Yogo Keling dan Jarwo buru-buru meluncur ke warnet Jabil, sementara Rudi memilih mengambil jalan lain, ia ada urusan penting, apalagi kalau bukan urusan Nyarmini. "Duh, ini orangtuanya sudah mau ketemu sama si calon perwira. Aku mesti menyelamatkan Nyarmini."
"Mau diselamatkan ke mana?" tanya Jarwo.
Rudi menunjukkan pesan dari Nyarmini ke teman-temannya. Nyarmini minta dibawa pergi dari rumah sekarang juga. Yogo Keling mendecak, "Hati-hati Rud, kalau kamu nurutin permintaan Nyarmini, kamu bakal dipandang buruk sama orangtuanya."
Rudi berdiri tegak, "Itu urusan nanti, yang penting Nyarmini aman dulu." Rudi menyalakan motornya dan meluncur ke Ngrejeng.
Yogo Keling dan Jarwo bertolak ke warnet, sampai sana ternyata pintunya dalam kondisi terkunci. "Lah, katanya Purnomo Jabil sudah balik. Ini kok malah dikunci," gerutu Jarwo. Di pintu informasi papan sudah dibalik menjadi TUTUP.
Yogo Keling menoleh ke sana kemari. "Oh, aku tahu." Yogo Keling turun lalu berjalan menuju warung Umi Ida. Jarwo menyusulnya.
Senyum lebar melanda Yogo Keling, tingkahnya seperti bocah cilik yang akhirnya bertemu dengan pahlawan dambaan. Kangen yang tertimbun selama ini akhirnya longsor. Senang sekali akhirnya melihat sobatnya hadir lagi. Jabil sedang duduk di meja warung yang menyatu dengan etalase lauk-pauk, ia tengah melahap semangkuk besar mie goreng pakai potongan cabai. Jarwo tebak Jabil ambil tiga porsi sekaligus.
Warung Umi Ida lagi agak sepi, di situ ada tiga pengunjung selain Jabil, yaitu para tukang angkut barang di pasar yang lagi rehat. Jabil mulutnya penuh, terus ngoceh menceritakan kegiatannya selama dua tahun terakhir. Singkat cerita, "Aku mondok, Umi."
Umi Ida menggratiskan semangkuk tiga porsi mie goreng buat Jabil. Berkat Jabil yang punya warnet dekat situ, warung Umi Ida tak pernah sepi pengunjung. Setiap yang habis main gim daring pasti menyempatkan makan di warung Umi Ida. Terlebih lagi sekarang Purnomo sudah sopan orangnya, Umi Ida jadi sukarela mengirim teko kopi ke sana buat konsumsi Purnomo. "Oh, begitu, belajar apa saja di sana, Mas Jabil?"
"Banyak, Umi. Seringnya sih mengaji, ngasah batin, sama silat."
"Wah... mau nyusul jadi Ki Gufron kedua dong," kata Umi Ida.
"Ya ndaklah, Umi. Itu tanggung jawabnya besar. Ini sih supaya saya punya modal saja."
Jabil masih belum sadar keberadaan Yogo Keling dan Jarwo di sampingnya. Ia merem melek melahap mie goreng. Ia bahkan mengambil cabe rawit dan melahapnya langsung sebutir sebutir.
Yogo Keling menowel sikut Jabil. Mata Jabil membelalak gembira, "Yogo! Sobatku!" Jabil menyedot helai-helai mie, lalu melap mulutnya, menenggak segelas es jus, kemudian memeluk Yogo Keling. Jabil tidak begitu kenal dengan Jarwo, ia hanya berjabat tangan akrab dengan Jarwo saja.
Yogo Keling seketika kehilangan kata-kata. Ia masih tak percaya Jabil sudah datang.
"Mau mie goreng?" tawar Jabil ke Yogo Keling dan Jarwo.
Jarwo pun nyengir gembira, ia menyambut tawaran itu dengan senang hati. Ia angkat tangan seperti bocah SD yang mau diajak gurunya jalan-jalan. "Mau, Mas Jabil."
Jabil pun tanpa mendengarkan jawaban Yogo Keling langsung pesan ke Umi Ida. "Siap, Mas Jabil!"
Yogo Keling duduk di samping Jabil. Posisi mereka sembilan puluh derajat, dipisahkan oleh sudut meja. Yogo Keling dan Jarwo seperti sedang menghadap tuan guru. Entah kenapa aura yang keluar dari Jabil sekarang ini lebih bijak, lebih tahu, lebih siap. Itu memberikan ketenangan batin untuk Yogo Keling. Ia yakin betul kalau kasus Kambing Tengkorak ini akan selesai di tangan Jabil, berkat hasil mondok dua tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMBING TENGKORAK - SERI SIDIK KLENIK #2 (Sekuel Karung Nyawa)
HorrorDua tahun pasca kejadian pada kisah Karung Nyawa, kecamatan Purwosari bersiap menyaksikan kejadian mistis mengerikan kembali. Semua bermula dari kejadian nahas saat Mat Kambing menghantamkan kepalanya ke tiang basket sekolah sampai pecah. Peristiwa...