Chapter 17

475 61 2
                                    

Jam dinding menunjukan angka 1:00. Jendela kamar diterangi sinar bulan. Naruto membuka matanya. Perlahan pandangan buram Naruto berubah menjadi jelas. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Dilihat dari desain dan tata ruangan ini, Naruto tau kalau dirinya sudah ada di kamar.

Perlahan Naruto bangkit duduk. Dia merasakan rasa sakit dicampur dengan pusing. Saat Naruto memegang kepalanya, telapak tangannya merasakan ada tekstur perban menyelimuti kepalanya. Dia juga melihat sebelah tangannya di perban.

Naruto sempat berpikir kenapa tangannya di perban beserta kepalanya. Memori dia terserempet mobil sedan melintas di pikirannya. Naruto menyadari kalau dia baru saja mengalami kecelakaan demi membelikan alat uap untuk Sasuke.

"Nee-san..."

Naruto mendengar suara yang berguman. Di samping kanannya ternyata adiknya sedang tertidur. Naruto mengelus kelapa adiknya dengan lembut. Lalu dia turun dari kasurnya. Naruto ingin menghilangkan dahaganya.

Naruto berdesis saat dia turun dari kasur. Kakinya ikut terperban dan satu kakinya di gysum.

Benar

Kaki Naruto terkilir. Dia tau kalau kakinya terkilir saat dirinya diserempet. Namun saat itu Naruto tidak merasakan sakit apapun. Dia hanya fokus untuk pergi ke toko obat untuk membeli alat uap. Baru saat ini dia sadar dan merasakan sakit.

Walaupun kakinya sakit, Naruto tetap berjalan ke luar kamarnya. Jalan Naruto pincang. Dia menyeret sebelah kakinya.

"Uchiha-sama" panggil Naruto. Dia bertemu dengan Sasuke di dapur yang berpakaian piyama

Perban di kelapa, lengan, dan lutut sampai gypsum di pergelangan kaki Naruto, membuat perasaan Sasuke campur aduk. Perasaan yang sulit Sasuke tebak. Saking sulitnya, Sasuke menjadi kesal semdiri. Akibatnya, kekesalan Sasuke secara tidak sadar dilampiaskan kepada Naruto

"Lain kali, jangan mencoba menolongku" kata Sasuke. Dia menatap Naruto dengan dingin

Nada dan ekspresi Sasuke membuat Naruto heran sekaligus cemas, "huh? Tapi... kenapa?" Tanya Naruto, "Anda selalu menolongku... sudah sewajarnya aku membalas budi" lanjut Naruto

"Karna aku tidak suka" jawab Sasuke semakin dingin, "sekali lagi kau menolongku, aku benar-benar akan menaruh rating buruk terhadap penginapan milikmu ini" lanjut Sasuke sambil melewati Naruto

"Apa segitunya Anda membenciku?" Tanya Naruto, dia entah kenapa merasa kesal terhadap perkataam Sasuke, "sampai-sampai tidak suka menerima bantuanku?" Jengkel Naruto

"Yeah" kata Sasuke. Dia melirik sinis Naruto sebelum dia melanjutkan langkahnya

Entah kenapa hati Naruto merasa sakit. Saking sakitnya, telapak tangan Naruto dikepal erat-erat. Mata birunya memancarkan sinar terluka di hatinya. Naruto merasa apapun yang dja lakukan tetap salah di mata Sasuke. Padahal selama ini, Naruto berusaha untuk tidak dibenci oleh Sasuke. Dia selalu menahan emosi dan bersikap sopan nan lembut. Namun tidak ada satupun usahanya yang berbuah manis.

"Pria brengsek!" gumam kesal Naruto sambil menundukan kepalanya

.
.
.

Sasuke berbaring di atas kasurnya. Tubuhnya ditutupi selimut sampai batas perut. Kedua tangannya dijadikan bantal kepalanya. Matanya menatap langit langit kamar. Pikirannya terus terbayang kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian yang dimana dia menyaksikan Naruto terluka parah. Luka yang menggambarkan bawah Naruto mengalami kecelakaan.

"Hirup sampai Anda merasa lega, Uchiha-sama"

Sasuke terus terbayang bagaimana Naruto menyuruhnya untuk menghirup oksigen dari alat uap. Mengingat pertolongan Naruto sampai mengorbankan nyawa seperti itu, membuat perasaan Sasuke semakin sulit untuk ditebak.

Red StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang