8

24 5 0
                                    

Bel Pulang berbunyi

Una dan Caca sedang membereskan buku buku nya dan akan segera pulang.

"Una ayo udah belum?"tanya Jevan yang menghampiri meja Una.

"Udah,ayok"jawab Una.

"Lo balik bareng Jevan?"tanya Caca

"Iya soalnya bang bintang ada latihan buat olimpiade fisika"jawab Una.

"Oh gitu,Abang Lo keren banget yah,mana pinter lagi"-Caca.

"Iya lah Abang gue gitu loh"jawab Una.

"Beda sama adik nya yang kalo ngeliat soal MTK langsung ke UKS"ledek Caca.

"Ngeledek banget Lo!"jawab Una menatap sinis Caca.

"Ga ngeledek cuy tapi faktanya emang gitu"ucap Caca sambil tertawa.

"Ca ga boleh gitu,kasian Una"bela Jevan.

"Tuh dengerin ca,kata Jevan"sombong Una karna merasa terbela oleh perkataan Jevan.

"Tapi yang Lo bilang ada benarnya juga ca,Una emang bego di MTK"-Jevan.

"Anjing Lo,gua kira Lo ada di pihak gue"sewot Una sambil memukul pelan kepala Jevan.

"Aduh sakit ege,hahaha bercanda Una Lo tuh pinter kok,tapi pinteran gue"Jevan tertawa melihat wajah Una yang sangat lucu ketika dia sedang marah seperti ini.

Una tidak memperdulikan perkataan Jevan,dan seketika pandangan Una terpaku oleh Aka,Aka yang sempat melewati mereka ber 3 tadi tersenyum kearah Una.

"Eh Una Lo disenyumin tuh sama Aka"Goda Caca sambil menyenggol bahu Una.

"Ihh apaan sih Lo"-Una.

Jevan menatap laki laki itu dengan tatapan tidak suka,karna lihat dia baru saja menggoda wanita yang di sukai nya,ingin rasanya Jevan mematahkan kaki nya agar tingginya kurang dari tinggi Jevan,jujur saja Aka memang sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari Jevan tapi hanya sedikit.

"Tuh anak sok cool banget gila,dipikir ganteng begitu,enggak woi masih ganteng gue iya kan Una?"-Jevan.

"Masih gantengan Park Jeongwoo Treasure"jawab Una.

"Asal Lo tau gue itu sebenernya ada darah Korea nya,nenek gua dari Korea soalnya"-jevan.

"Ga percaya gue,soalnya Lo itu tukang boong,trus kata mamah gue kalo orang suka boong pantatnya bakalan gede sebelah"jawab Una.

"Nah bener tuh,udah gue mau pulang dulu yah bye"Caca langsung pergi meninggalkan mereka ber 2.

"Una,gue ga suka liat Lo di senyuman gitu sama si Aka"Jevan menatap Una dalam dalam,dan wajah nya berubah menjadi dingin dan serius.

Una yang mendengar ucapan Jevan pun langsung bingung,apa yang sebenarnya Jevan katakan?apa dia cemburu?ahh tidak mungkin.

"Apaan sih Lo udah ga penting,ayo cepet pulang"ajak Una dan menarik tangan Jevan tanpa memperdulikan perkataan Jevan,walaupun dia masih bingung maksud dari perkataan Jevan tadi.

Di perjalanan

"GUE MAU NGAJAK LO KE SUATU TEMPAT BOLEH?" Teriak Jevan,karna dia tau Una tidak akan mendengarnya jika dia tidak berteriak seperti ini.

"KEMANA?"Jawab Una.

"JAWAB AJA BOLEH ATAU GA?"-Jevan.

"BOLEH AYO AJA"jawab Una,dan dijawab anggukan oleh Jevan.

Skip perjalanan

Mereka sudah sampai di tempat yang akan mereka kunjungi sekarang,sebenarnya Una tidak tau daerah mana ini tapi seperti nya ini jauh berada di tengah kota,Jevan mengajaknya ke sebuah taman yang terdapat danau yang tidak terlalu besar di tengah taman itu,hari sudah gelap menunjukkan pukul setengah 7 malam,perjalanannya memang sangat jauh mereka pulang sekolah sekitar jam 6 sore.

Mereka langsung duduk di bangku yang sudah di sediakan di taman itu,dan menatap bulan di langit yang sangat indah ini bahkan suara kendaraan lalu lalang menambah kesan yang amat romantis untuk sepasang kekasih.

"Lo ngapain ngajak gue kesini"tanya Una membuka obrolan.

"Ga papa cuman mau punya banyak waktu sama Lo aja,Una liat bulan nya cantik kan?" Tanya Jevan.

"Iya cantik,Lo suka bulan yah?"tanya Una.

"Iya gue suka,soalnya bunda juga suka bulan,kata bunda kalo Jevan kangen tinggal liat bulan aja,gue juga kalo lagi stress selalu nenangin diri gua kaya gini rasanya lebih damai"jawab Jevan yang masih tersenyum memandangi bulan.

"Emang bunda Lo kemana?"tanya Una.

"Bunda gue udah meninggal pas umur gua 13 tahun,dan sekarang gue tinggal sama papah"seketika senyum Jevan mereda dan Jevan menundukkan kepalanya.

Una terkejut dan benar benar menyesal telah menanyakan pertanyaan itu pada Jevan sungguh,Una tidak tahu bahwa bunda Jevan sudah meninggal,walaupun mereka sudah lumayan lama berteman tapi memang Jevan sangat tertutup tentang keluarganya.

"Jevan maafin gue,gue ga bermaks-"

"Ga papa Una,Lo juga kan ga tau jadi santai aja"Jevan kembali menatap Una kemudian tersenyum.

Sungguh hati Una sangat tergores,pasti Jevan sangat merindukan bundanya,dan pasti sangat menyakitkan bagi jevan yang ditinggalkan oleh seseorang yang sudah melahirkannya di dunia ini.

"Bunda Lo pasti bangga punya anak yang sayang banget sama dia,dan punya anak berprestasi kaya Lo"kata Una untuk menghibur Jevan.

"Iyaa,makasih Una Lo udah buat gue ngerasa semangat lagi"jawab Jevan.

"Iya sama sama,btw gue juga suka sama bulan"-Una.

"Beneran?kita tuh emang ditakdirkan berjodoh kayanya"Goda Jevan.

"Mikirnya kejauhan Lo,tapi gue seneng sih punya seseorang yang suka bulan juga"Kata Una sambil memandang bulan.

Jevan yang melihat nya itu pun tersenyum,jujur Una sangat cantik ditambah lagi cahaya bulan yang menyinari dirinya.

"Mau balik ga udah malem,nanti Lo di cariin"tanya Jevan.

"Eh iya ayo balik,takut gue dicariin bang bintang"jawab Una dan di balas anggukan oleh Jevan.

JEVAN MAHENDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang