Setelah Jevan menghabiskan makanannya, dia dan Una langsung balik ke kelas untuk belajar mapel berikutnya yaitu pelajaran B.inggris yang diajar oleh ibu nani tapi, hari ini ia tidak bisa masuk dikarenakan sakit, jadi otomatis kelas mereka jam kosong.
"Coy berhubung ibu Nani ga masuk, jadi hari ini gue nagih uang kas oke udah lama ga nagih nih gatel tangan gue"
Una itu bendahara kelas karna sikap dia yang banyak omong dan kadang suka marah marah jadi dia di tunjuk buat jadi bendahara oleh Dani, Dani ini ketua kelas dan wakil ketua kelas nya itu Caca.
Una langsung berkeliling di beberapa meja teman nya untuk menagih uang kas, nominal yang harus di bayar hanya 5k dalam 1 Minggu saja, jadi Una hanya menagih 1 sampai 2 kali pertemuan dalam seminggu.
"Bayar uang kas sini Jevan" Kata Una yang menagih uang kas ke Jevan yang sedang bermain game online.
"Ga ada duit gue" jawab Jevan tanpa melihat Una sama sekali dan fokus akan game online nya.
"Heh! Lo udah nunggak 1 bulan egee yang bener aja mau ga bayar lagi"
Jevan menaruh handphone nya dan langsung menatap Una dengan tatapan yang sinis, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Una, seketika Una langsung memundurkan wajahnya agar tidak terlalu dekat dengan wajah Jevan.
"Gue bilang kan nanti, duit gue habis dan belum di kasih sama bokap gue, besok gue bayar" jawab Jevan yang masih mendekatkan wajahnya pada Una.
Lantas Una pun langsung mendorong tubuh Jevan agar dia tidak terlalu dekat dengan nya karna jujur Jevan jika di lihat dari dekat sangat tampan sungguh Una tidak berbohong. dia mulai merasa tidak nyaman dan entah kenapa jantung nya berdetak dengan kencang sekarang.
"Awas aja Lo kalo ga bayar besok" Una menatap Jevan dengan tatapan mengintimidasi.
Jevan tidak peduli karna besok akan dia bayar jika papah nya memberi dia uang bulanan, karna jujur saja hari ini uang jajan Jevan saja itu hanya sisa uang dari hari kemarin dan sekarang sudah habis karna harus membayar utang nya ke Dani.
Pulang sekolah
"Una Lo pulang sama ka Juna lagi?" Tanya Caca.
"Enggak gue pulang sama bang bintang kok" jawab Una.
"Owh oke gue duluan yah udah di tungguin bokap gue di gerbang soalnya bye"
"Oke hati hati yah"
"Una ayo cepet pulang" Panggil bintang di ambang pintu kelas Una.
"Iya bang"
________________
"Jevan pulang"
Plakkk
"Kenapa kamu kemarin tidak ikut les hah kemana kamu? pasti mengurusi tim basket kamu yang ga berguna itu kan!"
Jevan memegangi pipi nya yang terasa amat perih dan sakit tapi ini sudah menjadi kebiasaan untuk Jevan. Jevan memang diajari keras oleh papah nya setelah Bunda Jevan meninggal di usia Jevan yang masih beranjak 13 tahun. Bunda Jevan meninggal karena penyakit gagal ginjal yang di deritanya. setelah Bundanya meninggal Jevan selalu di perlakukan tidak baik oleh ayahnya, dia harus belajar dan harus ikut les sampai tengah malam dan harus mendapatkan peringkat 1 di kelasnya, jika tidak dia akan di tampar dan di pukul oleh papah nya di rumah seperti ini.
"Kamu tuh mau jadi apa hah! Jevan saya ga tau harus mengajari kamu bagaimana lagi" bentak papah Jevan.
"Papah ga pernah tau apa yang Jevan mau dan apa yang Jevan suka! papah cuman tau belajar belajar dan belajar supaya Jevan bisa jadi CEO kaya papah. tapi Jevan ga mau. impian Jevan cuman mau jadi pemain basket itu udah jadi impian Jevan dari kecil dan papah selalu aja ngelarang apa yang Jevan suka. Jevan muak pah!" Jevan langsung pergi ke atas menuju kamar nya. Jevan menahan air matanya agar dia tidak menangis, dia tidak memperdulikan ayah nya yang masih marah-marah kepadanya dengan ucapan yang amat sangat menyakiti hati Jevan.
BRAKKKK
Jevan menutup pintu kamarnya dengan kencang dan menguncinya. Jevan tidak bisa menahan air matanya lagi sekarang dia benar benar menangis dia tidak tahu harus bagaimana besok, dia tidak punya uang untuk sekolah besok, dia juga sudah berjanji kepada Una agar uang kas nya di bayar besok. dia tidak mau mengecewakan wanita yang disukainya, walaupun untuk hal sekecil ini, tapi dia juga tidak tahu harus bagaimana.
"Bun Jevan harus gimana? Jevan ga sekuat yang Bunda kira. Jevan butuh Bunda disini, Jevan kangen Bunda" Isak tangis Jevan semakin menjadi jadi karna dia sangat merindukan bundanya.
Tok tok tok
Ada yang mengetuk pintu kamar Jevan, Jevan juga sudah membersihkan diri dan sudah tidak menangis lagi karna tidak ada guna nya juga dia larut dalam kesedihan seperti ini dia sudah terbiasa dengan hidup di dalam keluarganya.
"Den makan malam sudah siap"
Itu asisten rumah tangga Jevan namanya ibu Ida. dia yang selalu menjaga Jevan dan membuatkan makanan untuk Jevan karna papah Jevan juga jarang di rumah jadi papahnya mempekerjakan ibu Ida untuk menjaga dan merawat Jevan.
Jevan membuka pintu kamarnya dan bertanya kepada ibu Ida "Bi papah udah pulang?" Tanya Jevan.
"Sudah den, tuan sudah pulang dari tadi"
"Oh oke makasih yah bi, nanti Jevan turun bentar lagi"
"Oh iya den"
Asisten rumah tangga Jevan pun pergi kebawah untuk menyiapkan makanan yang lain juga, Jevan kembali ke kamarnya dan mengambil handphone nya dan langsung turun kebawah untuk makan malam.
"Den ini tuan nitip uang bulanan ke saya"
"Ouh makasih yah bi"
"Iya sama sama den"
Makan malam pun selesai dan Jevan langsung pergi ke kamarnya untuk tidur agar besok dia cepat bertemu dengan Una gadis yang Jevan suka. menurut Jevan, Una itu unik dan Una itu sempurna. bagi Jevan, Una itu wanita yang paling cantik setelah Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEVAN MAHENDRA ✓
Krótkie Opowiadania"Jatuh cinta sama Luna tuh, konsekuensinya nahan sakit mulu" -Jevan. •100% fiction Start: 27 September 2022 End: 18 Desember 2022