Chapter 17

664 57 0
                                    

Banyak hal yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini, dari Off yang mulai menerima kehadiran Gun, kedatangan Nan dalam hubungan keduanya, juga masalah yang terjadi di antara Wine dan Nan. Hampir setiap harinya, Nan datang hanya untuk menemui Off dan selama itu pula Off terus mengabaikannya. Seperti sekarang ini, Nan berusaha menarik perhatian Off dengan cara mengajaknya mengobrol dan sesekali dia menggandeng tangan pria itu seakan-akan mereka dekat. Off tidak menolak ataupun menerimanya, melainkan hanya diam seperti tidak ada yang mengajaknya bercerita.

"Papi," Gun datang dengan membawa banyak barang di tangannya.

Off melepaskan rangkulan Nan dan bergegas membantu Gun. Pria itu tersenyum manis ketika menatap orang di depannya, begitu juga dengan Gun. Mereka saling bertatapan untuk seperkian detik, hanya saling tersenyum saja, dan akhirnya suara Wine menghentikan mereka.

"Apa kalian tidak akan melanjutkan syuting lagi?" ucapnya yang terlihat mulai kesal.

Off dan Gun langsung meminta maaf secara bersamaan, tertawa kecil setelahnya dan mulai menyiapkan beberapa hal untuk keperluan syuting mereka. Gun melirik ke arah Nan, gadis itu terlihat hanya diam saja karena tidak ada yang mengajaknya berbicara. Akhirnya, dia berinisiatif sendiri untuk menghampirinya sekalipun saat itu Off terlihat tidak suka ketika Gun menghampiri Nan.

"Nan, apa kau sudah makan?" tanya Gun yang hanya sekedar basa-basi.

Gadis itu mengangguk kecil, kemudian menyuruh Gun untuk duduk di sampingnya,"sepertinya menyenangkan kalau aku bisa seakrab itu dengan Off," ia tersenyum dan kalimat itu tulus ia ucapkan.

"Kenapa tidak mencobanya?" Gun bertanya lembut.

"Apa menurutmu aku tidak mencobanya?" sifat menyebalkan dari dirinya mulai keluar.

Gun hanya menanggapinya dengan senyuman, lantas memberikan permen kepada gadis itu.

"Apa kau pikir aku anak kecil?" protes Nan, menolak permen itu.

"Tidak perlu banyak berpikir, ambil saja," pria itu meletakkan dengan paksa permen itu di genggaman Nan.

"Mungkin itu bisa membuatmu berpikir lebih jernih lagi," ucapnya lagi.

Mendengar kalimat itu, Nan jelas tersinggung. Ia membanting permen itu ke lantai dan mulai meninggikan suaranya ketika berbicara dengan Gun.

"Hanya karena kamu dekat dengan Off, bukan berarti kamu menganggap kalau aku tidak mampu untuk melakukannya," ucapnya penuh emosi.

"Apa yang kau maksud Nan?" suara Gun masih terdengar lembut,"aku tidak bermaksud apa-apa. Bukankah kau bilang ingin lebih dekat dengan Off? Dan itu adalah solusi dariku. Off tidak bisa kamu dekati hanya karena kamu ingin, kamu juga tidak bisa mendekatinya ketika egomu terlalu mengontrol perasaanmu, dia sedikit berbeda."

"Tapi kau tidak harus memberiku permen, itu seolah-olah kau beranggapan kalau aku hanya anak kecil," ia masih mengoceh dan menganggap kalau yang dijelaskan Gun sama sekali tidak ia butuhkan.

"Aku hanya memberimu permen, karena hanya itu yang aku punya. Bahkan itu permen terakhir yang ada di sakuku," jawab Gun polos.

"Apa kau juga harus menjelaskan semua itu padaku?" Nan terlihat semakin emosi.

Pertengkaran itu menarik perhatian semua orang yang hadir di sana, tidak terkecuali Wine. Rasanya lucu mendengar jawaban terakhir Gun tadi, dia begitu polos dengan hanya memberikan seorang gadis permen untuk memintanya menjernihkan pikirannya. Kalau ia berada di posisi Nan, mungkin dia akan melakukan hal yang sama pula.

"Aku hanya menjawab pertanyaanmu tadi."

Mendengar itu Nan semakin emosi, rasanya jika ia terus berdebat dengan Gun seperti ini bisa saja kepalanya akan meledak. Sementara itu, Off tidak bisa berhenti tersenyum melihat tingkah Gun. Setiap kali ia menunjukkan sisi dari dirinya yang begitu, Off akan merasa bahwa ia cukup terhibur. Salah satu alasan kenapa ia bisa jatuh cinta pada Gun adalah kepolosannya ini.

Love and Tears (Offgun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang