Luke menatap Gun yang menghabiskan waktunya sendiri sepanjang hari, menyibukkan diri dengan ponselnya dan sesekali melirik sekilas orang-orang yang menyapanya. Gun tersenyum kecil ketika mendapati Luke sedang menatapnya. Sedetik saja, Luke tidak melewatkan kesempatan itu. Dia menatap senyumannya dengan tatapan kagum, yang sontak membuat Tay yang ada di sampingnya menyikut lengannya.
"Apa kamu menyukai Gun?" tanyanya penasaran.
New yang ada di antara mereka, menatap Tay dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa pria itu tidak menyadarinya sama sekali ?
"Aku..." Luke terlihat ragu-ragu mengungkapkannya, menatap ke arah New seolah-olah meminta bantuan.
Pria itu tidak merespon apa-apa, hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. Dari tatapannya saja ia tau bahwa New terlihat menyuruhnya untuk tidak membawanya ke dalam masalah yang dibuatnya sendiri. Luke akhirnya pasrah kemudian mengangguk sebagai jawaban.
"Wah, benarkah ?" Tay sampai bangkit dari kursinya, saking kagetnya ia mendengar pernyataan itu.
"Kau benar-benar menyukainya Luke? Sejak kapan?" Dia kembali ke tempat duduknya dan menunggu jawaban dari Luke dengan penuh harap.
"Mungkin dua tahun yang lalu," jawabnya, menggaruk tengkuknya salah tingkah.
"Apa mungkin sejak syuting safe house itu?" tanyanya lagi, kali ini ia semakin mendekat ke arah Luke.
Pria itu mengangguk dengan malu-malu. Tay terus mencercanya dengan banyak pertanyaan yang jelas Gun juga mendengar itu semua. Dia ingin menghentikan Tay melakukan itu semua, tapi sepertinya dia tidak boleh terlalu ikut campur dalam hal ini. Luke pun berulang kali melihat ke arahnya dengan tatapan yang tidak bisa Gun jelaskan.
Sepertinya kehadiranku cukup mengganggu di sini. Gun dengan cekatan mengambil barang dan tasnya kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka yang ada di sana. Tidak ada tujuan pasti kemana ia akan pergi, hanya berjalan tanpa arah sampai akhirnya dia berhenti di salah satu ruangan latihan yang tidak ada satu orang pun di dalamnya.
Gun berbaring di sana, memejamkan matanya dan menghembuskan nafas dengan kasar. Fisiknya lelah begitu juga dengan batinnya. Tidak ada hal baik yang terjadi padanya belakangan ini, sekalipun ada itu tidak menyenangkannya sama sekali.
Ini melelahkan. Keluhnya dalam diam. Dia hanya berbaring di sana sampai ia sendiri tidak tau kapan tepatnya dia jatuh tertidur.
Sesuatu yang dingin di pipinya membangunkannya, Gun mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya di depannya. Luke, pria itu duduk di sampingnya sambil menempelkan minuman kaleng di pipinya. Ia tersenyum kemudian memberi isyarat bagi Gun untuk duduk.
"Kamu tidak bisa tidur di sini," ucapnya lembut.
"Aku ketiduran," jawab Gun dengan suara serak. Ia lantas tersenyum dan berterima kasih atas minuman yang dibawakan Luke untuknya.
"Bagaimana kamu bisa menemukanku di sini?" tanya Gun terlihat sangat ingin tau.
"Apa P'Gun yakin menanyakan itu padaku?" Luke menatap lawan bicaranya lamat-lamat,"kamu bahkan tidak menyadarinya sama sekali?" tanyanya lagi.
"Menyadari apa?" Gun balas menatapnya dengan bingung.
"Kalau P'Gun selalu datang ke sini setiap kali sedang banyak pikiran."
Gun tersentak, tidak menyangka kalau Luke memperhatikannya dengan sangat baik. Kakinya tadi sepertinya secara otomatis melangkah ke sini, tempat yang memang biasanya selalu ia datangi seperti yang dikatakan oleh Luke. Tapi bagaimana...
"Aku tidak menguntitmu P'Gun," senyuman dari wajah Luke menghilang,"sama sekali bukan begitu."
"Aku hanya memperhatikanmu sejak dulu," ucapnya mengalihkan tatapannya dari Gun,"hingga tanpa sadar aku menikmatinya. Aku tau semua tentang dirimu, kesukaanmu, hal yang paling kamu benci, orang yang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Tears (Offgun)
FanfictionGun Atthaphan Phunsawat, salah satu aktor Thailand terkenal yang telah jatuh cinta pada lawan mainnya sendiri yakni Off Jumpol Adulkittiporn. Seorang pria yang berwajah tampan, yang mampu memikat wanita pun karena ketampanannya itu termasuk Gun send...