Chapter 14

690 56 4
                                    

Dalam dunia akting, kemampuan Off pantas diancungi jempol. Ia mahir dalam bidangnya dan jarang sekali membuat kesalahan. Tidak perlu waktu lama untuk produser mengarahkannya, dia akan langsung mengerti. Namun sepertinya hari ini ada yang berbeda darinya, sejak tadi dia terus melakukan kesalahan. Tidak hanya satu kali tapi berulang-ulang kali. Tentu saja staf yang ada di sana heran, ini bukan seperti Off yang biasanya. Seakan-akan hanya tubuhnya saja yang berada di sini, sementara pikirannya mengembara entah kemana.

"Off, apa yang terjadi? Apa kamu sedang ada masalah?" Janhae, lawan mainnya di drama itu menghampirinya.

Off memijat pelipisnya dengan kasar,"Gun belum menghubungiku sama sekali," jawabnya terlihat frustasi.

"Apa sebegitunya kamu mengkhawatirkannya?" tanya Janhae tidak bisa menyembunyikan tawanya.

Gadis itu tau bahwa Gun hari ini datang ke kantor polisi untuk masalah teror yang sedang dihadapinya dan kinerja Off yang buruk ternyata berhubungan dengan hal tersebut. Mungkin jika ia berada di posisi Off, dia akan melakukan hal yang sama. Apalagi itu mengenai masalah trauma yang tidak bisa dianggap remeh sama sekali. Karena hal itu pula, Gun tidak pulang ke apartemennya untuk waktu yang lama.

"Hmm, aku bahkan sama sekali tidak bisa fokus dengan pekerjaanku," setelah ia mengatakan hal itu, Off kembali memeriksa ponselnya dan Janhae mendapati pria itu kembali menghela nafas dengan berat.

"Dia pasti akan menghubungimj nanti," ucap Janhae yang berusaha untuk menghiburnya.

30 menit telah berlalu sejak waktu istirahat mereka dan kinerja Off kian memburuk. Sutradara sampai harus menghentikan syuting mereka dan meminta semua orang untuk kembali beristirahat. Off semakin terlihat frustasi, ia bahkan tidak bisa duduk tenang walau hanya sebentar. Sampai... Sebuah suara yang sangat ia kenali memanggilnya dari kejauhan. Gun dari kejauhan melambaikan tangannya dan tersenyum lebar ke arahnya.

Off hampir terjatuh saat ia berlari ke asal suara, kemudian masih dengan nafas yang tidak beraturan ia memeriksa setiap inci dari tubuh Gun hanya untuk memastikan bahwa tidak ada yang terluka darinya.

"Syukurlah, kamu baik-baik saja," akhirnya Off bisa bernafas lega. Ia pun langsung memeluk pria itu dan mencium puncak kepala Gun berulang kali.

"Papii, aku baik-baik saja," Gun protes karena malu dilihat oleh banyak orang.

"Aku tidak peduli," kali ini ia beralih dengan memeriksa wajah Gun dari dekat,"apa yang terjadi dengan wajahmu?" tatapannya sekarang beralih ke arah Luke yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Aku?" Luke menunjuk dirinya sendiri dengan bingung.

"Gun tidak mengoles lip balm yang biasa selalu dia gunakan, rambutnya juga basah sekarang, apa yang sebenarnya terjadi?" Off sedetail itu bisa melihat perubahan dari Gun.

Gun dan Luke saling bertatapan untuk seperkian detik dan Gun mengisyaratkan padanya untuk tidak menceritakan tentang kejadian wajahnya yang kena diludahi tadi. Tapi Luke tidak mengerti, malah menceritakan dengan detail permasalahan itu.

"Tunggu, dia benar-benar meludahi wajahmu?" nadanya meninggi dan sekarang kembali memeriksa wajahnya.

"Papi, wajahku tidak akan luka karena ia meludahiku," ucap Gun yang capek wajahnya di pegangi terus.

"Dia benar-benar keterlaluan," Off terlihat sangat marah tapi Gun berjinjit dan merangkul lehernya.

"Jangan memperbesar masalah Papi, aku baik-baik saja," ucap Gun meyakinkannya.

Semua pasang mata yang melihat itu rata-rata menahan nafasnya karena momen manis yang mereka buat. Bahkan beberapa di antara mereka mengabdikan momen itu sambil membekap mulutnya karena menahan teriakannya.

Love and Tears (Offgun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang