"Kak main yuk." Ajak Ana pada kedua kakaknya yang masih menyusun batu kerikil.
"Main apa?" Tanya Lio semangat.
"Sepeda?" Tawar Gio.
"Iyaa, ayo main sepeda. Eh tapi Ana belum bisa." Sedih Ana.
"Kakak bonceng." Ucap Gio lalu bangkit.
"Ayo." Ajaknya lagi.
Mereka menuju tempat mereka menyimpan sepeda. Berbagai macam sepeda terpajang di sini. Ini adalah sepeda koleksi ayah mereka. Ia memang memiliki hobi bersepeda, tapi itu dulu.
Gio mengambil sepeda yang memiliki boncengan, dan Lio mengambil sepeda lipat miliknya.
Mereka bersepeda mengelilingi komplek perumahan. Dan akhirnya berhenti di taman komplek.
"Kak ada kucing." Seru Ana yang melihat kucing Oren tengah bersantai di bawah pohon. Ana langsung menghampiri kucing itu.
"Ana jangan Pegang, itu kucing liar." Peringat Gio.
"Lucu ya dek? Kita bawa pulang aja gimana?" Tak menghiraukan peringatan kakaknya, Lio malah mengkompori adiknya. Ana yang sudah terpesona pun mengangguk setuju.
"Jangan! Kucing siapa itu. Kalo yang punya cariin kalian mau tanggung jawab?" Semprot Gio.
"Kakak galak banget kayak mamah." Sindir Ana.
"Emang anaknya kan. Ayo keliling Ana." Ucap Lio kemudian menggandeng tangan Ana.
Ana ikut, mereka memutari taman. Tapi mereka melupakan seseorang. Dimana Gio?
"Hayo Ana, Bang Gio hilang." Ucap Lio sambil celingak-celinguk.
"Itu kan salah kakak." Kesal Ana.
"Cari siapa?" Tanya seseorang dari belakang mengagetkan mereka.
"Astaga bang, ngagetin aja. Darimana dih?" Kesal Lio.
"Cari minuman, nih." Gio memberikan minuman dingin kepada adik-adik nya.
"Makasih." Ucap Lio dan Ana kompak.
Mereka duduk di atas rumput taman. Sesekali bercanda, hingga Ana bertanya.
"Kak, sekolah itu enak engga?" Celetuk Ana.
"Enak, kenapa?" Tanya Gio yang sepertinya tau arah pembicaraan ini.
"Engga enak dek, banyak tugas. Capek. Enak di rumah." Ucap Lio dramatis.
"Itu mah kamu." Malas Gio.
"Kayak nya enak. Kan punya temen. Kakak punya temen engga?" Tanya Ana penasaran. Mereka memang tidak pernah membicarakan teman-teman nya.
"Punya dong." Ucap mereka.
"Kok kalian engga pernah ajak kerumah?" Tanya Ana lagi.
"Ngapain? Nanti habisin jajan yang ada." Ucap malas Gio.
"Nanti Abang ajak deh." Ucap Lio.
"Ihh, kan mamah sama papah Kaya. Jadi kalo jajannya habis tinggal beli lagi."
"Bener, pelit banget jadi orang." Nyinyir Lio.
"Katanya orang pelit kuburannya sempit loh.." ucap Ana kemudian.
"Kalo engga sempit mayatnya nggelinding." Ucap malas Gio kemudian beranjak dari sana.
"Ayo pulang." Ajak Gio lagi.
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Dikit dulu ya.
Otak ai lagi buntu, engga berfungsi.Oh iya, tutor biar engga cemburu?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya