Sudah sebulan lebih Ana bersekolah, selama ini semua berjalan lancar. Ana cukup mendapat banyak teman, sungguh ini sangat jauh dari ekspektasi Ana.
Saat bersyukur karena mendapat teman sebaik Rasta. Walaupun kadang tingkahnya menyebalkan namun Rasta adalah teman yang baik.
Hari ini di sekolah
"An ayo ke kantin, masak dari tadi di kelas Mulu." Ajak lesu Rasta.
"Kamu aja Rasta, aku lagi engga pengen jajan apa-apa." Jawab Ana yang masih menulis.
"Ih Ana, ini istirahat tau. Masak masih kerjain tugas aja, ini kan jamnya udah habis jadi buat pr aja. Kamu ini jangan rajin-rajin dong." Sebal Rasta sambil merebut pulpen Ana.
"Ayo ke kantin." Ajak Rasta lagi sambil menarik tangan Ana.
"Kamu aja Rasta..." Jawab Ana sabar.
"Aaaaa kamu mah gitu. Kamu engga sayang aku. Aku sebel sama kamu." Sebal Rasta sambil menghentakkan kakinya.
Aku sebel sama kamu
Aku keki sama kamu
Aku bete bete bete
Jawab salah satu teman sekelas Ana dan Rasta yang masih di kelas.
"Hehe sori Ras. Gw refleks nyanyi." Cengir temannya karena melihat tatapan sebal Rasta.
"Ah bodo. Ayo dong Anaaa. Kamu itu harus lihat dunia luar jangan cuma di kelas ajaa." Rengek Rasta menggoyang-goyangkan lengan Ana.
"Rasta, aku tau kamu pasti bukan cuma ke kantin. Kamu pasti ajak aku keliling buat ke kelas 9. Aku engga mau ya!" Dengus Ana.
"Hari ini engga deh. Ayo ke kantin."
"Oke, awas aja kalo kamu ajak aku ke kelas 9." Putus Ana.
Mereka berjalan sampai dengan kantin. Untung saja kantin tidak terlalu ramai. Jadi Ana merasa aman di sini. Biasanya jika kantin di penuhi oleh orang-orang Ana memilih menunggu di depan.
Apalagi saat kantin di penuhi siswa laki-laki. Ana tidak akan mau masuk kedalam kantin. Ana sangat anti dengan laki-laki!
"Udah yuk pulang." Ajak Rasta riang.
"Ana lihat tuh ada cogan. Wah seger banget mata aku." Takjub Rasta melihat segerombol laki-laki berjalan kearah kantin.
Ana yang melihat sudah tidak nyaman. Ia hanya mengangguk mengiyakan. Lalu cepat-cepat Manarik tangan Rasta agar cepat pergi ke kelas.
"Kiw cewek." Goda salah satu dari mereka.
Bulu kuduk Ana sudah terasa berdiri. Ucapan itu terdengar sangat menjijikkan.
"Waw Ana. Tuh kan baru ketemu aja cowok-cowok udah kepincut sama kamu." Goda Rasta pada Ana yang masih menarik tangannya.
"Etss ayo ikut aku dulu yuk." Ah.. Ana tau ini. Pasti Rasta akan mengajaknya ke kelas 9. Hanya lewat memang tapi Ana tidak suka.
"Aku ke kelas aja ya Rasta." Tolak Ana lembut.
"Engga kamu harus ikut. Jadi kalo aku salting punya temen." Tanpa ba-bi-bu
Rasta langsung menyeret Ana ke kawasan kelas 9."Tuh kan ganteng-ganteng semua." Binar Rasta.
"Kamu jangan genit-genit." Kesal Ana.
"Wah ada kak Vino. Ana aku udah cantik belum?" Heboh Rasta.
"Udah. Ayo cepet ke kelas." Ajak ana tidak sabaran.
"Iya, kita ke kantin sana dulu. Siapa tau kak Vino kepincut kecantikan aku." Lagi-lagi Rasta langsung menyeret Ana.
"Woi, lu Rasta kan? Sini bentar." Seru seseorang saat Rasta dan Ana hampir mencapai kantin. Memang ada beberapa gerombolan anak laki-laki yang nangkring di situ.
Ana sudah pucat. Kepalanya sedikit pusing. Rasta tau Ana tidak nyaman pun tidak menghiraukan panggilan laki-laki itu.
Rasta ingin membawa Ana kembali kekelas secepat mungkin. Merasa sedikit bersalah dengan ini semua.
Saat melewati laki-laki yang memanggilnya, Rasta di cegat.
"Nih temen gw minta nomer lu. Dia malu kalo minta sendiri jadi gue yang mintain." Ucap laki-laki itu sambil menunjuk Vino. Kakak kelas yang di kagumi Rasta.
"Buat apa ya kak?" Tanya Rasta sesopan mungkin.
"Yeee gue mana tau. Btw temen lu cantik. Minta nomernya dong." Goda laki-laki itu yang melihat Ana di belakang Rasta.
"Sini kak aku ketik nomer aku. Dan dia udah punya pacar kak. Jadi aku engga bisa kasih nomernya." Dengan cepat Rasta mengetikkan nomernya pada ponsel Vino.
"Engga papa lah. Cuma mau kenalan dong kok. Nama kamu siapa cantik?" Tanya laki-laki itu.
Ana semakin menggenggam kuat tangan Rasta. Ia merasa gelisah dan takut.
"Rasta kepala Ana pusing." Lirih Ana.
"Namanya Ana, kalo kakak mau nomernya cari sendiri aja ya. Aku engga mau ngerusak hubungannya sama pacarnya. Maaf kami permisi dulu ya kak." Sopan Rasta kemudian membawa Ana pergi.
Sampai di kelas Rasta cepat-cepat membukakan botol minum Ana. Wajah Ana sudah pucat dengan keringat yang bercucuran.
"Ana maaf ya. Kamu mau ke UKS aja? Atau aku izin in kamu?" Khawatir Rasta.
"Engga papa Rasta. Kalo aku udah makan jajan aku, pasti mendingan." Gurau Ana.
Aja tidak ingin membuat Rasta terlalu merasa bersalah. Justru ia merasa dirinya yang bermasalah. Setiap bertemu dengan laki-laki pasti ini adalah kebiasaan Ana.
🌳🌳🌳🌳
Sungguh lelah diriku ini.
Guys ramein komen dong biar semangatAku...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya