Teror terus berlanjut setelah dua bulan berlalu, tak ada perubahan sama sekali dikarenakan Gun tidak mau mengambil tindakan tegas akan hal itu. Dia bahkan menyembunyikan semuanya dengan rapi dari publik, pihak agensi ataupun kenalannya semuanya ingin Gun melaporkan ini pada polisi. Namun Gun tetap menolak, dengan alasan bahwa dia tidak ingin menyakiti siapapun. Semenjak hari dimana Off sampai datang ke rumahnya itu, Gun tidak pernah lagi kembali ke apartemennya. Dia biasanya akan bolak-balik pulang ke rumah neneknya dan sesekali menginap di rumah temannya jika saat itu jadwal syutingnya sampai tengah malam.
"Kau baik-baik saja Gun?" Tanya P'Kwang yang khawatir melihat wajah pucat Gun.
Off yang mendengar nama Gun disebut lantas menoleh ke sumber suara. Terlihat Gun memang lebih pucat daripada biasanya dan beberapa bulir keringat nampak jelas di keningnya. Sepertinya pria itu sedang sakit.
"Aku tidak apa-apa, mungkin akan baikan setelah tidur sebentar," jawabnya dengan suara yang lemah.
Tak ada yang percaya akan ucapannya itu, termasuk Off sendiri. Mereka jelas tidak buta, namun Gun tetap bilang bahwa dia baik-baik saja. Bantahan Gun terhadap tubuhnya sendiri membuat Off muak pada akhirnya, dia menarik tangan laki-laki itu dan menyuruhnya berbaring di salah satu sofa yang ada di sana.
"Tidur di sini dan jangan kemana-mana!" Itu lebih terdengar seperti perintah bagi Gun dan bodohnya dia hanya mengangguk pasrah.
"Aku akan membeli obat ke luar tapi sebelum itu katakan apa yang sakit, biar mereka tau obat apa yang cocok untukmu."
Lagi-lagi Gun menuruti perintah dari Off, dia seperti terhipnotis oleh pria itu. Karena jujur saja, ini pertama kalinya Off bersikap selembut ini padanya dan sebenarnya perhatian kecil seperti ini cukup membuatnya terpana. Tak hanya itu, pria itu melepaskan sweater putih yang ia kenakan kemudian memberikannya kepada Gun.
"Pakai saja, sepertinya kamu lebih membutuhkannya daripadaku." Ucapnya seraya memakaikan sweater itu pada Gun.
Gun hanya menatap Off dengan takjub saat itu, tak ada satu katapun yang bisa ia gambarkan bagaimana perasaannya saat ini. Tak hanya Gun yang merasakan hal tersebut, namun semua orang yang melihat momen mereka hari itu. Dunia seakan terhenti seketika, semua mata mengarah kepada dua sejoli tersebut. Bahkan setelah kepergian Off, mereka masih tetap betah pada posisi masing-masing.
"Apa aku sedang bermimpi?" Salah satu staf yang ada di sana membuka pembicaraan.
"Apa dia benar-benar Off yang biasanya aku kenal?" Kali ini P'Kwang berkomentar.
Dan terjadilah kerusuhan. Mereka berdebat dengan argumen masing-masing, bahkan beberapa di antara mereka mulai mencerca Gun dengan banyak pertanyaan. Pria itu hanya tersenyum dan selalu mengatakan bahwa dia tidak tau, karena pada kenyataannya itu yang terjadi. Jangankan mereka, dia sendiri saja bingung kenapa akhir-akhir ini sifat Off mulai melembut padanya.
#
"Gun baru saja tertidur," ujar P'Kwang setengah berbisik pada Off."Sepertinya begitu," jawab Off seraya melirik Gun yang sedang meringkuk tidak nyaman di sofa.
Dia mengobrol sebentar dengan P'Kwang mengenai masalah yang sedang Gun hadapi, secara diam-diam Off meminta bantuan P'Kwang untuk memberitahukan hal ini pada pihak agensi. Dia tidak ingin Gun tau, sampai segalanya terungkap baru setelah itu dia akan memberitahukan Gun sendiri.
"Baiklah, akan aku lakukan," ucap P'Kwang tanpa banyak bertanya.
"Apa kau tidak akan pergi sekarang?" Tanya Off bingung, melihat manajernya itu hanya berdiam mematung di tempatnya berdiri.
"Ada yang harus kulakukan setelah ini," ucapnya panik kemudian mengambil asal-asalan kertas yang ada di atas meja kerjanya.
Off tidak lagi bertanya, dia pergi ke arah dapur dan mengambil sebotol air minum untuk Gun. Kemudian membangunkan pria itu dengan lembut, menepuk-nepuk pelan lengannya, dan juga membisikkan sesuatu di telinga Gun. Tak ada yang tau apa yang dikatakan oleh Off, namun yang jelas perlakuannya itu benar-benar menarik perhatian semua orang yang hadir di sana. Alasan kenapa P'Kwang masih ada di sini, jelas karena ini. Dia ingin melihat momen langka tersebut. Semuanya kembali tercengang, ketika Off mengangkat tubuh Gun dengan lembut dan menyenderkan kepalanya ke dadanya sendiri.
