1 tahun sudah berlalu. 2 bulan setelah kejadian itu, akhirnya Ana bangun dari tidur panjangnya.
Karin sangat cemas ketika melihat Ana yang sadar tidak kunjung memberikan respon yang baik. Karin takut Ana akan kembali seperti dulu, tidak mengingat apapun. Tapi ketakutannya hilang saat Ana mau memanggil namanya.
Selama itu pula pencarian faisal tetap berlanjut. Faisal akui mereka sangat licik, hingga ia harus mengerahkan banyak bawahannya untuk mencari sang pelaku.
Jika mereka tidak kunjung ditemukan, maka keluarga Meswara dan Region sepakat untuk menghancurkan bisnis mereka. Mereka akan jatuh dalam kemiskinan.
Lio kembali bersekolah seperti semula. Tidak ada yang tau mengenai hubungannya dengan Ana kecuali Rasta. Murid-murid hanya tau bahwa Lio ingin melindungi sang pujaan hati, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah saudara.
"Wanjayyy udah lama kita kaga main ke istana Lio yak!" Ucap Mahen.
"Walaupun kita udah pernah kesini, tetep aja gue masih heran ama rumahnya. Bangun-nya berapa tahun ya?" Heran Daniel.
"Ngapaen kalean hah??!" Tanya Lio tak santai. Tampang² Lio ini memang minta di tampol.
Berdiri dekat pohon palem yang lumayan tinggi. Dengan hanya menggunakan kolor hitam pendek, kaos putih, dan sendal jepit kebesaran ia berdiri dengan narsis. Tak lupa bantal leher yang melingkar di lehernya.
(Tampang² tengil ala haechan yang ai maksud)"Tampang lu kek bocil kematian. Kita mau main, dah kita masuk. Ga guna ngeladenin bocil kek lo." Ucap Yusha kemudian melenggang pergi.
"Tuan rumah yang ternistakan. Gini banget nasip dedek, sedih aku massh," ucap Lio memegang sebelah dadanya sok dramatis.
"Hoek alay," giliran Daniel yang berbicara.
Lio memandang datar teman temannya, jika bukan karena sudah berteman sejak SD maka Lio sudah menjual mereka ke tukang rosok. "Memang babi ya kalian, masuk sono. Gw mau cari kucing gw dulu,"
"Nih rumah masih kek dulu aja, sama-sama bagus. Kalo gw ambil 1 guci bakal ketahuan kaga ya?" Molong Mahen sambil melihat sekitar.
"Lo jangan malu maluin, orang tua lo juga kaya anjir." Geram Daniel.
"Ya maap, tangan gw rasanya gatel pengen ngambil. Tapi ga bakal ketahuan kan?" Tanya Mahen sambil clingak clinguk.
"Senyaman udel lo aja, males berteman saja anak monyet gw," Geram Yusha.
"Sendiri aja kingkong, ngatain gw anak monyet," cibir Mahen pelan.
"Ini tuan rumahnya mana ya?? Kita sebagai tamu kok gak di jamu sama apa² ini gimanahh??" Tanya Daniel sambil duduk tenang di sofa.
"Soq alim luh! Biasanya juga ambil sendiri. Mahen lo ambil makanan atau apa sana." Ucap Lio sok memerintah.
Sontak Mahen melirik Lio dengan julid, "Dih siape luh? Bapak gw luh?"
"Ada mochi di kulkas," mendengar itu Mahen langsung ngacir ke dapur.
Mahen pov.
"Gila Lio emang kawan yang baiq hati dan tidak sombong. Mengijinkan saya sebagai teman yang santun ini mengobrak abrik isi kulkas sultan ini." Molongnya sambil mengambil beberapa makanan ringan.
"Loh?? Siapa ya?" Tanya seseorang dari belakang.
Mahen yang membelakang i pun sontak kaget, "Anjir kaget!"
"Saya temennya Lio mbak, mbak siapa?" Tanya mahen sopan.
