Naruto menatap cermin dengan bosan, sementara para dayang sibuk mengukur tubunya, sesekali mereka menyuruhnya memasangkan yukata yang terlihat cocok untuknya.
Sasuke menatap Naruto dari arah belakang dengan senyum yang mengembang, sejujurnya sejak tadi Naruto ingin melempar wajah si Teme dengan batu!.
Muak karena menurutnya, itu seperti bahagia diatas penderitaan orang lain.
"Kau tampak indah saat memakai apapun permaisuriku!". Sasuke mendekat kearahnya.
Hueeekkk..... jijik sekali Naruto mendengarnya, sejak kapan si wajah papan itu pintar menggombal.
Bahkan saat para dayang selesai dan meninggalkan mereka berdua, Naruto tetap malas untuk meladeni pembicaraan Sasuke.
Dia lebih memilih untuk duduk dikursi kamarnya, sementara Sasuke ikut duduk tepat disebelah Naruto. Membuat Naruto gemas karena terus di ikuti pria sinting itu!.
"Menjauhlah!" Tekannya bergeser untuk sedikit berjarak dengan si mesum.
"Naru, apakah ada perkataanku yang salah?" Sasuke bingung, apakah dia membuat Naruto marah dan kesal.
"Tentu saja ada! Jangan dekat-dekat!" Naruto mendorong bahu Sasuke. "Fu*ck, i think i'ts gross" Naruto merutuk pelan.
Biar saja dia memaki si Teme, toh tidak akan mengerti. Enak bukan ? Tentu saja! Dia tidak akan tau saat Naruto mencacinya.
"Naru, akhir-akhir ini kau sering berbicara dengan bahasa aneh" Sasuke menatap Naruto yang menjauh dari sisinya.
"Apa ? Tidak ada, aku hanya sedang bergumam saja!" Elaknya tak peduli.
"Bisakah kita... perbaiki semua ini ?" Ujar Sasuke tiba-tiba.
Sehingga perkataannya membuat Naruto langsung menatap Sasuke dengan pandangan mengernyit dan aneh.
"Apa ? Perbaiki ? Apanya yang harus diperbaiki ?" Memang sekarang mulutnya terlalu sinis untuk diajak bicara.
"Maksudku tentang semua ini, tentang hubungan kita. Bisakah kau memberikanku kesempatan ?" Sasuke menatap Naruto dengan serius tanpa ada keraguan disana.
"Sungguh? Serius?" Mata Naruto berbinar cerah, membuat Sasuke hampir bahagia.
Namun Sasuke tak jadi bahagia, saat Naruto langsung memberikan tatapan datar dan sinis. "Mimpi saja Uchiha!".
"Naru... aku...." ujarnya gelagapan.
"Cukup! Setelah semua yang terjadi, kau ingin kita memperbaiki hubungan ? Kau gila ya Teme ?" Sungguh nyali Naruto sepertinya ada 10, berani menghina raja tanpa takut dihukum.
Tapi tenag saja, kalau dihukum apalagi sampai mati, dia akan bahagia karena bisa kembali kemasa depan bukan ?.
"Aku hanya ingin menjadi lebih baik untukmu, membahagiakanmu, lalu memberikan cinta seperti yang kau inginkan" Sasuke memegang tangan halus dan lembut Naruto.
Cuihh.... dasar buaya!!! Jangankan membahagiakannya. Selirnya saja masih belum diceraikan, mana bisa membuatnya bahagia, yang ada dia akan ditenggelamkan lagi di sungai. Lalu kembali dijatuhkan dengan sebuah konspirasi besar.
"Aku sudah tak menginginkan apapun, apalagi cinta!" Naruto menatap wajah Sasuke dengan malas.
"Aku tau bahwa aku salah, aku bahkan menyia-nyiakanmu. Aku hanya ingin kita menjadi dekat, dan menebus semua kesalahnku. Bahkan gara-gara aku yang tak peduli, kau hampir mati!".
Ingin sekali Naruto berteriak 'Aku memang sudah pernah mati Bastard!'.
"Tidak perlu repot-repot!" Naruto mengibaskan tangannya. "Jika kau ingin menebus semua kesalahanmu, cukup biarkan aku sendirian seperti dulu".
KAMU SEDANG MEMBACA
One Hundred Days : Rewind To Be Empress (SASUNARU)
RandomSetelah berpikir mati dan menjalankan reinkarnasi pertamanya, Naruto dengan sangat bahagia hidup sebagai anak SMA yang kaya raya penuh perhatian dan kasih sayang. Namun setelah bangun dari tidurnya, kenapa dia malah kembali kepada tubuhnya yang dulu...