"Papi, semua orang melihat kita," Gun berucap dengan lemah. Terlihat samar-samar rona merah di pipinya, yang membuat perasaan Off benar-benar campur aduk saat itu.
"Jangan hiraukan mereka," ucapnya berusaha untuk tidak peduli.
Gun mengangguk sebagai jawaban, kemudian membuka mulutnya ketika Off menyodorkan sebuah pil berwarna putih. Masih dengan bantuan Off, ia beralih posisi agar bisa berbaring dengan nyaman. Off meminta salah satu staf untuk mencarikan Gun bantal sekaligus selimut, supaya dia bisa lebih tidur lebih nyaman.
"Bagaimana kalau kau kuantar pulang?" Off bertanya seraya menunggu staf yang tadi disuruhnya datang.
Gun menggeleng,"aku ada jadwal interview sore ini, jadi lebih baik jika aku menunggu di sini."
"Sekalipun aku memaksa, sepertinya kau tidak akan mendengarkanku."
"Itu benar," Gun tertawa lemah.
#
Berita tentang Gun yang sakit menyebar dengan cepat di agensi hari itu, alhasil banyak yang datang menghampiri Gun sehingga membuat istirahatnya tertunda. Meskipun begitu, dia tetap menyambut mereka dengan hangat. Pelukan, ciuman, di terima Gun saat itu, setiap saat dia akan diperlakukan hal yang sama oleh semua orang. Setiap orang bahkan yang lebih muda sekalipun darinya, akan menganggapnya seorang bayi. Meskipun kenyataannya, umurnya sudah hampir 29 tahun.Tay dengan semua tingkah randomnya, hari itu juga datang menjenguk Gun. Dia langsung datang setelah jadwalnya selesai, membawakan sepaket buah-buahan yang disukai Gun.
"Apa kau lelah?" Tanya Tay ketika Gun masih berada di pelukannya.
Gun mengangguk lalu menatap wajah Tay,"tapi aku lebih lelah lagi ketika kau datang."
"Keterlaluan," keluhnya.
Mereka tertawa setelahnya. Banyak hal mereka ceritakan saat itu karena Gun tetap meladeni semua ocehan Tay seperti biasanya. Sampai pada akhirnya, tubuhnya tak lagi mengizinkan ia untuk tetap sadar. Gun tertidur tepat di pelukan Tay. Dia tertidur seperti bayi sehingga membuat Tay gemas sendiri.
"Dia baru saja tertidur," ucap Tay setengah berbisik melihat Off yang datang dari arah pintu.
Off hanya mengangguk, kalimat itu sama yang diucapkan oleh P'Kwang satu jam yang lalu. Meski posisi tidur Gun cukup aneh, namun dia tidak merasa bahwa dia harus marah. Gun dan Tay lebih seperti saudara, Tay yang lebih tua merasa harus terus menjaga Nong nya itu. Setelah Off, dia akan jadi orang yang paling mengkhawatirkan Gun dalam segala hal.
"Aku ada jadwal sebentar lagi, apa kau bisa menggantikan posisiku?" Tanya Tay setengah berharap.
Tanpa banyak bicara, Off mengiyakan permintaan itu. Mereka bertukar posisi setelahnya dengan sangat berhati-hati, berusaha keras agar Gun tidak terbangun. Gun menggeliat sebentar dan mengerang dalam tidurnya, sebelum tertidur pulas kembali.
"Off, jangan terlalu keras padanya. Kau tau, bukan Gun yang menjadi penyebab putusnya kamu dengan Mook."
Deg. ucapan Tay telah membangkitkan kembali ingatan itu, ingatan tentang seorang wanita yang begitu berarti dalam hidupnya. Cukup lama dia tenggelam dalam pikirannya, sebelum akhirnya ia berusaha keras untuk tersenyum.
"Akan kuingat, Tay," ucapnya dengan suara bergetar seperti menahan marah.
"Gun mungkin terlihat kuat, tapi sebenarnya dia tidak sekuat apa yang kita bayangkan. Dan apa kau tau apa yang bisa membuatnya menangis?" Tay menatap Off dengan penuh arti,"ketika seseorang menyakiti keluarganya dan ketika dia disakiti olehmu."
Selamat membaca ya😊
Jangan lupa vote dan juga komen ya
Terimakasih 😊Setiap chapter akan diupload satu hari sekali, dengan catatan penulis sedang ada waktu luang
Untuk chapter selanjutnya, akan diupload besok ya🤗
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Tears (Offgun)
FanficGun Atthaphan Phunsawat, salah satu aktor Thailand terkenal yang telah jatuh cinta pada lawan mainnya sendiri yakni Off Jumpol Adulkittiporn. Seorang pria yang berwajah tampan, yang mampu memikat wanita pun karena ketampanannya itu termasuk Gun send...