1 tahun sudah berlalu. Namun hingga sekarang tidak ada perubahan yang jelas pada anak itu. Anak ini.... sudah seperti tidak memiliki harapan hidup lagi.
"Sampai sekarang pun ana belum sadar. Apa yang ingin kau lakukan untuk kedepannya pah?" Tanya gio yang sedang mengupas jeruk di dekat ranjang tempat ana menghabiskan waktu 1 tahun belakangan ini.
"Papah bukan tuhan, tapi papah percaya. Nanti ana akan pulih. "
"Sudah dari 1 tahun yang lalu papah mengatakan kata itu berulang-ulang kali." Malas Gio.
"Kau juga mengulang pertanyaan yang sama. Kenapa kau tidak sekolah? Malah nangkring disini?" Tanya Dion galak.
"Karena malas." Santai Gio sambil memakan jeruk yang dikupasnya tadi.
"Dasar anak ini. Tunggu saja sampai mamahmu pulang. Kau akan di gantung di jemuran baju." Ancam Dion.
"Tidak mungkin. Mamah tau aku di sini."
"Sungguh anak yang ajaib." Heran Dion.
••••••
Sedikit demi sedikit, tampak ada perubahan yang terlihat dari ana. Setelah seminggu setelah gio yang bolos sekolah, kini Ana tampak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Saat di ajak berbicara sudah terdapat sedikit respon. Hal itu sudah membuat senang. Kadang tiba-tiba ana mengeluarkan air mata seolah telah terjadi sesuatu di sana yang menyakiti hati Ana.
Hari ini, tiba-tiba ana menggerakkan jarinya. Namun, nafasnya memberat. Karin yang sedang menjaga pun panik, dengan cepat mengubungi dokter lewat tombol di dekatnya.
Dokter datang dengan beberapa perawat yang biasa ditugaskan untuk menjaga Ana. Mereka mulai memeriksa keadaan Ana, dan Karin diminta untuk keluar sejenak dari ruangan itu.
Dan dokter sudah selesai, Karin yang sedang menunggu hanya bisa berdoa yang terbaik.
"Nyonya Karin." Panggil sang dokter.
"Iya? Kenapa? Dia baik-baik saja? Ana akn sadar?" Tanya Karin beruntun.
"Dilihat dari tanda-tandanya, sepertinya Ana akan segera sadar. Anda bisa mengajaknya mengobrol, kadang Ana akan merespon walaupun sedikit. Hal itu akan membuat sedikit demi sedikit perubahan." Jelas dokter.
"Benarkah? Baiklah terimakasih banyak." Tentu saja Karin gembira dengan ini. Jika Ana sadar maka Ana akan menjadi anaknya.
"Tentu. Saya sudah selesai, kami permisi terlebih dahulu." Sopan dokter dan beberapa perawat.
"Iya, terimakasih sekali lagi untuk kalian." Ucap Karin dengan binar mana bahagia.
"Aku harus segera menghubungi nya. " Ucap Karin sambil mengotak-atik hp nya.
"Halo."
"Halo, apa terjadi sesuatu sayang?" Tanya Dion di seberang sana.
"Tidak. Aku hanya memberikan kabar gembira." Ucap semangat Karin.
"Kabar gembira apa?" Tanya Dion lagi.
"Kau tau? Tadi Ana sedikit merespon. Kaga dokter mungkin Ana akan segera sadar. Dokter menyarankan, kita agar sering mengajaknya berbicara." Ucap Karin semangat.
"Itu kabar yang sangat baik. Lalu sekarang? Dia baik-baik saja kan? Anak-anak?"
"Ana baik-baik saja. Dan anak-anak belum pulang, sebentar lagi mungkin. Nanti aku akan mengajak mereka kemari. Dan kau pulang jam berapa?"
"Kau benar, kau sekarang harus mengambil hati anak-anak. Dan kulihat, Gio sudah mulai tertarik, untuk Lio sudah sangat jelas bahwa anak itu suka dengan Ana. Oh iya, mungkin nanti aku akan pulang lebih awal, hanya sedikit perkejaan ku di sini."
"Baiklah. Hanya itu yang ingin ku beritahu kan, jadi ku tutup dulu ya. Semangat kerjanya suami kuhhh." Seru Karin alay.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya