Chapter 18

592 49 0
                                    

Sibuknya jadwal Off dan Gun selama hampir satu bulan ini, membuat keduanya jarang terlihat bersama. Sekalipun bertemu hanya berpapasan sebentar dan setelahnya sibuk kembali dengan jadwal masing-masing. Bahkan untuk saling menelpon saja, rasanya itu sangat melelahkan. Gun lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam mobil, tidur juga lebih banyak di lokasi syuting, dia sangat lelah sampai rasanya dia akan mati jika diteruskan lebih lama lagi.

Nook kasihan melihatnya dan sesekali meminta waktu agar Gun bisa tidur walaupun hanya 15 menit. Meski hanya diberikan waktu sedikit untuk tidur, Gun memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Dia akan mengistirahatkan tubuhnya sejenak dan mulai terlelap tidak lama setelahnya. Sesaat ketika tubuhnya tidak bisa lagi di ajak untuk bekerja sama, ia terjatuh dengan posisi kepala yang menimpa ujung meja ketika syuting berlangsung.

"N'Gun," teriak Nook yang berlari ke arahnya dengan ekspresi khawatir.

"Bagaimana ini? Aku benar-benar bingung sekarang," wanita itu terlalu mengkhawatirkan keadaan Gun sampai ia berubah panik.

Gun dengan sisa tenaganya berusaha meyakinkan Nook bahwa ia baik-baik saja, hanya saja tubuhnya sedikit lelah sehingga tanpa sadar ia sudah terjatuh.

"Bagaimana kau bisa baik-baik saja? Wajahmu saja pucat," ucapnya yang semakin panik.

Semua orang termasuk produser menghampiri Gun dan menyuruh pria itu untuk beristirahat. Syuting selesai lebih awal karena pemeran utamanya yang sakit, lalu Gun dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Benar dugaannya ia hanya kelelahan, cukup di infus sebentar dan beristirahat dengan baik maka dia akan pulih kembali.

"Apa kubilang, kalau aku hanya kelelahan," ucap Gun dengan lemah.

"Aku tau, tapi tetap saja kamu membuat semua orang khawatir," balas Nook.

Kata 'semua orang' yang di maksud adalah teman-temannya. Nook memberitahukan ke hampir semua teman-temannya tentang kejadian tadi, termasuk kepada Off. Pria itu langsung menelponnya ketika mendapat kabar itu, dia pun sama khawatirnya. Dia terus-menerus meminta maaf karena belum bisa menjenguk Gun dikarenakan posisinya yang masih di luar kota.

"Jangan lupa minum vitaminnya Gun, obat yang diberikan dokter juga, makan yang banyak dan jangan sampai membuatku khawatir lagi di sini," nasehatnya ketika berada di akhir panggilan dengan Gun.

"Jangan menyusahkan P'Nook juga Gun," nasehatnya lagi sebelum telepon itu benar-benar berakhir.

"Dasar cerewet," keluhnya namun di sudut bibirnya terselip sebuah senyuman.

"Itu karena dia mengkhawatirkanmu," ucap P'Nook yang saat itu sedang mengupas buah apel untuk Gun.

"Kau benar," kali ini senyuman itu lebih lebar.

Getar ponsel mengalihkan perhatian Gun dari Nook, ia mengambil benda kotak itu dan melihat pesan dari Pim agar menjemputnya. Gun melupakan janjinya pada Pim dan sepertinya adiknya itu masih menunggunya di universitas.

"Paman Jim, apa kau bisa menjemput Pim sekarang?" tanya Gun pada orang yang selalu mengantarnya kemanapun ia pergi.

Laki-laki paruh baya itu mengangguk dan bangkit dari sofa,"apa nanti aku perlu kembali ke sini lagi?" tanyanya.

Gun menggeleng,"ada P'Nook yang menemaniku di sini."

"Oh iya Paman, bisa kau belikan pepaya untuk Nenek? Nenek bilang mau memakannya kemarin," ucap Gun seraya menyodorkan beberapa lembar uang kertas ke Paman Jim.

"Belikan untuk keluargamu juga Paman," tambahnya lagi.

Paman Jim mengangguk sebagai jawaban dan bergegas pergi setelahnya. Sejak dulu ia masih kecil, ibunya sudah mempercayakan Gun dengan Paman Jim. Setiap harinya ia akan selalu diantar jemput oleh laki-laki paruh baya itu. Sampai detik ini pun, Gun masih mempercayai Paman Jim untuk menjaganya.

Love and Tears (Offgun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang