"Yah, baru ada meja, papan tulis, mesin fotokopi, post it, dan.... Coffeemaker," Jabil menunjuk satu per satu. "Semua baru datang kemarin."
Yogo Keling dan Jarwo melongo. Ruangan itu cukup luas dan dibuat agak-agak gelap dengan cat tembok yang sengaja bertemakan kusam. Suasananya mirip seperti salah satu latar tempat di serial detektif, tapi Yogo Keling lupa apa judulnya. "Sofanya nih yang belum," kata Jarwo.
"Oh, iya, lagi dikirim dari IKEA. Makanya lama. Wong IKEA-nya ada di Tangerang."
"Tajir!" Jarwo tepuk tangan.
"Ini dari duit warisan itu, Bil?" Yogo Keling iseng bertanya.
Jabil menuju alat pembuat kopi. Ia membuka satu bungkus biji kopi dan memasukkannya ke dalam alat tersebut. Jabil mengecek colokannya sudah pas apa belum. Lalu ia tinggal pencet satu tombol. Cangkir kertas sudah siap di samping alat itu. "Ya.. ada tambahan juga dari usaha yang lain."
"Usaha lain?" Yogo Keling benar-benar tak mengenali Jabil. Ini sih sudah bukan detektif partikelir suka-suka dibayar pakai gorengan. Jabil sudah bertransformasi jadi detektif lebih elit.
"Iya, berkat Purnomo. Dua tahun aku tinggalkan warnet ini, Ia bisa bikin pendapatan warnet naik tiga kali lipat. Jadinya semua list kebutuhan alatku untuk ruangan ini bisa kebeli semua."
Yogo Keling menggaruk dagu, memicingkan mata. "Purnomo?"
"Memang benar, kita tuh nggak boleh meremehkan orang meski Ia kelihatannya ndableg dan ngantukan," puji Jabil. Ada hal yang beda dari tampilan Jabil saat ini. Rambutnya gondrong dan pakai bando.
"Tuh, belajar dari Purnomo, makanya Yog," towel Jarwo. Ia tahu betul dulu Yogo sering dijahili Purnomo dan Yogo selalu mengeluh seputarnya.
Ruangan itu juga sudah terpasang pendingin. Jabil menyalakannya. Ia menyingsingkan lengan kaos panjangnya, menguncir rambut pakai karet gelang, melepas bando, menyangkutkannya di pinggiran papan tulis. Jabil menggeser papan itu mendekat tembok. Jabil minta binder Yogo Keling.
Jarwo kagum dengan Jabil, Ia bersedia dimintai tolong menyalin semua berkas di dalam binder Yogo Keling.
Yogo Keling semestinya merasa lega dengan kedatangan Jabil, tapi anehnya justru perasaan itu hilang. Yang datang kini mengusik batinnya adalah, pengambil alihan. Dengan sikap Jabil yang kelihatan mahir dan perhitungan itu, Yogo Keling jujur tidak nyaman. Ia merebut berkasnya yang selesai disalin oleh Jarwo, memasukkannya kembali ke binder. Jarwo mengernyit, ia menyerahkan setiap lembar data salinan itu ke Jabil tanpa melihat Jabil. Jabil sendiri perhatiannya tertuju pada papan tulis yang ia tulisi besar-besar, KASUS KAMBING TENGKORAK, dibubuhi tanggal mulai penyelidikan.
"Apa tidak kasih judul lain saja?" kata Yogo.
"Ini judul yang pas, kamu yang kasih kan?" lempar balik Jabil, memberi acungan jempol. Hal itu memberi secuil kebanggaan untuk Yogo. Ia meletakkan bindernya ke meja. Melangkah mendekat mensejajari Jabil, menatap papan tulis. Yogo meraih spidol dan menyerahkannya ke Jabil.
Jabil menempelkan gambar Kambing Tengkorak sketsa dari Yogo Keling di tengah atas papan tulis. Kemudian ia memulai dengan menulis daftar korban setelah menggaris tiga bagian papan tulis itu. Korban pertama: laki-laki buntung kaki kiri, korban kedua: perempuan buntung tangan kanan. Kesamaan keduanya adalah dilindas kereta api. Nama Yogo ditulis sebagai salah satu orang yang mendapat penglihatan kejadian itu.
Daftar korban tadi ditulis di bagian tengah. Bagian kiri, Jabil gunakan untuk menaruh orang-orang yang terkait atau terduga terlibat dalam kasus ini. Jabil menuliskan: Mat Kambing disusul dengan tanda tanya. Bos Cina dengan keterangan pemilik kambing dan penggelar sayembara, tanda tanya juga dibubuhkan sebagai titik untuk nanti dikaitkan ke petunjuk lain. Tak lupa, di bawah tiga bagan itu, Jabil menarik garis lagi yang selanjutnya Ia sebut sebagai garis linimasa. Ia menomori yang sudah ditulis dan ditempelnya tadi menggunakan tagar angka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMBING TENGKORAK - SERI SIDIK KLENIK #2 (Sekuel Karung Nyawa)
HorrorDua tahun pasca kejadian pada kisah Karung Nyawa, kecamatan Purwosari bersiap menyaksikan kejadian mistis mengerikan kembali. Semua bermula dari kejadian nahas saat Mat Kambing menghantamkan kepalanya ke tiang basket sekolah sampai pecah. Peristiwa...