"Pak, maaf mengganggu. Saya bahwa anak ini harus segera di Operasi. Jika tidak itu mengancam nyawanya." Potong dokter.
Pria itu diam, termenung, lidahnya terasa Kelu. Sang istri yang mengerti pun mewakili.
"Lakukan apa pun, tolong selamatkan dia."
"Baik, tapi kita perlu wali untuk menandatangani beberapa surat." Jelas sang dokter.
Mereka sama-sama terdiam. Mereka tidak tau siapa anak ini, darimana, dan siapa walinya. Tapi jika tidak ada menandatangani maka nyawa anak itu tidak akan selamat.
"Saya tidak tau siapa walinya, saya adalah orang yang menabrak anak itu. Saya yang bertanggung jawab. Bisakah saya yang menandatanganinya?" Setelah sekian lama akhirnya pria itu angkat bicara.
"Tapi harus wali dari pasien yang harus menandatangani surat-surat tersebut."
"Dokter, apa anda tidak ingin menyelamatkan nyawa seseorang? Tolong, saya tidak tau lagi apa yabg harus saya lakukan. Lakukanlah yang terbaik, dan setelah anak itu selamat maka saya akan mengerahkan diri pada pihak yang berwajib."
"Baiklah." Putus sang dokter.
"Apa maksudmu? Kau ini tidak bersalah. Ini takdir, ini bukan salahmu. Untuk apa menyerahkan diri?" Wanita itu tidak terima dengan perkataan sang suami.
"Aku bersalah, aku harus bertanggung jawab. Salah jika aku mengajarkan anak-anak ku tanggungjawab namun aku lepas tanggung jawab."
Tidak ada kata-kata lagi, memang benar, ia harus bertanggung jawab. Tapi ia juga ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, ini sangat aneh menurutnya.
••••••
Pukul 8.53 pagi, ruang operasi yang semula tertutup ini terbuka. Dari tadi malam hingga sekarang, operasi ini baru selesai. Sepasang suami istri itu menunggu hingga tertidur di ruang tunggu yang ada. Dokter yang melihat pun membangun pasangan itu.
"Pak operasi sudah selesai."
"Sudah? Bagaimana keadaannya?" Suara serak itu menginterupsi. Dokter pun kaget dengan suara itu, apakah pria ini tidak tidur?
"Anak itu kritis, hanya kemungkinan kecil ia selamat. Luka di kepalanya begitu parah, kami tidak yakin anak itu selamat." Jelas sang dokter.
"Dan juga..... apakah anak itu terjatuh dari tempat tinggi?" Tanya dokter.
"Tidak. Saat saya menabraknya, ia terseret dan menghantam trotoar. Memang nya ada apa?" Jawab pria itu sedikit heran.
"Saya melihat ditubuhnya ada beberapa luka bekas jatuh atau hantaman. Tidak, banyak sekali luka seperti itu. Dan juga ada beberapa luka yang sudah hampir menggering."
Pria itu diam, sepertinya memang ada yang aneh disini. Ia akan meminta anak buahnya menyelidiki ini.
"Baiklah, tolong pindahkan anak ini di ruang VIP. Saya yang akan mengurus semua biayanya."
"Tolong beri penanganan khusus untuk anak ini." Timpal sang istri.
"Kau sudah bangun?"
"Sudah, apa anak itu akan selamat?" Tanya nya.
"Aku harap begitu."
••••••
Pria itu menepati perkataannya, ia menyerahkan diri ke kantor polisi. Dan polisi mulai menyelidiki tempat kejadian. Anak dan istri pria itu hanya bisa menangis, tapi ini adalah tanggung jawabnya.
Anak yang ditabraknya sangat tidak stabil, terkadang detak jantung nya melambat, bahkan berhenti untuk beberapa saat.
"Sudahlah, jangan menangis. Ini yang harusnya terjadi, nanti aku akan keluar dengan uang jaminan. Tapi setidaknya aku harus di hukum untuk Perbuatanku. Lebih baik kau pulang dan beristirahat lah, jaga anak-anak, dan juga tolong jenguk anak itu. Beri beberapa penjaga untuk memantau keadaan nya." Ucap pria itu memenangkan istrinya yang menangis.
"Kenapa kau tidak membayar dendanya? Kenapa kau harus di penjara? Apa yang harus kulakukan tanpamu? Bagaimana anak-anak nanti?"
"Aku akan keluar dengan membayar jaminan. Sabar dulu, jika tidak beberapa Minggu mungkin beberapa bulan." Canda sang suami.
"Kau ini! Jika tidak beberapa bulan akan bertambah menjadi beberapa tahun?" Tanya sang istri sebal.
"Tidak, secepatnya. Setelah anak buahku menemukan kejanggalan ini, aku akan langsung keluar. Sekarang sudah siang, pulang lah. Anak-anak akan mencarimu nanti. Jika mencarimu katakan saja, aku sedang keluar negeri untuk beberapa saat."
"Baiklah aku mengerti. Jaga dirimu! Aku mencintaimu." Setelah mengucapkan itu, mereka berpisah. Sang wanita melangkah dengan lemas, ia harus bisa menahan anak-anak nya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya