Akhirnya ada yang bisa mengusir penat Jabil atas kebuntuan kasus Kambing Tengkorak. Pagi-pagi saat mendengar kabar gegernya anak membunuh bapak dari Purnomo, Jabil bergegas mengambil jaket lalu mengendarai motor ke rumah Mat Picek. Di sana ramai warga berkerumun. Rumah Mat Picek yang terpencil di dalam gang dusun sudah dikelilingi pembatas kuning kepolisian. Kabarnya, Mat Picek sudah diangkut sejak tengah malam tadi.
Informasi dari Purnomo yang tadinya dianggap Jabil sepintas lalu soal Mat Picek dan Joni Damput yang dikeroyok warga, bisa jadi terkait kasus Kambing Tengkorak. Jabil memasang telinga, mendengarkan obrolan orang-orang.
"Mat Picek tengah malam tadi kesurupan," kata salah satu tetangga.
"Sudah dari isya kayake, Lek," sahut yang lain.
"Iyo, matane kosong. Pas disapa nggak nyaut."
Jabil berharap bisa masuk ke dalam rumah, melihat lebih jelas tempat kejadian pembunuhan. Sayangnya dia tidak punya koneksi orang dalam polsek.
"Yang menemukan tadi pakleknya Mat Picek. Untung saja nggak ikut dibunuh. Mbuh kesurupan setan apa itu ya Mat Picek."
"Barangkali ada hubungannya dengan bosnya."
"Bulus Kondang?"
"Iyo. Dia kan pelaku pesugihan Bulus Jimbung. Wis tho tak kandani, yang begitu itu sudah pasti berakhir mengenaskan."
"Oh iyo, Lek. Pantes Bulus Kondang jarang muncul di pasar," kata seorang yang turun dari motor penuh dagangan sayur.
"Menarik," gumam Jabil, semakin fokus mendengarkan. Dia berkeliling ke kelompok rumpi mini yang lain. Di kepalanya, nama Mat Picek terdaftar sebagai salah satu Four Horsemen. Bapaknya yang dikabarkan tewas namun badan tak diketemukan, dia taruh daftar sebagai korban kelima. Dengan mata batin yang lebih aktif, Jabil punya firasat bahwa jumlah korban Jago Arit bakal ada tujuh. Sesuai dengan jumlah kuburan yang dibongkar waktu itu. Sesuai dengan jumlah tubuh Jago Arit yang dicacah tujuh bagian oleh keturunannya. "Balung, Pitu, Bayek..." gumam Jabil.
Jabil bergerak lebih dekat ke rumah Mat Picek, tapi dihadang oleh petugas polisi. "Maaf, yang tidak berkepentingan tidak boleh di sini. Masih penyelidikan."
"Siap, ndan!"
Sayang sekali mata batin yang dibukakan Tamiul ini tidak memberinya kemampuan penglihatan tembus pandang. Mundur sejenak, Jabil memutuskan bertandang ke warung terdekat. Sumber informasi andalannya. Obrolan pengunjung dan pemilik warung. Jabil memesan kopi dan gorengan di sana.
Selain topik Mat Picek, orang-orang turut membicarakan Joni Damput. Dulu mereka rival, tapi kemudian jadi CS anak buah andalan Bulus Kondang.
"Benjut habis itu dua orang dihajar warga sepasar," kata pemilik warung.
"Dulu padahal lumayan sopan menagihnya, nggak pakai ancam-ancam. Sekarang sudah seperti kebakaran jenggot. Pesugihannya sudah mulai luntur mungkin, ya?" sahut pengunjung warung.
"Tipu tipu iblis ada batas waktunya. Tapi konsekuensinya, sampai akhirat!" seru pengunjung lain yang berpenampilan seperti ustaz, berpeci dan berjanggut.
Semua sepakat berdecak.
"Si Joni Damput sekarang ke mana ya? Ada yang tahu?" tanya pemilik warung.
"Dengar-dengar Joni Damput merantau. Tobat. Nebus dosa. Tapi, ya, siapa tahu."
"Siapa tahu malah nyari bos pesugihan lain."
"Ya semoga saja betulan tobat," kata pemilik warung.
"AAAMIIIN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMBING TENGKORAK - SERI SIDIK KLENIK #2 (Sekuel Karung Nyawa)
HorrorDua tahun pasca kejadian pada kisah Karung Nyawa, kecamatan Purwosari bersiap menyaksikan kejadian mistis mengerikan kembali. Semua bermula dari kejadian nahas saat Mat Kambing menghantamkan kepalanya ke tiang basket sekolah sampai pecah. Peristiwa...