17. Terbongkar

2.2K 258 11
                                    

Naruto sibuk merapihkan rambutnya sendiri, ribet sebenarnya karena harus selalu menyisir rambut yang panjang, pandangannya terfokus pada cermin.

Terkejut saat pintu kamarnya digeser, sedikit lega saat yang masuk ternyata Sasuke dengan raut yang menurutnya tak bisa dijelaskan, ada rasa sedih dan penyesalan didalamnya, namun dia tak ingin bertanya terlebih dahulu sebelum Sasuke berbicara.

"Aku sudah mendengar semuanya" ungkap Sasuke dengan suara sedikit gemetar.

Mungkin karena perasaan bersalah sehingga membuat Sasuke berbicara seperti itu.

Sementara Naruto menghentikan sisiran di rambutnya, menatap Sasuke dengan raut bingung, apakah maksudnya pembicaraan sia dengan Itachi ? Tidak mungkin, tapi jika benar. Sejak kapan Sasuke menguping pembicaraan mereka ?.

"Aku tau semuanya, tentang Itachi, tentang ibuku, tentang ayah, tentang kau, tentang pembunuhan mereka aku tau semuanya" lanjut Sasuke dengan nada pilu.

"Sasuke...." bisiknya lirih, tak tau harus mengatakan apa.

"Naruto...." Sasuke kemudian mendekat kearahnya dan memeluk Naruto secara tiba-tiba, bahkan sangat erat.

"Sasuke, sudah berhentilah jangan menangis" tanganya membalas pelukan itu.

"Aku tau Naru, aku tau semuanya! Maafkan aku, aku pria yang bodoh bukan ? Selama ini aku menyembunyikan kejahatan ibu, bahkan terus menurut padanya, aku bahkan rela menjadi boneka ibu selama hidupku" tangis Sasuke pecah.

Naruto membolakan matanya karena sangat terkejut, tak menyangka jika Sasuke juga sudah hafal dengan kekejaman ibunya.

"Aku selama ini hanya hidup tak tentu arah, ibu selalu memberiku kasih sayang palsu dan bodohnya aku menganggap itu nyata, terlalu berkhayal karena ingin disayangi dan dicintai. Tapi aku terlalu buta untuk melihat kasih sayangmu yang tulus Naru...." dia mengeluarkan seluruh isi hatinya selama ini.

"Sasuke, jujur saja aku tidak tau harus berkata apa".

"Aku menyelamatkanmu saat itu karena tau, bahwa kau adalah korban dari kejahatan ibuku. Rasaku bersalah begitu besar, merawatmu dengan penuh kasih sayang dan sabar sebagaimana kau menyayangiku dulu, berharap kau bangun dan bisa kubahagiakan kembali" air mata Sasuke semakin membasahi pundaknya.

"Sasu.... tenanglah" mengusap bahu kokoh yang bergetar itu.

Naruto sangatlah paham, jika Sasuke pastinya selama ini sangat menderita dibawah tekanan ibunya, hidup menyedihkan dibawah bayang-bayang ibunya.

"Lihat aku Naru!" Dia menampakan wajahnya yang terlihat kacau. "Aku adalah pria yang paling menyedihkan bukan ? Bahkan tak mampu memutuskan hidupku sendiri, aku mempunyai banyak kesalahan saat ini".

Mata hitam tajamnya menatap Naruto dengan penuh rasa berasalah, tangisan yang mewakili rasa kecewa atas prilakunya sendiri.

"Semua orang menjadi korban, tapi aku tak bisa menyelamatkam mereka. Aku juga egois selama ini, tapi menyia-nyiakan semuanya, termasuk dirimu. Aku hancur Naru.... aku sangat hancur!".

Hanya bisa terdiam mendengarkan ucapan Sasuke, berharap setelah ini pria itu bisa tenang setelah mengeluarkan segala keluh kesahnya.

Saat berbicara dengan Itachi dirinya selalu berfikir mudah, menyelesaikan masalah istana-beres-lalu kembali pulang. Tapi setelah melihat Sasuke yang begitu kacau seperti ini, apakah dirinya bisa meninggalkan pria itu ?.

Sekarang sangat terlihat dengan jelas jika mental Sasuke tidak baik-baik saja, begitu hancur luar dalam, saat kau melihat matanya.

"Maafkan aku, kumohon Naru.... setelah ini jangan benci aku seperti ibuku, kau ternyata selama ini yang selalu peduli, aku merasa tak memiliki siapapun setelah kematian Ayah".

One Hundred Days : Rewind To Be Empress (SASUNARU) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang