BAB 7 : EUREDIAN

16.4K 865 241
                                    

Pagi ini Anya membulatkan matanya terkejut, perempuan dengan kemeja putih menyaingi kulitnya itu menatap tidak percaya apa yang Euredian tonton dilayar laptop.

Anya baru saja menyimpulkan dasi berbentuk pita di kemeja putihnya dengan mengenakan hotpants hitam pendek karena perintah Euredian tadi malam. Rambut tercepol asal-asalannya sedikit kendur dan basah pada ujungnya karena baru saja keluar dari kamar mandi.

"Euredian ke-kenapa no-nonton be-begituan?!!" pekik Anya refleks membuat Euredian menoleh karena terkejut.

Pemandangan indah pagi ini setelah melihat video dewasa langsung di berikan kesempatan melihat kemulusan istrinya.

Euredian mengangkat sebelah alisnya kemudian menekan pause pada laptopnya.

"Tidak kenal dia siapa, Anya?" tanya Euredian menunjuk layar laptopnya yang menampilkan seorang wanita tanpa busana sedang berpelukan dengan pria.

Anya tetap tidak membuka matanya karena merasa belum usianya menonton film dewasa. Jantungnya berdegup kencang masih terkejut dengan suaminya tonton. Ia menggelengkan kepalanya cepat sebagai jawaban.

Laki-laki dengan kemeja putih dan celana bahan hitam itu menyeringai iblis melihat respon Anya.

"Sini Anya," titah Euredian tanpa berani Anya bantah, suara Euredian yang berat membuat semua perkataannya seperti memaksa.

Anya menyingkirkan anak-anak rambutnya yang menutupi pandangannya terlebih dahulu sebelum melangkah mendekati Euredian.

"Euredian ke-kenapa no-nonton be-begituan? Kan, eng-engga bo-boleh," ujar Anya, raut wajahnya memandang horor kearah Euredian. Pria itu tidak bisa ditebak.

"Apa pria tiga puluh tahun masih dilarang menonton video porno, Anya?" tanya Euredian.

Anya terdiam sejenak berpikir. "Ka-kayaknya eng-engga,"

Euredian menarik tangan mungil Anya membuat tubuh molek itu terjatuh diatas pangkuannya. Euredian menjatuhkan MacBook-nya diatas paha Anya, ia kembali melanjutkan durasi video porno itu.

"EU-EUREDIAN!!!" teriak Anya mencubit perut laki-laki itu gemas saat desahan dari video itu terdengar.

Euredian tertawa kecil. "Kenapa sayang?"

"ihh A-anya engg-engga ma-mau no-nonton be-beginian," rengek Anya pada Euredian agar menghentikan video tersebut. "Eu-euredian!"

"Menurut kamu di sensor atau tidak?" tanya Euredian menekan pause pada MacBook-nya.

Anya menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "A-anya engg-engga ta-tau,"

"Belum pernah menonton ini, Anya?" Euredian mengernyit heran melihat respon Anya yang asing pada tayangan video dewasa di MacBook-nya tadi. Sepolos-polosnya manusia, setidaknya pernah menonton barang itu sekali, baik sengaja maupun tidak, jika tidak menonton pun mungkin pernah melihatnya dalam bentuk lain. Hidup tidak mungkin sebersih sapu tangan putih.

Anya menggelengkan pelan. "A-anya per-pernah no-nonton ta-tapi--- engg-engga A-anya te-terusin, kan, gak bo-boleh."

"Nonton dimana?" tanya Euredian, ia menyingkirkan MacBook-nya dari atas paha Anya, beralih mengubah posisi perempuan itu agar menghadap kearahnya.

Euredian memperhatikan wajah cantik istrinya yang tanpa polesan apapun, bibirnya ranum sangat menggoda untuk dikuasai, pipinya yang bersemu dengan tatapan teduh penuh kelembutan dari Anya sukses membuat Euredian tidak bisa mengalihkan pandangannya. Sayangnya, Anya jarang ingin membalas tatapannya, perempuan itu lebih sering menunduk ketika berbicara dengannya.

"No-nonton ba-bareng Sa-salsa." jawab Anya apa adanya, waktu itu Anya piket kelas menggantikan Mina yang harus pulang awal.

Euredian menghela nafas, lagi-lagi Salsa. Euredian jadi penasaran apa kabarnya pagi ini.

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang