16

21 4 0
                                        

Una dan Caca sedang menggibahi anak kelas sebelah yang yang memakai pensil alis yang cukup tebal seperti Sinchan. Namanya juga gadis yh bestie Pasti setiap harinya ghibah.

Seseorang masuk ke kelas mereka dengan santai dan cukup membuat Una terkejut dan merasa senang karna yah itu Jevan dia sekolah hari ini, sungguh ketika Una melihat Jevan baik baik saja seperti ini hatinya sangat tenang.

"Woi bro Lo kemana aja" tanya Dani.

"Ga kemana mana" jawab Jevan.

"Lo ga berangkat 2 hari ege, ngapain Lo dagang pecel?" tanya Dani

"Ada keperluan keluarga gue" jawab Jevan lalu duduk di kursinya dan langsung memainkan handphone nya dijawab anggukan oleh Dani.

"Eh Jevan berangkat tuh samperin sana" bisik Caca.

"Apaan sih ca, yaudah kali kalo dia berangkat emang masalahnya sama gue apa?" tanya Una kepada Caca.

"Yaelah bukan nya Lo kangen" goda Caca.

"Ca Lo mau mati sekarang,atau habis istirahat?" tanya Una kesal.

"Lebih baik besok aja, soalnya besok ada pelajaran MTK males gue" jawab Caca santai.

"Ca kalo Lo bukan sahabat baik gue, udah gue mutilasi Lo"

"Jangan lupa ambil organ gue sekalian Una, kaya jantung trus mata biar bisa di donorkan ke orang lain biar gue ga mati sia sia nantinya"

Una hanya menghela nafas kasar kerena sahabatnya ini sangat menyebalkan.

Jujur Una ingin bertanya pada Jevan, karena tadi Una tidak mendengar obrolan yang Dani dan Jevan lakukan, Una akan bertanya kenapa kemarin dia tidak berangkat, tapi ia gengsi karna masalah dua hari yang lalu ketika Jevan membentak Una, tapi rasa gengsinya itu ia singkirkan terlebih dahulu,mungkin ia akan menanyakan nya pas jam pulang sekolah.

Bel istirahat berbunyi

Sekarang Una dan Caca sedang makan mie ayam di kantin, tanpa di sangka ada Dani dan Jevan yang menghampiri mereka.

"Woi ga ngajak ngajak Lo" tanya Dani sambil duduk di sebelah Caca.

"Dan, gue duluan yah mau ke kelas"

"Eh katanya mau makan mie ayam, gimana sih Lo"

"Ga jadi, udah kenyang gue" Jevan langsung meninggalkan mereka bertiga.

"Tuh orang kenapa dah aneh banget" kata Caca.

Una yang melihat nya pun sempat terkejut, sejak kapan Jevan jadi seperti ini, Una merasa bahwa Jevan menjauhi dirinya.

Bel pulang berbunyi

Jevan hendak meninggalkan kelasnya tapi langkah nya terhenti di ambang pintu karna Una memanggilnya.

"Jevan, gue perlu bicara sama Lo"

"Tinggal ngomong aja" jawab Jevan cuek, jujur Una terkejut tidak biasanya Jevan bersikap dingin seperti ini padanya.

"Lo kemarin kenp-" perkataan Una terpotong oleh ucapan Aka.

"Una kita udah di tunggu sama ibu Venti di ruang guru, ayo cepet" Kata Aka sambil menarik tangan Una.

"Tapi gue mau ngomong sama Jevan" Una menghempas tangan Aka yang menariknya, ketika Una ingin melanjutkan perkataan nya Jevan malah langsung pergi tanpa memperdulikan Una sama sekali.

Rasanya Una ingin menangis, tidak biasanya Jevan bersikap sedingin itu padanya, Una selalu menyukai Jevan yang bersikap hangat dan menjengkelkan.

"Udah ayo Una kita nanti di hukum kalo telat" Aka langsung saja menarik tangan Una.

Mereka berdua sudah sampai di ruang guru, dan langsung menemui ibu venti lalu ibu Venti langsung memberikan latihan dan beberapa buku untuk mereka pelajari di rumah.

Pulang Latihan

Una pulang bersama Aka seperti biasa ketika mereka latihan untuk olimpiade Aka selalu mengantar Una pulang.

"Makasih udah nganterin gue pulang"

"Sama sama Una"

"Lo pergi sana udah hampir gelap"

"Ngusir nih ceritanya"

"Iya"

"Gila Lo udh di anterin malah di usir gini"

"Iya dah maap"

"Yaudah gue balik dulu bye Una" Kata Aka dan di balas anggukan oleh Una.

Aka melajukan motornya dan pamit kepada Una, setelah Aka pergi Una langsung masuk kedalam rumahnya.

JEVAN MAHENDRA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang