〃047

802 34 1
                                    

❁ཻུ۪۪⸙͎

••●Garda buana●••

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

• • ━━❪ヾ47. Pemakaman Lianaヾ❫━━ • •

Dan ia mengerti bahwa warna abu kegelapan yang memayungi langit kali ini sama redupnya seperti suasana hati sang ayah juga saudara tirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan ia mengerti bahwa warna abu kegelapan yang memayungi langit kali ini sama redupnya seperti suasana hati sang ayah juga saudara tirinya.

Sejak kedatangan Garda yang diantar oleh petugas polisi dan terjatuh sembari terisak di samping jenasah sang ibu, Samuel enggan untuk bergerak dari tempatnya. Semua orang berusaha merangkul Garda tapi sampai detik ini tak ada satupun orang yang menghampirinya. Apa mereka pikir Samuel tak hancur? Apa karena ia hanya anak tiri jadi tak mungkin merasakan sakit? Samuel tidak begitu, meski baru beberapa bulan merasakan hangatnya perlakuan Lina tapi rasanya begitu berat untuk mengikhlaskan. Garda beruntung bisa tumbuh dewasa dengan didampingi oleh ibu seperti Lina, ia iri, sungguh.

"Gue turut berdukacita ya." ucap Saga dan temannya yang lain karena baru tiba di kediaman Samuel.

Samuel mendongak dan membalasnya dengan seulas senyuman.

Ia mengedarkan pandangannya untuk mencari Senja, tapi tak ditemukan. Senja tak ada di samping Garda saat ini. Padahal sejak tadi gadis itu selalu memberikan pelukan hangat untuk kekasihnya, tapi kemana dia sekarang?

Samuel beranjak keluar. Ia mendapati Senja yang tengah berbincang dengan salah satu teman Garda yaitu kobra. Penasaran dengan perbincangan itu, ia menghampiri keduanya.

"Ja, ko disini?" tanya Samuel melirik kobra.

"Kak El! Bantu Senja please."

•••

Setelah jenazah selesai di antar ke peristirahatan terakhir, orang-orang disana lantas memilih kembali ke rumahnya masing-masing, tak terkecuali keluarga Sebastian yang kini hanya beranggotakan dirinya, Samuel dan juga Garda.

Suasana duka masih menyelimuti mereka, apalagi Garda. Laki-laki itu setelah kembali ke rumah langsung menuju kamarnya dan mengurung diri. Samuel ada di halaman depan bersama Senja dan kobra, entah apa yang tengah mereka bicarakan tapi sepertinya begitu penting.

Sebastian melakukan hal yang sama seperti Garda, yaitu berdiam diri di kamar sembari memandangi foto istrinya yang kini sudah beristirahat dengan tenang. "Padahal sebelumnya kamu mengatakan ingin menghadirkan malaikat kecil di rumah ini.." ucapnya lirih. "Hah.." helaan nafas kembali terdengar, entah sudah ke berapa kalinya dalam hari ini.

"Aku janji bakalan urus anak-anak dengan baik. Dan Garda, akan ku buktikan kalau dia gak bersalah di persidangan Minggu depan!"

Kembali kepada Senja, gadis cantik yang berwajah pucat kini tengah mengayunkan kakinya melangkah mendekati kamar lelaki yang masih berstatus sebagai kekasihnya. Ia tak mencoba mengetuknya, karena yakin jika Garda tak akan membuka. Namun ia langsung masuk dan melihat lelaki itu tengah meringkuk di atas kasur membelakanginya.

Senja ikut terenyuh melihat apa yang terjadi pada Garda. Tadi kobra menceritakan semua kepadanya termasuk mengenai seseorang yang menyuruh Senja untuk mengakhiri hubungan dengan Garda. Meski awalnya Senja menolak dengan keras karena takut semakin membuat Garda hancur, tapi setelah mendengar bahwa Garda akan bebas jika orang itu mengirimkan CCTV di kelas kepada kobra, Senja langsung menyetujuinya.

Sekarang Senja ada di kamar Garda untuk memberikan sedikit kekuatan padanya, Senja ingin memeluk Garda, membawa lelaki itu kedalam kenyamanan yang tak ada duanya, memberikan Garda ketenangan hingga bisa melupakan apa yang sudah terjadi pada dirinya.

"Kak Garda.." Senja menyentuh lengan Garda dan mengusapnya. Usapan lembut itu berhasil membuat Garda membalikkan tubuhnya dan memeluk pinggang Senja sembari menyembunyikan wajahnya di perut Senja.

"Kak, Senja bukan pacar yang baik buat kak Garda, tapi Senja bersedia ko kalau harus seharian temenin kakak nangis." ucap Senja.

Garda melepaskan pelukannya dan mendongak menatap Senja dari bawah. Senja dapat melihat mata sembab Garda karena banyak menangis, ia ikut mengerucutkan bibirnya.

Garda ikut duduk dan bertumpu dengan siku kanannya. "Makasih karena masih mau terima aku.." Garda mendekatkan wajahnya dan mendaratkan bibir pucat itu tepat di bibir Senja.

Kelopak mata Senja membuka lebar, mulutnya terkunci dan tubuhnya seakan tak bisa bergerak. Kedua matanya menatap lurus pada mata Garda.

Hingga beberapa detik kemudian Garda menjauhkan diri dan menatap Senja lebih dalam.

"Maaf..."

Senja tersadar, menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecil. "Gapapa ko kak.." Garda mengerutkan keningnya, "Eh? Maksudnya.. iya, yaudah biarin kan kakak gak sengaja juga.." Senja berusaha mengoreksi ucapannya.

Garda terkekeh, matanya kembali menatap Senja, "Aku mau nangis seharian, kamu beneran mau temenin aku terus?"

"Iyalah! Pasti! Ayo nangis bareng!"

TBC.

MAAF KARENA SELALU TELAT UPDATE!!!

〃GARDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang