Chapter 1

2.1K 104 2
                                    

Gun tersenyum kecil, menatap seorang laki-laki yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk. Pria itu tinggi dan juga tampan, terlihat sedang asyik mengobrol dengan salah satu staf yang ada di sana. Dia tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari pria itu. Namanya Off, lawan main Gun di salah satu drama tahun 2016 silam. Kali pertamanya mereka bertemu sebagai orang asing dan akhirnya malah berakhir seperti sekarang. Pasangan yang disukai banyak orang, sudah punya fandom sendiri dengan sebutan 'babii' namun yang banyak orang tidak ketahui bahwa Off sebenarnya tak pernah menyukai Gun.

Pria itu benci ketika Gun memeluknya, melakukan kontak fisik dengannya, apalagi mencium pipinya seolah-olah mereka dekat. Tapi Gun keras kepala, dia tidak mengindahkan semua perlakuan buruknya, dia tetap menjadi Gun yang akan terus menyukai pria itu. Akan terus menyukainya sampai mungkin dia memang sudah tidak lagi mempunyai alasan untuk mempertahankan lebih jauh tentang perasaannya itu.

"N'Gun, kau baik-baik saja?" Salah satu staf di sana menegurnya.

"Hah?" Gun malah terlihat seperti orang kebingungan, namun sedetik kemudian dia tersenyum kecil.

"Aku baik-baik saja phi," jawabnya masih tetap dengan senyumannya.

"Benarkah? Atau kamu terlalu terpesona dengan Off?" Ucapnya menggoda Gun.

Wajah Gun memerah mendengar itu, Wine yang melihat itu tidak bisa menyembunyikan tawanya. Mereka mulai banyak mengobrol setelahnya atau lebih tepatnya Wine yang banyak menggoda Gun. Sesekali Gun memukul pria itu yang sudah keterlaluan menggodanya, tapi seperti biasanya mereka akan tertawa lagi setelahnya. Berulang-ulang seperti itu sampai hal tersebut menarik perhatian Off.

Off menatap tajam keduanya yang terlihat sangat dekat, sampai lawan bicaranya saat itu melangkah mundur lantaran takut dan langsung pamit dengan alasan masih ada pekerjaan. Dia hanya mengangguk sebagai balasan dan kembali menatap dua orang tersebut, masih dengan tatapan yang sama sekali tidak berubah.

"Apa kau akan tidur disini N'Gun?" Tanya Off dengan nada yang agak sinis setelah sebelumnya, dia menyapa Wine.

Gun yang mendengar suara Off yang bertanya padanya, tersentak kaget. Tidak biasanya pria itu mengajak bicaranya terlebih dahulu kecuali itu tentang pekerjaan.

"Aku akan pulang sebentar lagi," jawabnya sambil melirik jam di ponselnya.

Belum sempat Off menimpali jawaban Gun, Wine lebih dulu berbicara.

"Dengan siapa kau akan pulang? Bukankah tadi kau menyuruh semua stafmu untuk pulang?"

"Aku akan menyetir sendiri."

"Kalau begitu, lebih baik kalian pulang sekarang juga," kemudian dia beralih menatap Off, "aku harap kamu bisa menjaganya sampai parkiran mobil, di sana gelap dan aku mengkhawatirkan keselamatannya."

"P'Wine, aku..."

"Baiklah, aku akan mengantarnya sampai ke parkiran," Off bahkan tidak memberikan Gun kesempatan untuk berbicara.

Pria berwajah cantik itu hanya melongo menatap Off yang untuk pertama kalinya berkenan membantunya, tanpa sadar seulas senyum kecil terukir di bibirnya. Senyuman yang tak pernah ia tau bisa membuat tembok pertahanan yang Off buat di antara mereka, runtuh sepenuhnya tanpa meninggalkan bekas. Akhirnya, apa yang ditakutkan Off terjadi. Dia tak bisa lagi mengelak fakta bahwa dia sepenuhnya telah jatuh pada pesona pria cantik itu.

Sial, jika terus seperti ini emosiku benar-benar akan meledak. Ucapnya setengah mengumpat dalam hati.

#
MATI KAU GAY RENDAHAN

Tulisan yang tertulis dengan cat berwarna merah terpampang jelas di kaca depan mobil Gun. Off jelas kaget melihat itu, berbeda dengan Gun yang hanya menghentikan langkahnya sebentar kemudian berjalan santai ke arah mobilnya. Semakin dilihat dari dekat, ternyata itu bukanlah cat merah melainkan darah yang sekarang sudah mengering sempurna.

"Papi, kau bisa pergi sekarang," ucapnya melepaskan rangkulannya pada Off.

"Jangan mengasihaniku karena aku baik-baik saja," sambungnya lagi dengan wajah tersenyum.

Off tidak menjawab, dia menatap ke arah tangan Gun yang terlihat gemetar. Gun tidak bisa membohonginya, jelas sekali bahwa dia tidak baik-baik saja. Dan satu hal lagi, yang membuat ia melongo tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Gun mengambil tisu basah dari tasnya, seolah-olah bahwa hal seperti ini sering terjadi.

"Apa kau..." Ucapannya terhenti melihat Gun yang mengangkat tangannya, tanda supaya Off tidak melanjutkan perkataannya.

"Aku baik-baik saja Papi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sini," ucapnya mulai membersihkan tulisan itu,"lagipula ini bukan pertama kalinya, jadi aku pun sudah terbiasa sekarang."

"Tidak, kau jelas tidak baik-baik saja."

Off menarik tangan Gun agar menjauh dan pria itu hanya pasrah ketika itu. Dia bahkan tidak berani menatap wajah Off, tatapannya hanya terpaku pada sedikit noda darah yang ada ditangannya. Dengan lembut Off menarik tisu basah penuh darah yang ada di tangan Gun lalu membuangnya di tempat sampah.

"Jangan dilanjutkan lagi," ucapnya.

Gun menatap Off dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan, kaget, takut, sedih, semuanya bercampur aduk menjadi satu. Off pun balas menatapnya, sama sekali tidak menghindar dari tatapan itu. Kemudian, entah keberanian dari mana Gun beralih memeluk Off. Pelukan yang cukup membuat tubuh Off berubah kaku lantaran kaget sekaligus menghilangkan keberaniannya untuk membalas pelukan tersebut.

Semoga suka ya, karena ini cerita pertama yang aku publikasikan.

Terimakasih 😊

Jangan lupa vote dan juga komen ya!

Love and Tears (Offgun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang