37.

1.5K 108 5
                                    

Setelah sekian lama akhirnya penantian Ana berbuah manis juga.

Hari ini, adalah hari penerimaan peserta didik baru. Setelah melewati MOS selama 2 hari. Selama itu juga mereka berpanas-panas, namun mereka tidak hanya disuruh menunggu ceamah kakak kelas di tengah terik matahari. Mereka di anak bermain beberapa pemainan, sembari mengenalkan sekolahnya.

Tidak buruk, tapi tidak menyenangkan juga. Ugh, karena panas yang terik membuat kulit Ana bilang, tapi ia juga sedikit senang, melihat beberapa temannya juga terlihat belang, hehe.

Setidaknya tidak dia sendiri yang terlihat seperti ular weling.

Ah.. damai sekali rasanya sudah ditrima di sekolahan ini. Ia tidak sabar ingin mendapatkan teman, semoga mereka tidak terlalu buruk.

Tapi, ia benci ini. Upacara hari senin ini terasa lama sekali, ditambah beberapa murid yang asik berbicara dengan temannya tanpa melihat kondisi. Ana sudah merinding melihat tahapan tajam dari Osis yang berjaga.

Namun, samar-samar ia mendengar bisikan dari anak anak lain yang membicarakannya.

"Itu bukannya anak dari smp kita ya?"

"Hah? Yang mana?"

"Yaelah, lu mah. Dia yang dapet ringking 1 seangkatan, terus kabarnya dia di hjar sama Roy dkk."

"Ohh inget gw, dia pacarnya Lio kan? Gila, tapi dia cakep uy, kalo gw ajak belok mau kaga ya.."

"Sadar muka, dia kek peri sedangkan lu mimi peri."

"Sttt brisik." Tegur osis yang berjaga.

'Aku?? Aku pacarnya bang Lio? Gila kalii, jadi bener kata Rasta kalo beritanya aku itu pacar abang, ngakak banget..' batin Ana tertawa sendiri.

Seperti hari pertama sekolah pada umumnya. Hari ini adalah hari perkenalan dengan guru dan teman teman.

Merepotkan, setiap ganti guru, mereka selalu di minta perkenalan di depan kelas. Menyebalkan, ingin sekali ia membawa semua guru dan ia berkenalan di depan mereka

Dari awal, saat perkenalan, tubuh Ana sudah terasa panas, dan sedikit mual. Ugh, ramai. Ia tidak suka, apalagi ada beberapa murid laki-laki di kelasnya yang menggoda, ia semakin geli.

Bel Istirahat berbunyi.

"Eh, Liana. Mau ke kantin?" Ana menoleh dan melihat gadis di sampingnya.

"Sebenernya aku bawa bekal sih, tapi aku mau coba deh, ayo!" Jawabnya.

"Oke, nanti jangan jauh jauh ya, ntar gw bingung lagi cari lo." Ana mengangguk sebagai jawaban.

Kantin sekolah begitu ramai, rasanya gelisah sekali. Aneh, hatinya gatal. Ingin sekali keluar dari sini.

Merasakan tangannya di gandeng ia menurut kemana pun teman barunya ini membawa. Jujur, ia lupa siapa namanya. 

"Lo mau apa li? Biar gw ambil kalo ga pesenin."

"Ee.. aku bingung, kamu mau apa?"

"Gw mau siomay, lo mau juga?" Tanya nya, di angguki oleh Ana. Sungguh Ana sudah tidak kuat menahannya lagi. Ia benar benar risi, ingin cepat ketempat Yang tidak ramai.

"Udah, ayo ke meja sana, parfum orang² bikin gw pusing." Wah, ternyata ada manusia yang seperti itu, Ana tidak sendiri.

"Gila, benci banget gw sama parfum vanilla. Enak sih, tapi kalo kebanyakan mual rasanya, apalagi kecampur sama yang lain. Bisa bisa mabok gw." Guraunya.

"Iya, daritadi aku diem mulu juga gitu." Mereka tertawa bersama karena kemiripan itu.

"Ee.. maaf ya, nama kamu siapa sih? Hehe, aku lupa.." tanya Ana tidak enak. Sedangkan gadis itu cengo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANA || LIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang