Informasi tentang Lek Narodo berdasarkan cerita Jarwo membuka lagi potensi orang tua itu sebagai orang yang patut dicurigai. Motifnya ada, tapi kaitannya langsung dengan Ki Udin dan Nyi Lading yang belum terbangun kokoh. Informasi soal kemungkinan Ki Udin dan Nyi Lading saja belum terkonfirmasi. Meski begitu, informasi ini tetap akan Jabil simpan.
"Aku emoh terus-terusan dikerjain Lek Narodo, Bil. Kalau sampean bisa ngirim demit buat ganggu Lek Narodo, aku bisa sedikit tenang," begitu permintaan Jarwo. "Biar kapok orang itu. Ternyata kadal bermuka dua."
"Oke, awakmu tenang ae. Nanti tak sampaikan ke Tamiul, biar dikirimi Gondhes Ireng," kata Jabil.
"Gondhes Ireng itu apa, sih, Bil?"
"Sobat Genderuwonya Tamiul."
"Walah, geger tenan!" keduanya tertawa.
Jabil masih beredar di rumah sakit sampai menjelang siang. Dia mencoba lewat ke lorong tempat kamar rawat dua korban sebelumnya berada, tapi ternyata di sana ada polisi yang berjaga. "Yawis, aku tak pulang dulu ya. Kabari kalau paklekmu sudah siuman," kata Jabil.
"Siap, Bil."
Di perjalanan bus pulang, Jabil mengirim pesan ke Purnomo untuk mencarikan informasi dua nama korban tadi. Jabil juga beberapa kali mengirim pesan ke Yogo minta update, tapi tak kunjung dibalas. Sisa perjalanan Jabil gunakan untuk memejamkan mata saja.
Sampai di warnetnya, Jabil menemukan Yogo Keling sudah berada di sana, duduk di meja admin bersisian dengan Purnomo. Keduanya serius menatap ke layar komputer. Yogo Keling bergantian menoleh ke layar komputer dan laptop miliknya sendiri, jarinya lincah menari di atas papan huruf. Melihat Purnomo yang sekarang lebih segar dan waras, matanya tak lagi belekan dan merah lagi, masih sering membuat Jabil kagum. "Piye, gaes?" Jabil datang membawakan dua bungkus bakso yang dibelinya tadi depan stasiun Bojonegoro.
Purnomo sigap mengambilkan mangkuk untuknya dan Yogo. Jabil mengaku sudah makan.
"Dua orang ini nggak kesentuh sosmed, Bil," kata Yogo Keling.
Jabil mengusap-usap dagunya. "Emang harus ketemu langsung orangnya. Aku sudah minta Jarwo ngawasin di rumah sakit. Kalau mereka sudah ada tanda-tanda mau pulang, bisa kita kuntit. Biar tahu alamat rumahnya."
"Gitu, oke, Bil," kata Yogo Keling, menutup laptop menyudahi penelusurannya. Semangkuk bakso mulai dia nikmati.
"Aku ra melu-melu lanjutane, yo," Purnomo mangkat keluar membawa mangkuk baksonya. "Tak nongkrong sama tukang panggul, biasane ada cerita seru. Ketimbang klenik ngene iki."
"Halah, Pur, bilang ae awakmu takut," kata Yogo Keling.
Purnomo memberi Yogo tatapan ganjil. "Selain manggil Dukun Gondrong, ada lagi yang bisa bikin aku balik kayak dulu, Yog. Nuduh aku takut misale."
"Wah, oke oke." Yogo Keling memilih angkat tangan. Jabil geleng-geleng saja.
Sehabis Purnomo pergi, Jabil memperhatikan Yogo Keling yang makan bakso tapi kelihatan gelisah. Hapenya keseringan bergetar, dan jadinya Yogo Keling lebih sering berkutat dengan hapenya ketimbang mangkuk bakso.
Yogo Keling mengetik dengan cepat, rautnya kesal. Dia menutup hapenya dan menggasak-gasak rambut frustasi. Dia memijat pangkal hidungnya. Di mata Jabil, itu adalah usaha agar air mata tidak tumpah.
"Ada apa, Yog?" tanya Jabil.
Yogo Keling tak kunjung menjawab. Dia menyingkirkan mangkuk baksonya ke pinggir meja, lalu mendaratkan kepalanya ke atas meja, mengguling-gulingkannya, pusing betul kelihatannya. Jabil mengenali suara senggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMBING TENGKORAK - SERI SIDIK KLENIK #2 (Sekuel Karung Nyawa)
HorrorDua tahun pasca kejadian pada kisah Karung Nyawa, kecamatan Purwosari bersiap menyaksikan kejadian mistis mengerikan kembali. Semua bermula dari kejadian nahas saat Mat Kambing menghantamkan kepalanya ke tiang basket sekolah sampai pecah. Peristiwa...