Songolikur

300 21 2
                                    

Perjalanan pulang bermotor malam itu hening. Yogo Keling terbayang-bayang sosok bertopeng kambing bertanduk di kios barang mistis. Ketika buru-buru pulang, Yogo Keling berkelit kalau dia terserang pusing. Nur Samsina yang khawatir, segera menyetujui untuk pulang walau barang yang diincar untuk dibelikan buat sepupu kecilnya tidak jadi kebeli.

Di motor Nur Samsina memijat tengkuk Yogo Keling. Setelah itu ia memeluk erat Yogo Keling. "Aku peluk biar kamu cepat sembuh." Yogo Keling berterima kasih dengan mengusap dengkul Nur Samsina. Sayangnya, itu tak menghentikan topeng kambing menguasai pikirannya. Di beberapa tempat selama perjalanan pulang, ia terserang gigil dadakan. Seperti ketika melewati jembatan Cepu. Padahal ia lewat di jembatan yang baru, tapi aura dari jembatan lama masih kentara. Biasanya, Yogo Keling tidak pernah merasakan ini ketika lewat sana. Pikiran tentang si kambing membuatnya seperti itu. Ia mengejan singkat waktu lewat depan rumah Pakdhe Mubarok, di lahan kosong yang pernah ada sumurnya. Sekarang yang ada di sana hanyalah batang pohon yang tercerabut oleh raksasa. Patahannya tidak seperti orang menghantamkan kapak di sana. Samar-samar Yogo Keling mendapatkan penglihatan kejadian malam itu. Sial, ia menyadari bahwa peristiwa itu berlangsung bersamaan dengan kegiatan Jabil dkk menyatroni kuburan di Ngrejeng. Yogo Keling mengutuk diri sebab di malam itu ia sedang asyik-asyikan bareng Nur Samsina, mengajarinya ilmu komputer.

"Habis ini kamu langsung istirahat ya. Selimutan. Kalau ada panadol, diminum," Pesan Nur Samsina. Setelah mengucap terima kasih dan rasa sayang, Yogo Keling ngebut pulang ke rumah. Pasalnya, ia merasa ada mata si kambing yang mengikutinya semenjak melewati stasiun Tobo. Sampai di rumah, memasukkan motor lalu cuci muka, Yogo Keling masuk ke kamar, mondar-mandir gelisah.

"Aku jadi paranoid begini." Yogo Keling mengacak rambut. Tangannya gatal-gatal. Ia ambil buku tulis, merobek kertas di tengah, dan mulai menggambar. Hasilnya cukup bagus, walau sudah lama ia tidak melemaskan jari. Ia mereplika kembali bentuk kepala kambing di kios mistis expo tadi. Ia selipkan ke buku kumpulan petunjuk, bersama dengan foto kambing etawa, sketsa Baphomet, gambar karakter di film Pan's Labyrinth dan catatan-catatan tentang kejadian ganjil. Ia masih berharap Jabil akan muncul dalam waktu dekat, dan ia akan menyerahkan petunjuk-petunjuk yang telah dikumpulkannya biar Jabil olah selanjutnya.

Samar-samar dari luar rumah, terdengar kambing mengembik. Awalnya biasa saja, kemudian baru berjengit dan bulu kuduknya merinding ketika ia ingat satu fakta bahwa tidak ada tetangga dekatnya yang memelihara kambing! Yogo Keling teringat topeng kambing bertanduk di expo.

Yogo Keling tidak melaksanakan pesan pacarnya. Ia membaringkan badan tanpa selimut dan tidak minum panadol. Ia menyesal tadi tidak sempat memotret si penjaga kios bertopeng kambing itu. Alasan pusing tadi hanyalah bohong belaka, tapi sekarang Yogo Keling terserang sakit kepala betulan, seolah si kambing berbadan manusia itu memukulkan palu ke batok kepalanya, kemudian menyeret paksa Yogo Keling di atas rel. Bayangan ini seperti mimpi, tapi terasa nyata. Ia seolah masuk ke tubuh korban, atau justru dirinya yang menjadi korban berikutnya. Dancok, ngeri!

"Astaga!" Yogo Keling berkeringat, terjaga. Ia mengalami fenomena hypnic jerk, hanya saja lebih horor. Di dalam mimpinya, ia hampir digilas roda kereta api. Dirinya dipukul lebih dahulu dengan bokong gagang celurit, tubuhnya memar dan banyak goresan luka akibat diseret di atas bebatuan rel. Sepanjang diseret, sosok itu mengembik terus. Embikannya parau, menyerupai seng karatan yang digesek ke lempeng besi, menyakitkan telinga. Lalu si kambing mendorongnya jatuh dan terbaring di atas rel. Tangan kanan diposisikan tepat di bilah rel. Dirinya lumpuh tak bisa bergerak. Si Kambing menoleh ke sekitar, mencari penonton. Ia menyeringai dan mengembik, lalu lenyap. Menyusul kemudian suara kereta api. Semakin dekat dan semakin dekat. Semakin nyaring. HWAHH!

Yogo Keling tidak bisa tidur setelah itu. Bolak-balik ia mengintip dari jendela. Apakah benar ada kambing berkeliaran. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Setengah jam ia mengecek jendela. Tak ada kambing. Ia putuskan untuk membuat kopi saja. Melek waspada menunggu pagi.

KAMBING TENGKORAK - SERI SIDIK KLENIK #2 (Sekuel Karung Nyawa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang