Hari Minggu telah tiba. Ana senang dan sedih secara bersamaan. Bagaimana tidak? Biasanya hari Minggu keluarnganya akan berkumpul walaupun hanya untuk menonton televisi.
Tapi sekarang Karin dan Dion sedang keluar kota karena pekerjaan. Lio sedang berada di rumah temannya, ia hanya di rumah dengan Gio.
Ana ingin ke rumah Rasta, tapi ia tidak tau alamatnya. Dan juga kemarin Rasta memberitahu bahwa ia akan ke rumah neneknya.
Walaupun sudah terbiasa sendiri tapi Ana merasa sangat kesepian. Saat begini biasanya akan di gunakan untuk tidur di bawah pohon favoritnya.
Nah! Sebuah ide bagus. Ana akan meminta pembantu untuk menyiapkan tikar dan cemilan.
Tanpa ba-bi-bu Ana segera meminta bantuan pembantu dirumahnya dan ia akan mengambil boneka kelincinya.
"Sepertinya pesta minum teh tidak buruk juga." Ucap Ana yabg melihat cangkir kecil di meja.
Tak ingin merepotkan lagi, Ana menyiapkan tehnya sendiri. Mengisi nampan dengan teko, cangkir, gula dan sendok.
"Kelinci kamu duduk di sini dulu ya. Jagain makanan aku sama gula aku, biar tidak dimakan semut. Aku mau ambil hp aku dulu ya." Ucap Ana pada boneka nya.
Buru-buru Ana kembali masuk kedalam rumah dan kembali dengan hp di tangannya.
Menata makanan ringan dan cangkir agar terlihat cantik. Tak lupa Ana memfotonya.
Lalu kembali ke acara pesta minum teh nya, mengajak bonekanya berbicara seolah-olah boneka itu hidup.
Tapi kemudian muncul lah seseorang.
"Dek." Panggil Gio mengagetkan Ana.
"Ngapain kamu bicara sama boneka? Kamu ketularan gilanya Lio ya?" Tanya Gio menatap aneh adiknya.
"Kakak mau join?" Tanya Ana sambil mengangkat cangkirnya dengan anggun bak putri kerajaan.
"Join dong." Gio duduk di samping Ana. Dan Ana langsung menuangkan teh untuk Gio.
"Ini teh beneran?" Tanya gio ragu. Pasalnya dulu ia pernah di prank oleh Ana. Berkata bahwa itu adalah teh tapi nyatanya adalah Coca cola.
"Beneran, Ana aja minum nih." Ucap Ana meyakinkan.
Gio mencoba dengan ragu-ragu. Tapi kemudian menganggukkan kepalanya.
"Ana kamu mau ke rumah kakek Faisal?" Tanya Gio yang di jawab gelengan.
"Kenapa? Kamu takut sama kakek?" Tanya Gio geli melihat reaksi Ana.
"Ana enggak takut, tapi Ana lagi mager aja." Bohong Ana. Aslinya ia sangat takut dengan tuan besar Region itu.
"Ya udah kakak gendong aja mau?" Tanya Gio lagi.
"Emangnya kenapa sih? Kakak mau pergi? Ya udah pergi aja, Ana kan biasanya sendiri." Kesal Ana.
"Ya makanya kamu itu kebanyakan sendiri, jadi kakak mau titip in kamu ke kakek."
"Dititipin segala, kayak bakwan aja." Ucap Ana asal.
"Ana rempah, rempah apa yang bisa ketawa?" Tanya Gio memulai lelucon.
"Kan rempah-rempah benda mati, kalo bisa ketawa nyeremin dong." Heran Ana.
"Ada tau, sereheheheehehehe" Gio tertawa terpingkal-pingkal sendiri dengan leluconnya.
Ana menatap datar kakaknya, beginilah Gio. Bisa dingin tapi bisa juga hangat. Kadang agak gila sedikit.
"Jokes bapak-bapak." Cibir Ana.
"Udah-udah ayo kerumah kakek Faisal."
"Iya-iya." Kesal Ana
"Ini bantuin beresin dong."
"Ih beresin sendiri, kamu kan yang buat. Dek, berani berbuat itu harus berani bertanggungjawab." Tutur Gio seolah memberi nasihat.
"Makin cocok deh jadi bapak-bapak." Cicit Ana pelan.
"Apaaaa?" Tanya Gio karena tidak mendengar suara Ana.
"Enggak papa. Tadi semutnya salto." Jawab Ana asal.
"Semut jaman now, bisa salto. Kayang bisa engga?" Tanya Gio entah pada siapa.
🌳🌳🌳🌳
Okeyyyyyyy, double up guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya