Chapter 35 (END)

1.2K 62 2
                                    

Off hanya memperhatikan Gun sejak tadi, ia tersenyum juga terkadang mencubit pipi Gun karena gemas. Gun tidak terlalu memperdulikannya karena dia juga sedang ada pekerjaan yang mendesak. Namun pria itu tidak marah, dia terus membiarkan Off mengganggunya selagi ia sedang mengurus pekerjaannya.

"Apa kamu anak kecil Off ?" P'Kwang datang dengan membawa beberapa minuman dan camilan untuk mereka.

Off tidak peduli, dengan cepat ia mengambil minuman kesukaan Gun dan menyuapi kekasihnya itu. Lagi, setelahnya dia masih memperhatikan Gun.

"Wah, aku benar-benar akan gila setelah ini," keluh P'Kwang yang langsung mengambil makanan miliknya.

"Jangan berlebihan Papi," Gun tersenyum pada Off dan karena senyumannya itu Off benar-benar tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pria itu.

Gun tidak bisa menyembunyikan rasa malunya, bagaimana tidak ? Sudah hampir 10 menit lamanya, yang ia lakukan hanya menatap Gun. Dia mungkin bisa fokus dengan pekerjaannya, namun di tatap sedemikian rupa membuat Gun terkadang lupa apa yang sedang dikerjakannya.

"Apa kamu tidak bosan melihatku seperti itu ?" tanya Gun masih dengan senyuman yang sama.

"Tidak sama sekali," jawabnya dengan yakin.

Gun tertawa,"aku tidak tau kalau kamu juga punya sisi seperti ini," ia menatap Off dengan tatapan yang masih sama dengan lima tahun yang lalu.

Lama Off tertegun melihat tatapan itu, dia tidak tau mulai sejak kapan Gun selalu menatapnya seperti itu. Mungkin tidak lama setelah meninggalnya Ibunya dulu, dia sebenarnya tidak terlalu memperhatikannya. Tapi P'Kwang sering menyebut perihal itu padanya, lagi dia tidak terlalu memikirkannya. Namun sekarang, ketika ia menatap mata itu. Off tau kalau Gun sangat mencintainya, sama seperti ia mencintai Gun.

"Gun, ayo kita menikah," tiba-tiba saja kalimat itu meluncur bebas dari bibirnya.

P'Kwang menyemburkan minumannya dan Gun menghentikan tangannya yang hendak menyuapkan sesuatu ke mulutnya.

"Aku serius, ayo menikah denganku."

Gun masih tercengang, begitu pula dengan P'Kwang. Pria itu tidak menyerah, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan sebuah kotak cincin berwarna merah sekarang berada di genggamannya.

"Oh Tuhan," P'Kwang memekik kaget dan menutup mulutnya dengan tidak percaya.

"Papii, kamu..."

"Gun, ayo menikah denganku. Aku berjanji akan menjagamu sepenuhnya, untuk hari ini maupun seterusnya," pria itu berjongkok dihadapan Gun, membuka kotak cincin itu dan memperlihatkan cincin yang dulu pernah disinggung Gun beberapa bulan yang lalu.

"Jangan begini, ini terlalu berlebihan," Gun berusaha menyuruh Off untuk duduk kembali ke tempatnya tapi pria itu tidak melakukannya.

"Terima Gun, ayo terima," ucap P'Kwang yang lebih antusias daripada Gun.

Gun tersenyum dengan canggung kemudian menatap pria di depannya lamat-lamat,"apa kamu sudah siap menanggung semua konsekuensinya ?"

"..."

"Kamu akan mengecewakan keluargamu sekali lagi dan kamu tidak akan punya anak, tidak ada hal baik karena menikahiku Papi. Semua hanya bencana," ucap Gun lemah.

"Apa kamu akan menyerah ?" tanya Off ragu-ragu.

"Apa kamu akan berjuang bersamaku ?" gun malah bertanya balik.

"Tentu saja."

"Maka tidak ada alasan bagiku untuk menolaknya," kali ini, Gun menyunggingkan senyum di bibirnya.

P'Kwang berteriak kegirangan, begitu juga dengan Off. Pria itu sampai lupa memasangkan cincin di jari manis Gun dan memeluk pria yang sangat dicintainya itu dengan erat sembari mencium puncak kepalanya berulang kali. Gun tidak menyadarinya tapi Off entah bagaimana bisa menangis saat itu. Air matanya keluar begitu saja, dia terus menangis dengan rasa bahagianya. Sampai... Ia tidak sanggup menatap wajah Gun kala itu.

"Papii, apa kamu menangis ?" Gun tidak sengaja mendengar isakan tangis Off yang terdengar samar-samar di telinganya.

Off buru-buru memalingkan wajahnya, menghapus air matanya kemudian tersenyum menatap pria mungil di hadapannya. Tapi matanya tidak bisa membohongi Gun, pria itu dengan sentuhan lembutnya mengisap pipi Off.

"Apa kamu sebahagia itu ?" tanya Gun lembut.

Off mengangguk dan air mata kembali menetes di pipinya,"terimakasih karena telah menerimaku kembali," kalimat itu ia ucapkan dengan suara yang serak.

"Papii, mari kita berjuang. Aku tau dunia punya norma tapi apakah salah kalau kita menginginkan cinta ini ?" Gun menatap dalam pria di depannya,"setidaknya setelah ini aku tidak membutuhkan apa-apa lagi. Tapi apakah menurutmu Tuhan bisa menoleransi semua ini ?"

"Kalian berhak bahagia, hanya itu yang semua orang inginkan untuk saat ini," P'Kwang tersenyum kecil menatap keduanya. Kemudian, memberikan kotak cincin itu pada Off supaya pria itu segera memasangkan cincin itu ke jari manis Gun.

"Apapun keputusan kalian, tetaplah selalu bersama dan kamu Off..." P'Kwang menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya,"selalu jaga Gun. Hanya itu yang aku minta darimu."

Aku up lagi ya dan ini yang terakhir untuk cerita ini.

Akhir-akhir ini aku cukup sibuk makanya enggak bisa sering up seperti dulu dan alasan kenapa cerita sampai di sini aja karena itu juga

Terimakasih untuk semua pembaca yang sudah memberikan dukungan untuk cerita ini. Itu hal yang paling berharga sejauh ini.

Semoga nanti kita bertemu lagi dal kisah yang berbeda.

See you later🤗🥰

Love and Tears (Offgun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang