Chapter 12

723 69 0
                                    

"Gun, morning kiss."

Cup... Gun mencium pria itu. Masih dalam kantuknya Off tersenyum, ia meraih tubuh Gun agar berada lebih dekat dengannya kemudian memeluknya. Gun balas memeluknya dan mereka tetap berada di posisi itu untuk waktu yang lama.

Gun terus memperhatikan wajah tidur Off, sampai detik ini pun dia masih tidak menyangka bahwa ia akan berada sedekat ini dengan Off di kehidupan nyata. Bibirnya, pipinya, bahkan tubuhnya, sekarang sudah menjadi milik Gun sepenuhnya. Jika dulu ia benci jika harus melakukan skinship dengannya, tapi sekarang mereka melakukannya setiap hari. Gun menyentuh wajah Off yang sekarang hanya beberapa senti dari wajahnya, terus membelainya sampai menuju bibir. Lagi-lagi Gun tersenyum, bibir itu sekarang bisa dengan puas ia rasakan.

"Gun, jam berapa kamu akan menemui orang itu?" masih dengan mata yang terpejam, Off menanyakan tentang orang yang meneror Gun.

Ya, pihak polisi sudah berhasil menangkap pelakunya dan Off baru memberitahukannya kemarin. Gun tidak marah, karena ia jelas tau bahwa ini semua demi kebaikannya. Makanya hari ini, ia memutuskan untuk menemuinya sendiri di kantor polisi.

"Mungkin nanti, jam 10. Memangnya kenapa?" Gun balik bertanya pada Off.

"Mau kutemani?" Off menawarkan dirinya.

"Bukankah Papi ada jadwal sampai siang nanti?"

"Aku bisa membatalkannya," jawabnya santai.

"Tidak, tidak, kau tidak bisa membatalkannya," ucap Gun yang tau resiko apa yang akan diterimanya apabila pekerjaannya dibatalkan.

"Lalu siapa yang akan menemanimu jika aku tidak pergi?" Kali ini, matanya terbuka sepenuhnya. Ia menggeliatkan tubuhnya dan kembali memeluk Gun setelahnya.

"Aku meminta Luke untuk menemaniku nanti."

Mendengar itu Off langsung bangkit dan beralih ke posisi duduk, Gun yang kaget karena aksi tiba-tibanya itu hanya menatapnya dengan bingung.

"Kenapa Papi?" Gun bertanya masih dengan kebingungannya.

"Luke yang menyukaimu itu? Kau akan mengajaknya?" bukannya menjawab, Off malah balik bertanya padanya. Nada suaranya terdengar panik dan itu semakin membuat Gun bingung.

"Luke menyukaiku?" Gun malah tertawa mendengar itu,"Papi, apa kau sedang mengigau? Bagaimana bisa kau berpendapat kalau dia menyukaiku?"

"Gun, apa kau bodoh? Satu agensi tau semua tentang itu," dia malah terlihat kesal pada akhirnya.

Gun yang masih bingung dengan pernyataan itu, tidak tau harus bagaimana menimpali perkatannya. Hubungannya dan Luke bisa dikatakan memang cukup dekat, itupun dikarenakan ada beberapa projek yang melibatkannya di dalamnya. Selebihnya mereka hanya bersikap seperti teman biasa pada umumnya, bahkan Luke sendiri tidak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Gun. Dengan semua asumsi itu, jelas saja Gun bingung.

"Aku hanya berteman dengannya, tidak lebih,"  ucap Gun masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Bukankah kita tidak pernah tau perasaan Luke padamu? Semua orang bahkan tau kalau dia menyukaimu, semua orang bukan hanya aku," pria itu masih bersikeras dengan pendapat bodohnya.

"Kenapa malah dia yang kamu ajak? Kau bisa mengajak Tay, Arm, New, ataupun Neo, atau siapapun itu asalkan bukan dia," Off mulai mengoceh tidak jelas.

"Aku sudah menanyakan semuanya, semuanya dan mereka ada pekerjaan Papi. Ada juga beberapa yang pulang ke rumahnya. Hanya Luke yang punya waktu kosong hari ini," Gun mencoba menjelaskannya pada Off namun pria itu masih saja terlihat tidak puas dengan pembelaannya itu.

"Tapi kenapa harus dia?" tanyanya frustasi.

"Kan sudah aku katakan tadi kalau hanya Luke yang tidak punya jadwal hari ini," Gun masih berusaha menjelaskannya dengan lembut.

"Tapi kenapa harus Luke yang tidak punya jadwal hari itu?" Ia semakin terlihat frustasi.

Gun yang sudah lelah beradu mulut, memilih untuk diam. Itu hanya masalah sepele dan akan bertambah besar jika ia bersikap sama seperti Off. Lebih baik ia diam, mendengarkan setiap ocehannya itu sampai ia lelah sendiri.

"Apa kau ingat ketika kalian syuting safe house, ketika kau bertanya tentang hadiah ulang tahun apa yang akan dia berikan padamu? Dengan bangganya ia menjawab, hatiku. Wah, aku benar-benar tidak akan mempercayakanmu padanya. Dia terlalu agresif sebagai seorang laki-laki."

Justru sekarang yang terlihat agresif itu kamu, Papi... Gun membatin dalam hati.

"Jadi keputusan akhirnya bagaimana, aku pergi atau tidak?" tanya Gun yang mulai merasa lelah mendengar semua ocehan Off.

"Tidak, di sini saja," sifatnya malah berubah manja, ia memeluk Gun dan sama sekali tidak berniat untuk membiarkannya pergi.

"Papii, ini seperti bukan dirimu," ucap Gun lembut.

Off akhirnya terdiam cukup lama, yang ia lakukan hanyalah menatap Gun setelah itu. Ada sebuah ketakutan yang terpancar dari tatapan itu, Gun tau bahwa Off cemburu pada Luke. Dia sebenarnya sudah tau tentang gosip bahwa Luke menyukainya, namun ia tidak pernah memperdulikannya. Itu hanya omongan dari mulut ke mulut dan Gun tidak akan pernah mempercayai hal itu kecuali pria itu sendiri yang memberitahukan itu padanya.

"Papii, apa kau cemburu?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Gun.

"Sepertinya begitu," jawabnya lemah.

Off menundukkan pandangannya, dia terlalu malu mengakui bahwa ia cemburu hanya karena masalah kecil. Lagi-lagi ini bukan seperti ia yang biasanya, sebelumnya Off tidak pernah bersifat kekanak-kanakan seperti ini. Dia akan selalu memikirkan segala hal dengan matang, berusaha berpikir jernih dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.

"Maafkan aku Gun, sepertinya aku terlalu berlebihan untuk kali ini," Off melepaskan pelukannya kemudian berdiri untuk bersiap pergi.

Gun menahan tangan pria itu lantas langsung memeluknya,"Papii, terimakasih karena telah cemburu. Setidaknya dengan ini aku tau kalau kamu memang mencintaiku."

Rasa cemburu tidak akan timbul jika orang itu tidak menganggap orang satunya lagi berarti. Rasa takut akan timbul karena rasa sayang yang ia rasakan. Tidak ada yang salah dengan hal itu, selagi masih sesuai dengan kadar rasa cemburu itu sendiri.

"Gun, aku mencintaimu," kalimat itu pertama kalinya Off ucapkan di hadapan Gun. Ungkapan cinta yang dibarengi dengan ciuman membara, membuat ikatan cinta mereka semakin kuat.

Off menciumnya lagi dan lagi. Nafas keduanya memburu, rasa sesak karena cinta itu sendiri tidak membuat mereka berhenti untuk memadu kasih. Hari itu untuk pertama kalinya, Off mengungkapkan rasa cintanya pada setiap sentuhan di inci tubuh Gun. Hari itu mereka habiskan untuk menciptakan suasana yang bergairah, yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidup mereka baik itu oleh Gun ataupun Off.

Selamat membaca semuanya ya

Maad ya untuk malem ini cuma ini yang bisa aku unggah di sini karena memang lagi banyak kesibukan

Terimakasih untuk kalian yang sudah mau baca cerita ini😊

Terimakasih juga untuk kalian yang sudah vote dan juga komen

See you🤗

Love and Tears (Offgun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang