahu Lucas. Membuatnya sedikit meringis kesakitan. "Kuanggap itu jawaban bahwa kau ingin berciuman." Lanjutnya.

"Diam Lucas. Kau terlalu banyak bicara." Jawabku tanpa melepas pandangan kearah mereka.

Aku masih tetap melihat tingkah mereka. Sampai akhirnya gadis itu berdiri dari pangkuan Harry dan segera duduk ke tempatnya semula. Aku memutuskan untuk pergi ke toilet yang ada di bawah. Karena toilet di lantai dua ini harus melewati posisi Harry saat ini.

"Mau kemana?" Tanya Matthew ketika aku berdiri.

"Toilet." Jawabku singkat. Aku langsung berjalan hendak menuju tangga.

"Abby," Kudengar seseorang memanggil ku. Aku menoleh kearah Matthew dan ia langsung menunjuk kearah Zayn. Aku terdiam sebelum menoleh kearah Zayn.

Zayn melambaikan tangannya menyuruhku mendekat kearahnya. Aku menghembuskan nafas sebelum berjalan kearahnya. Mengumpulkan keberanian dan juga mental untuk melihat si brengsek Harry.
"Ya?" Ucapku ketika berada di meja mereka berlima.

"Duduklah dulu. Di sampingku, atau di pangkuan Harry?" Tanyanya dengan tawa yang ia buat-buat sehingga semua ini terlihat lucu.

"Aku bukan jalang." Jawabku setengah berbisik. Ya itu jawaban untuk pertanyaan 'maukah aku duduk di pangkuan Harry'.

"Sorry, what?" Tanya Zayn yang langsung kujawab dengan gelengan kepala.

Aku memilih duduk di samping Zayn. Bukan ditengah, diantara Harry dan Zayn. Karena satu meja bisa di pakai untuk 6 orang, jadi kami mengatur posisi duduk tiga-tiga.

Tiga gadis tersebut memiliki rambut pirang sepertiku. Kedua gadis tersenyum padaku. Satunya malah terlihat sinis saat memandang ku. Siapa lagi jika bukan Lex yang memandangku sinis. Aku sangat hafal dengan gadis sinis ini.

"Hey kau Abby yang bersama Harry waktu itu kan? Senang melihat mu lagi." Sapa gadis pirang yang tadi berciuman dengan Harry. Dia tersenyum manis padaku. Dia tak berubah. Masih sangat ramah padaku. Sangat berbeda dengan temannya, Lex.

"Ya, dan kau uhmm---"

"Jenny. Oh iya kau sudah kenal dia kan? Namanya Alexa. Panggil saja Lex." Ia memperkenalkan dirinya dan juga Alexa. Aku tersenyum padanya dan mencoba tersenyum pada Alexa yang masih menatapku dengan sangat amat sinis. Matanya tak sedetik pun berpindah. Sungguh ini membuatku sangat risih.

"Dan kau siapa?" Aku mencoba mengalihkan pandangan ku dari Alexa dan bertanya pada gadis pirang satu lagi yang duduk tepat didepanku.

"Bethany. Panggil saja Beth." Iya tersenyum padaku. Suaranya sedikit berat dan serak. Sama seperti Harry. Anggap saja dia sebagai versi wanitanya.

Kita tidak lupa dengan sosok Harry kan? Ia sejak tadi seperti orang bingung. Oh entah apa yang ia bingungkan. Sejak tadi ia terlihat gusar. Aku meliriknya sebentar sebelum Zayn mengajakku berbicara panjang lebar.

STYLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang