18.

13.4K 813 6
                                    

Haii.
Daripada galau mending nonton Upin Ipin ga seeh?

Moga suka sama cerita aku ya guys.

--------------------------------------------------

"Kak." Panggil Ana sambil menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Apa?" Tanya Gio yang masih fokus pada bukunya.

"Aku ikut dong." Ucap Ana langsung masuk dan duduk di sebelah kakaknya.

Ana melihat dengan seksama kakaknya yang sedang mengerjakan tugasnya. Di usia remaja Gio sudah sangat tampan, apalagi sekarang ia menggunakan kacamata yang membuat kadar ketampanannya bertambah.

"Udah se-le-sai." Ucap Gio sambil merenggangkan ototnya.

"Kenapa Ana? Ada pr?" Tanya Gio pada Ana yang di jawab gelengan lucu.

"Kakak ganteng kalo pakai itu." Ucap Ana sambil menunjuk kacamata Gio.

Gio mengangkat sebelah alisnya, "sejak kapan kamu jadi centil?"

"Ihh beneran tau!" Kesal Ana.

"Iya deh." Jawab malas Gio kemudian menuju ranjangnya. Gio menepuk sebelahnya mengisyaratkan Ana untuk duduk.

"Kakak tau engga? Tadi kak Lio bawa teman-temannya." Ucap Ana dengan semangat.

"Oh iya? Kamu kenalan?" Jawab Gio seolah penasaran.

"Engga. Ana malu kak, temen-temennya kak Lio ganteng-ganteng." Ujar Ana dengan cengiran khasnya.

"Katanya mau tau?"

"Hehe, engga sekarang. Nanti-nanti aja." Ucap Ana sambil mengambil kacamata Gio yang masih di pakainya.

"Kenapa?" Tanya Gio sambil membenarkan letak kacamatanya yang sudah di pakai adiknya.

"Emangnya mereka tau kalo aku adeknya kakak? Kan kata mamah Ana engga pernah pulang karena sakit. Jadi engga ada orang yang tau kalo ada Ana." Ucap Ana sambil memiringkan kepalanya.

"Iya, itu kan dulu. Sekarang Ana sudah pulang. Ana mau punya teman kan?" Tanya Gio lagi.

"Iya." Ucap Ana dengan semangat

"Nanti kalo kak Lio bawa temennya lagi Ana kenalan oke?" Kata Gio sambil mengangkat tubuh mungil adiknya dan membawanya ke arah bawah untuk makan malam.


******************************

Beberapa kali teman-teman kakaknya datang, namun sama saja. Ana sama sekali tidak pernah berkenalan, jangankan berkenalan bahkan jika mereka datang Ana langsung menghilang entah kemana.

Hingga hari ini, teman Lio dan Gio datang secara bersamaan. Gio dan teman-temannya mendapatkan tugas kelompok, sedangkan Lio dan teman-temannya hanya berkumpul untuk bermain.

Ana? Seperti biasanya. Ana nongkrong di bawah pohon yang biasanya. Ana tiduran diatas rumput dengan mata yang memandang langit. Sungguh! Ia sangat bosan. Jika teman-teman kakaknya datang secara bersamaan seperti ini membuatnya gelisah.

Kita beralih pada Gio dan teman-temannya. Mereka sedang berada di ruangan santai rumah ini. Sedangkan Lio, mereka ada di halaman rumah. Biasanya akan berpindah ke kamar Lio.

"Alah bodo amat. Pusing gw mikirin mtk." Keluh salah satu teman Gio.

"Bener banget Dap. Gw juga pusing." Keluh salah satunya lagi.

"Monyet. Gw Dafa anjir, Dapa² seenak udel Lo aja ganti nama gw. Dasar Raka'tokan." Kesal Dafa.

"Bacot banget sih kalian berdua." Ucap Hendy yang sedari tadi ingin fokus pada tugasnya.

"Jangan bicara kotor di sini! Di sini ada adek-adek gw! Nanti dia biru bicara kalian!" Ucap tegas Gio.

"Iya-iya kaku banget sih lu." Nyinyir Raka.

"Ck, gw mau cari suasana. Lo ikut kaga ka? Lagian matematika ini bukan tugas kelompok." Ajak Dafa yang sudah tidak betah dengan tekanan matematika.

"Kuy lah." Semangat Raka. Mereka meninggalkan Gio yang sedang mengerjakan tugas kelompok mereka dan Hendy yang sedang mengerjakan tugas matematika.

Mereka menuju kearah taman belakang, tempat yang sering Ana gunakan. Mereka tidak masuk dalam taman, mereka hanya berkeliling.

Kaca yang mengelilingi taman membuat mereka sangat terpana dengan kemegahan rumah ini. Mereka kira taman belakang rumah ini sama dengan taman-taman biasanya. Namun mereka salah!

Taman di mulai dengan bentuk setengah lingkaran dari tengah rumah. Dan kaca mengelilingi setengah lingkaran taman itu membuat suasana tampak mewah. Di tambah dengan arsitektur yang sangat elegan membuat mereka terkagum kagum.

"Ni rumah kalo di jual bisa laku berapa ya?" Tanya Dafa yang kagum dengan rumah ini.

"Kayaknya bisa buat beli bandara deh. Sama sekalian pesawat-pesawat nya." Jawab Raka yang juga kagum.

"Apalagi itu pohon. Dia sendiri di tengah. Eh itu apaan? Boneka?" Ucap Dafa menunjuk pohon yang cukup besar. Pohon itu adalah tempat tongkrongan Ana!

"Kaga anjrit, itu manusia. Tapi siapa?" Heran Raka yang melihat Ana sedang tiduran di atas rumput tanpa bergerak.

"Bukannya Gio itu 2 bersaudara ya? Adeknya aja cowo. Terus itu siapa? Masak adeknya cosplay jadi cewek?" Heran Dafa juga.

"Kok jadi horor ya? Kita balik yuk." Ajak Raka sambil mengusap lengannya. Mereka memilih pergi dari sana, mereka memikirkan hal-hal negatif.

"GIO! DI RUMAH LO ADA ANAK KUNTI." Jerit Raka.

"Apaan sih! Mana ada makhluk gituan di siang bolong kayak gini." Ucap Gio kesal.

"Beneran anjir. Tadi gw liat anak-anak tiduran di bawah pohon taman belakang Lo! Dia pake baju putih terus rambutnya di gerai." Timpal Dafa.

Gio yang mendengarnya sedikit bingung. Siapa? Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Itu pasti Ana! Pohon belakang rumah adalah sport favorit Ana. Tidak salah lagi! Itu pasti Ana.

"Alah mungkin kalian laper. Jadi halusinasi. Makanya kalo di suguh in makanan itu di makan! Di suguhin makanan malah sok alim." Ucap Gio mengalihkan pembicaraan.

Mereka hanya terduduk sambil memakan cemilan yang di hidangkan. Ternyata memiliki rumah besar dan mewah menyeramkan juga!

ANA || LIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang