SEKET

34 9 0
                                    

Manfaat positif dari berlatih ilmu kanuragan dan mempertajam mata batin serta memperkuat benteng iman bersama Ki Gufron salah satunya adalah bisa mengusir setan. Sekitar sebulanan terakhir, Jarwo memanfaatkan itu. Dia tak lagi takut. Cak Modin pun mengusungnya jadi penerus kuncen makam Islam Desa Pojok. Jarwo tidak serta merta menerima tawaran itu.

"Biar aku memantabkan hati dulu, Cak. Aku bantu orang-orang sekitar dulu. Biar yakin kalau aku bisa."

Jarwo tahu betul. Di kuburan, penampakannya akan sangat banyak. Sekarang, Jarwo bisa melihat menembus tabir semudah mengedipkan mata. "Biar aku nggak keblinger dan lupa daratan, Cak. Tanggung jawab gede itu."

Maka saat Lek Narodo sudah dilepaskan Gondhes Ireng dan mendapat pelajarannya di alam di balik rumpun bambu, Jarwo yang dipersilakan Ki Gufron untuk turun tangan. Selepas rangkaian rukyah, sambil santai istirahat makan mie rebus, Lek Narodo mendapati berita soal Mat Picek dan Joni Damput dari obrolan santai Lek Jaran dan Lek Iqro. Dia bersujud syukur di teras Ki Gufron. Jarwo menegur. "Namanya utang tetep utang, Lek. Harus dibayar. Kalau nggak bisa ke orang yang bersangkutan, beramal ke tempat lain."

Lek Narodo manggut-manggut, mencium tangan Jarwo. Selama semingguan setelahnya, Lek Narodo kerap muncul di masjid Tobo. Dia belajar mengaji dan ikut bantu melaksanakan tugas marbot. Dia juga jadi ikutan berguru di tempat Ki Gufron. "Alhamdulillah, hati saya sudah tenang," begitu testimoninya.

Di sisi lain, hubungan Yogo Keling dan Nur Samsina kembali rekat lagi. Keduanya juga rajin pergi ke masjid bersama-sama. Mereka jadi saksi mata ketekunan Lek Narodo mengaji di masjid. "Pesanku, Mas, jangan sampai keblinger. Iman mesti tetap dikuatkan. Semakin mas kuat, semakin kuat juga godaan dari setan," kata Nur Samsina.

"Nggih, Dek. Kamu benar."

Di ruang sidik kleniknya, Jabil resmi mencoret nama Lek Narodo dari daftar terduga. Dia menambahkan korban pertama Kambing Tengkorak alias Jago Arit, yaitu orang asing asal Amerika yang menjadi konsultan proyek pengeboran minyak di Ngasem, di linimasa kasus. Pertanyaan masih tersisa, "Jantung siapa yang akan diambil Jago Arit buat dia bangkit seutuhnya?"

Saat berita kematian mengherankan dan mengenaskan Bulus Kondang sampai ke telinga Jabil, dia bersama Yogo dan Jarwo segera lepas landas ke lokasi. Yogo langsung membelalak paham. Benang merah soal "Bayek" akhirnya menemukan ujung lekatnya. Dia menowel Jabil. "Bil, bayinya Nyi Lading!"

"Geger tenan!" seru Jarwo saat mendengar penjelasan berulang dari tetangga dekat Bulus Kondang yang setiap sore ditugasi bersih-bersih rumah mewah rentenir itu.

"Kita ke rumah Ki Gufron sekarang!" Jabil mengegas motornya.

Di kurun waktu yang hampir bersamaan...

Beni Pariyo luntang-lantung di sekitar Sambong sampai pasar Tobo. Langkahnya payah. Wajahnya gelisah. Langit begitu sendu, mendung-mendung kelabu menjelang Maghrib. Sayup-sayup terdengar suara indah perempuan mengaji. Beni yang wajahnya sembab karena tangis panjang, berhenti melangkah. Dia mengusap mata. Menoleh ke sekitar mencari asal suara. Dia menemukan masjid Tobo, tempat datangnya suara merdu itu, lalu menuju ke sana.

Tangis Beni bukan lagi soal patah hati. Tangisnya adalah tangis penyesalan karena sudah lama tak mendekatkan diri pada Ilahi. Hatinya bergetar, sekaligus seperti teriris sembilu. Beni mendaratkan badannya ke anak tangga pelataran masjid, terenyuh mendengar bacaan ayat-ayat suci. Itu jelas bukan rekaman. Beni menenggelamkan wajahnya ke lengan, meringkuk di anak tangga masjid. Dia merasa kotor, tak pantas menginjakkan kaki lebih jauh.

"Ben?" Lek Narodo sedang sapu-sapu latar. "Woi, Ben?" Lek Narodo meletakkan sapunya, lalu menowel Beni yang meringkuk tersedu sedan.

Beni mendongak. "Lek?"

KAMBING TENGKORAK - SERI SIDIK KLENIK #2 (Sekuel Karung Nyawa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang