12. Dua Selir Yang Tersisih

1.7K 259 16
                                    

"Ini bukan orang jauh, bukan orang jauh" bisik Naruto sejak tadi, merasa gelisah dan penasaran dengan pembunuhan tenten.

"Permaisuri, jangan dipikirkan masalah ini. Yang Mulia Raja dan inspektur akan menyelesaikan masalah ini secepatnya" ujar Kurenai.

"Tapi aku heran, bagaimana bisa Tenten mati dan diracuni. Pasti ada penyebabnya!" Kekeuh Naruto.

"Bukannya aku tak penasaran dan merasa sedih, tapi mau bagaimana lagi....".

"Benar-benar keterlaluan, isi istana ini dipenuhi orang-orang yang tak beres" Naruto kemudian duduk diatas ranjangnya.
.
.
.
.

Karin bersimpuh dibawah kaki Sasuke dengan wajah sembabnya.

"Aku mohon jangan usir aku Sasuke...." Karin terus menundukkan kepalanya, bersujud memohon ampunan pada Sasuke.

"Aku tak menyangka kau segila itu untuk membunuh anakmu sendiri, dasar wanita bodoh!" Geram sekali dia pada wanita berambut merah ini.

"Kau tidak mengerti, kau takkan pernah mengerti posisiku...." tangisan keluar dari bibirnya.

Sasuke hanya menatap karin dengan datar, tidak ada rasa iba dalam dirinya melihat tangisan itu. Karena Sasuke takkan pernah mentolelir kejahatan pada anak kecil sedikitpun.

"Mulai sekarang, kemasi barang bawaanmu dan segera pergi dari sini!" Usirnya.

"Aku mohon.... jangan usir aku hiks.... jangan usri aku...." berusaha mencium kaki Sasuke.

Namun Sasuke tanpa perasannya malah menendang wajah itu dan pergi meninggalkan karin yang berteriak histeris.
.
.
.
.

Naruto malah menjadi curiga pada Kurenai yang selama ini selalu dekat dan bersama dengan Tenten, jika dia bisa membereskan kasus ini maka kasus dirinya yang dulu bisa terbuka.

Maka disnilah Naruto mengawasi gerak-gerik wanita itu seperti prajurit bayangan bersembunyi tanpa ketahuan diantara rindangnya pohon yang menaungi dapur utama kerajaan.

Dia melihat Kurenai yang sendirian lewat jendela terbuka dapur. Wanita itu sedang memasak tanpa dibantu banyak orang, tak ada yang aneh selama Naruto mengawasinya.

Ini sudah waktunya makan malam, sudah bukan rahasia lagi jika wanita itu yang selalu membuat masakan untuknya.

Naruto kemudian turun dari dahan pohon, mendekati jendela dapur yang terbuka. Matanya melotot terkejut saat melihat Kurenai yang sedang meneteskan sesuatu pada piring makannya.

Namun satu yang menarik perhatian Naruto, botol cairan yang dipegang itu mirip dengan botol yang pertamakali dia temukan didalam kamarnya. Apakah selama ini Kurenai yang meracuni dirinya sampai sakit-sakitan ? Tapi kenapa ?.

Apakah selama ini Kurenai adalah bawahan dari dalang pembunuhannya ?.

Kemudian segera kembali pergi ke Paviliumnya agar tidak dicurigai wanita itu.
.
.
.
.

Naruto memandang Kurenai yang sedang mempersiapkan makanan untuknya, menata diatas meja dengan begitu rapih.

Kemudia wanita itu berdiri disisinya menunggu sampai Naruto menghabiskan makanannya. Wanita itu bahkan bersikap biasa saja seolah-olah tak terjadi apapun, sungguh tukang akting yang handal.

"Terimakasih atas makanannya Baa-san, tapi beberapa hari ini aku merasa jika makanannya kurang garam, seperti berbeda dilidahku" Naruto mencoba untuk tersenyum.

"Ah itu tidak mungkin, aku selalu menggunakan takaran yang sama setiap memasak" jawabnya spontan.

"Tidak, mana mungkin aku salah. Cobalah ini, biar kau sendiri yang merasakannya" Tangannya menyodorkan sumpit pada Kurenai.

One Hundred Days : Rewind To Be Empress (SASUNARU) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang