"Kamu pergi menemuinya ?"
Gun lama terdiam, sementara pria di depannya terlihat sangat menantikan jawaban darinya. Entah bagaimana Luke tau kalau dia sudah kembali, tiba-tiba saja pria itu sudah berdiri di depan apartemennya dengan segudang pertanyaan yang ada dalam benaknya.
"Iya," akhirnya hanya satu kata itu yang keluar dari mulutnya.
Terdengar helaan nafas Luke dan dia entah bagaimana, terlihat lebih frustasi daripada sebelumnya.
"Kenapa ?" Gun bertanya dengan polos.
"Apa kamu sangat mencintainya sampai ketika dia berbohong pun kamu masih peduli padanya ?" tanya Luke tidak terima dengan jawaban yang diberikan Gun padanya.
"Luke, ada apa denganmu ?" tanya Gun bingung,"aku hanya datang menemuinya, itu tidak ada hubungannya dengan aku mencintainya atau tidak."
"Itu ada hubungannya, P'Gun," sekarang tatapannya berubah, tatapan itu tidak lagi menunjukkan kelembutan di sana.
"Aku tau bagaimana caramu mengungkapkan perasaanmu pada seseorang," ucapnya melemah,"yang sama sekali tidak pernah kamu tunjukkan padaku."
Gun terdiam mendengar kalimat itu, sepertinya Luke hampir tau segalanya tentang dirinya. Jika orang hanya memperhatikannya dalam waktu yang singkat, mungkin mereka tidak akan tau sedetail ini tentang pribadinya. Gun dengan segenap hatinya, menatap pria itu lamat-lamat dan tersenyum.
"Kalau seandainya ada orang lain yang menyukaimu saat ini dan orang itu bukan aku, apa kamu akan menerimanya ?" tanya Gun lembut.
Luke buru-buru menggelengkan kepalanya,"aku tidak akan menerimanya."
"Bukankah itu hal yang sama dengan apa yang aku rasakan sekarang ?" tanya Gun lagi.
Lama pria itu terdiam, sehingga tanpa sadar dia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Gun tau, dia sepertinya langsung mengerti maksud dari apa yang dikatakannya tadi.
"Aku orang yang tidak mudah menerima seseorang dalam kehidupanku dan satu hal yang harus kamu tau juga, aku bukan gay. Sekalipun Off tidak membalas perasaanku, dia hanya akan jadi orang terakhir yang aku cintai. Selain dia aku tidak akan membuka hatiku untuk laki-laki manapun," Gun masih tersenyum,"Luke, maafkan aku. Sejak awal aku sudah menolakmu dan seterusnya akan begitu."
"Kenapa kamu harus meminta maaf ?" suaranya terdengar lemah,"rasanya semakin mustahil untuk memilikimu kalau kamu meminta maaf seperti sekarang."
"Maafkan aku, Luke."
Luke mengambil tas dan ponselnya, kemudian berpamitan kembali ke apartemennya. Dengan alasan bahwa ia lelah dan ingin cepat beristirahat dikarenakan jadwalnya yang cukup padat akhir-akhir ini. Gun tidak menahannya atau sekedar untuk berbasa-basi menyuruhnya menginap di sini. Karena sejauh ini, hanya ini pilihan yang ia punya.
"Hubungi aku kalau sudah sampai," ucap Gun yang mengantarkannya sampai ke ambang pintu.
Luke tersenyum dan mengangguk, kemudian pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Akhirnya, semuanya telah berakhir. Luke tidak ingin memaksakan perasaannya, ternyata apa yang ditakutkannya selama ini memang terjadi. Gun tidak akan pernah membuka hatinya untuk siapapun kecuali Off. Harapan yang tersisa yang hanya secuil saja, sekarang telah pergi sepenuhnya. Dia kalah, kalah dalam percintaannya sendiri. Tiba-tiba saja dia teringat beberapa hari yang lalu ketika Off datang menghampirinya dengan panik. Menanyakan tentang keberadaan Gun, yang ia sendiri tidak tau di mana pria itu berada.
Kembali pada hari di mana Off menemui Luke...
"P'Off, aku sungguh tidak tau dimana dia sekarang," ucap Luke yang masih bersikeras pada ucapannya karena pada kenyataannya dia memang tidak mengetahui hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Tears (Offgun)
Fiksi PenggemarGun Atthaphan Phunsawat, salah satu aktor Thailand terkenal yang telah jatuh cinta pada lawan mainnya sendiri yakni Off Jumpol Adulkittiporn. Seorang pria yang berwajah tampan, yang mampu memikat wanita pun karena ketampanannya itu termasuk Gun send...