"Ohh maap ya den, saya kira siapa tadi. Saya art disini. Di lanjut deh, saya pamit dulu." Ucap wanita tadi kemudian pergi.
"Art di sini pun gak kalah cakep. Kalo gw di sini betah kali,"
Maturnuwun gusti pun maringi tresno gemati
Seng tak sayang raiso keganti
Masio akeh alangan seng awakdewe adepi
Iso dirampungi mergo tulus ati
Mahen mengambil sambil menyanyi. Setelah itu mengambil wadah untuk membawanya.
Bebasan koyo langit
Dikebaki lintang lintang
Seng madangi petenge atiku
Maturnuwun wes dadi
Mawar seng wangi
Titipane gusti seng tak jagani
Masih asik bernyanyi. Tapi ia tiba² berhenti ketika melihat sekelebat bayangan seseorang lewat. Karena penasaran akhirnya ia mengikuti bayangan itu.
Ia melihat seorang gadis berjalan sambil membawa boneka kelinci. Tubuh putih, rambut di gerai bebas dan juga gaun putih membuat Mahen bagaikan terkena skill 2 eudora sekarang.
Ia merinding, ingin berlari tapi tubuhnya sama sekali tidak bergerak. Apalagi melihat gadis itu berjalan sambil menunduk. Tolong siapapun selamatkan mahen.
Hingga saat gadis itu sudah tidak terlihat Mahen baru bisa merasakan tubuhnya sekarang. Nyawanya sudah terisi! Ia harus pergi sekarang. Sebelum hantu itu kembali dan menangkapnya.
"Anj- rumah segede ini angker juga ternyata." Ucaonya sambil berlari.
"LIO LIO LIOO LO HARUS PINDAH RUMAH! ADA HANTU ANAK BALANDA ANJIR. LO HARUS PINDAH!" Teriak Mahen kencang.
"Ngaco lo! Hantu apa di siang bolong kek gini?!" Tanya Lio heran yang melihat Mahen datang.
"Sumpah, gw kaga boong. Gw liat ada anak bawa boneka kelinci, jalan nunduk, kulitnya putih, bajunya pun putih, serem anj. Dia jalan ke taman belakang rumah lo, percaya deh!" Ucap Mahen menyakinkan.
Ah..sepertinya ia tau hantu yang di maksud. Itu pasti Ana yang akan nongkrong di pohon kesayangannya. Seketika ide jahil melintas di otaknya.
"Beneran? Gw dulu pernah lihat. Sama persis kaya yang lo bilang. Kayaknya dia penghuni pohon di taman Gw deh. Dulu Gw ngikutin, tapi pas mau sampe ketaman malah dia ilang," Kompor Lio.
Tubuh Mahen terasa tersetrum sekarang. Bedanya terasa panas, berati benar yang ia lihat adalah hantu? Astaga, ia ingin pulang sekarang.
"Mampus lo mahen, makannya di rumah orang itu yang sopan!" Balas Yusha.
"Gw sopan ya, gw tadi nyanyi aja." Elak Mahen.
"Lagian lo nyanyi juga lagu lingsir wengi," Mahen tidak mah menjawab lagi. Pikirannya melayang di kejadian tadi.
Lio dan Daniel menahan tawanya saat melihat muka pucat Mahen. Dengan tangan gemetar ia tetap memakan mochi yang ia pegang. Sorot matanya terlihat rumit.
Badan Lio sudah gemetar karena menahan tawa. Seru juga menjahili Mahen.
🌳🌳🌳🌳
H
ai man teman. Saya kembali.
Mohon dukungannya teman teman🥹🥹Besok hari pengumuman kelulusan nih, doa in lulus dengan nilai terbaik ya. Rasanya ai udah mau nangis sekarang aja.
Doain juga bisa masuk 10 besar ya, ai mohon doanya dari kalian.🥹🥹🥹🥹
/ wajah bahagia batin tersiksa
Jangan begadang yak...
KAMU SEDANG MEMBACA
ANA || LIANA
General FictionCuma gabut aja. Ide-ide kaga jelas di tuangkan semua. Kalo mau vote ya