Naruto menjadi tak tenang, saat melihat Sasuke terus menatapnya dengan tajam sejak tadi. Astaga.... ini bahkan sudah larut malam, dirinya butuh istirahat, bukannya malah dipelototi terus seperti ini.
"Bisakah kau pulang ke istanamu ? Aku sudah lelah dan ingin tidur, tapi kau malah terus diam disini dan melotot padaku. Kau tau, aku sangat risih!" Naruto menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Katakan padaku, kenapa sejak acara dimulai, kau terus menatap Gaara dengan seperti itu ?" Ujarnya.
"Apa ? Menatap apanya ? Jelas saja tidak ada maksud apapun. Kau tau, aku punya mata Teme!" Wajah Naruto terkesan sangat meledek saat mengatakannya.
"Aku tau kau punya mata untuk melihat, tapi kenapa kau terus menatap Gaara sepanjang acara perayaan!" Sasuke tak mau kalah.
"Memangnya kenapa? Pangeran Sabaku'kan tampan, enak dipandang apa salahnya ?" Naruto benar-benar tak peduli dengan apa yang dia katakan.
Sementara Sasuke semakin melotot dan terkejut, mendengar ucapan Naruto yang begitu santai dan jujur.
"Kau.... keterlaluan, aku ini suamimu! Kenapa kau malah melihat orang lain saat aku berada disisimu?!" Teriaknya tak terima.
Entahlah, Naruto merasa Sasuke yang sekarang terlalu berlebihan dan keluar dari karakter aslinya. Lagipula, sejak kapan pria itu peduli dengan apa yang harus dirinya lihat, dan dirinya tidak boleh lihat.
"Heiii.... Uchiha-Teme, sepertinya aku harus menyadarkanmu dari kenyataan. Aku melihat Pangeran Sabaku karena hanya sekedar mengaguminya. Memangnya kau!" Tunjuknya pada Sasuke. "Senang melihat dada wanita cantik, lalu besoknya kau tiduri mereka!".
DUARRR.... Itu bagaikan ultimatum untuk Sasuke, karena ya.... ucapan Naruto juga tak sepenuhnya salah.
"I...itu, bisakah kita tidak membahas masalalu?" Saat mencoba menjalin hubungan baik dengan Naruto, selalu saja dirinya diingatkan dengan kelakuan buruknya dimasa lalu, membuat Sasuke merasa terskakmat.
"Sudahlah, pulang ke istanamu. Aku mau tidur dan istirahat!" Naruto segera naik keatas ranjang, kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut.
"Aku akan tidur disini!" Sasuke ikut naik keatas ranjang.
"Heiii tidak boleh! Pergi sana!" Naruto mendorong tubuh tegap itu.
"Tidak mau!" Acuh dan malah tetap naik keatas ranjang.
"Kau menyebalkan!" Naruto mendelik kesal, apalagi saat Sasuke dengan berani memeluknya.
"Diam atau kau ku cium sekarang juga!" Ancamnya, membuat Naruto menjadi diam terpaku.
Eitssss... tapi otaknya tak sebodoh itu untuk menuruti perintah Sasuke, dan....
DUAGGHHH... dengan keras Naruto menendang kejantanan si raja cabul, sampai Sasuke terjungkal dari ranjang.
"Arrggghhh kau..... apa yang kau lakukan ?" Sasuke merasakan bagian bawahnya yang berdenyut.
"Menendangmu!" Jawab Naruto tak peduli.
"Kau tau... ini adalah masa depan baka! Bagaimana bisa kau tega menghancurkannya!" Kesal dengan Naruto yang terlihat tak merasa bersalah sama sekali.
"Justru itu bagus sekali bukan ? agar para selirmu merasakan ingin mencari pria lain, jika masa depanmu sudah tidak berguna huahahahahah...." tertawa atas ucapannya sendiri, menurutnya itu lucu.
Sementara Sasuke menjadi tak habis pikir, kenapa Naruto bisa berubah seaneh ini dan dia masih tetap menyukainya. Dulu Naruto bahkan sangat jauh dari kata ceria dan urakan.
"Sudahlah, kalau begitu selamat malam. Aku pergi dulu!" Akhirnya mengalah, daripada masa depannya ditendang kembali.
"Ya sudah, silahkan!" Mengendikkan bahunya tak peduli. Pintu keluar terbuka lebar untuk si raja cabul itu.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Hundred Days : Rewind To Be Empress (SASUNARU)
AcakSetelah berpikir mati dan menjalankan reinkarnasi pertamanya, Naruto dengan sangat bahagia hidup sebagai anak SMA yang kaya raya penuh perhatian dan kasih sayang. Namun setelah bangun dari tidurnya, kenapa dia malah kembali kepada tubuhnya yang dulu...