Sepulang sekolah.
Ana dan Lio di jemput oleh mobil dan waktu yang berbeda agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Sampai di rumah wajah Ana sudah di tekuk seperti ingin memakan orang. Ana bergegas masuk kedalam kamar.
Panas. Sinar matahari yang menyengat memang panas tapi tidak sepanas hatiku saat melihatnya.
Maaf kembali ketopik.
Ana tadi di hukum karena belum mendapat jumlah nama yang di tentukan. Bukan hukuman berat, hanya berbicara di depan peserta didik baru.
Untung saja tadi dirinya tidak sendiri, jadi Ana tidak perlu menanggung malu.
Tapi karena Ana tidak pernah berbicara di depan publik membuat badan Ana panas dingin. Tapi bukan hanya kerena itu saja, tadi ia melihat tatapan mengejek dari Lio. Sungguh setelah ini Ana akan segera menggigit Lio.
Ana memasuki kamar mandi. Ia berendam dengan air dingin. Setidaknya ini membuat ketakutan dalam dirinya mereda.
Ana tidak berendam terlalu lama. Jika terlalu lama maka tubuhnya akan menjadi tua.
"Tadi aku mau ngapain ya?" Bingung Ana di depan cermin. Melihat pantulan dirinya yang sedang menyisir rambutnya.
"Engga tau ah, nanti juga inget." Ana mengambil ponselnya kemudian rebahan di kasur.
"Ohh.. aku inget!"
"Aku mau cari Ciko." Memang sepertinya Ana sudah tua karena berendam tadi.
"Pus..pus...Ciko..." Panggil Ana mencari kucingnya.
Fokus Ana kini tertuju pada balkon kamarnya. Biasanya Ciko akan nangkring di pagar.
Ana membuka gorden kamarnya, benar ternyata! Ciko sedang tidur di atas pagar.
"Ciko.. kamu jangan berjemur terus. Kamu udah gosong nanti tambah ghoshong." Panggil Ana pada kucing hitamnya.
Kucing itu bangun dari tidurnya. Lalu menghampiri Ana. Ana berjongkok dan mengelus-elus kepala Ciko.
"Cantik banget anak mama. Walaupun gosong tetap cantik kok." Puji Ana pada Ciko. Kucing betina itu senang dan menatap Ana dengan mata yang berbinar.
Ciko adalah kucing betina, jangan tanyakan kenapa di namai Ciko. Ana mendapat ide gila itu setelah makan coklat coki-c*ki.
Ana menggendong Ciko kemudian meletakkannya di kasur. Ana juga ikut berbaring.
"Ciko...tadi mama habis di hukum tau." Ucap Ana manja sambil membenamkan wajahnya di perut ciko.
"Tapi tadi seru banget! Aku dapet temen baru. Aku tau rasanya seru-seruan sama temen." Curhat Ana dengan semangat.
"Tapi tadi kak Lio lihat Ana kayak nge..." Ucapan Ana terputus karena mengingat sesuatu.
"OH IYA! ANA MAU GIGIT KAK LIO. CIKO KOK KAMU ENGGA NGINGETIN SIH!" Sebal Ana pada Ciko yang tak tau apa-apa.
Ana bergegas keluar kamar guna ke kamar Lio.
Brakk
Tanpa permisi Ana membuka pintu kamar Lio dengan keras. Lio yang sedang rebahan di kasur Pun kaget bukan main.
"Jambret kaget gw." Kaget Lio.
"KAK LIOO!!!" Seru Ana lalu menerjang tubuh Lio.
Lio yang masih kaget dan tidak mengerti pun diam saja. Tapi kemudian meringis karena Ana menggigit pipinya.
"ANA! SAKIT!" Jerit Lio sambil mendorong tubuh Ana.
Ana duduk di tubuh Lio yang masih tiduran. Menatap Lio dengan sebal, dan Lio menatap Ana dengan ringisan sambil memegang pipinya.
"Kenapa di gigit hah?!" Tanya Lio sambil melotot. Bukan jawaban yang ia terima tapi geplakan kasih sayang dari tangan mungil Ana pada wajahnya yang ia dapat.
"Kenapa tadi kakak genit sama Ana? Kan Ana bilang, kalo di sekolah jangan kayak udah kenal." Sebal Ana.
"Benar kan? Tadi juga kakak ajak kenalan. Itu udah termasuk kayak engga kenal." Bantah Lio.
"Tapi jangan genit godain Ana kayak om-om kak." Dengan kesal Ana menghadiahi wajah Lio dengan tamparan-tamlaran ringan.
Lio menggulingkan tubuhnya kesamping hingga membuat Ana yang berada di atas tubuhnya limbung di sampingnya.
"Siapa yang om-om? Kamu ini lama-lama kakak makan ya!" Gemas Lio Kemudian menggigit pipi Ana.
"KAKAK SAKIT!" Jerit Ana menjauhkan wajah kakaknya.
"Sakit kan?! Makanya jangan gigit-gigit." Sebal Lio yang masih mengungkung adiknya.
"Biarin! Kakak nyebelin!" Ana melanjutkan aksinya. Tapi kali ini ia menarik rambut Lio.
"AKHH SAKIT ANA! MAMAH TOLONGIN LIO. ANA KESURUPAN!" Panggil Lio pada mamahnya yang entah di mana. Tapi Lio juga mencengkeram tangan Ana.
Plak
Suara renyah itu berasal dari boking Lio yang di tampar oleh seseorang. Ana segera melepaskan jambakannya.
"BANG ANA KESURUPAN." Adu Lio pada Gio yang tadi menampar bokongnya.
"Punya 2 adek aja udah berisik kayak hajatan. Mau Abang obral kalian hah?!!" Garang Gio.
"Dia kesurupan bang. Lihat nih, pipi Lio di gigit sampai ada bekas giginya. Terus juga Jambak." Adu Lio sambil menampilkan bukti nyata.
Ana tidak terima lalu berkata. "Abisnya kak Lio tadi nyebelin! Masak tadi genit kayak om-om."
"Sstt.. udah. Kalian sama aja. Ana kamu juga salah. Tau kan kesalahannya dan harus apa?" Tegas Gio.
Ana mengangguk kemudian mengulurkan tangannya di depan Lio. Lio ingin menyambut tapi kemudian menyisirkannya pada rambut.
Hal itu membuat Ana kesal dan bersiap menerjang Lio kembali. Tapi sayangnya pinggangnya di tahan oleh Gio.
Gio menatap Lio tanpa ekspresi. Itu membuat Lio cengengesan sendiri. Ia menerima uluran tangan Ana.
"Kurang kalo cuma minta maaf. Di obatin dong." Goda Lio sambil menepuk-nepuk pipinya yang tadi di gigit Ana.
Dengan cepat Ana mengecup pipi Lio yang terdapat bekas gigitannya. Kemudian pergi dari kamar Lio.
🌳🌳🌳🌳
Hai guys...
Kangen Ana engga?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya